[33]

1.1K 192 37
                                    


Malam yang hening, lampu utama kamarnya sudah padam. Dengkuran lembut Wendy di kasur atasnya terdengar. Kini hanya lampu mejanya sajalah yang menemani. Lagi lagi dirinya kesulitan untuk tidur.

Hampir setiap malam hal ini yang terjadi. Jika tidak sulit tidur, dia pasti akan teridur dan bermimpi sesuatu yang menyangkut masa lalunya. Mungkin mimpi yang sama, tapi lama kelamaan semua itu semakin jelas. Seperti memutar kembali memori yang ada di otaknya namun muncul di mimpi.

Setengah badannya tertutup selimut. Ia duduk sambil bersandar di tumpukan bantal kasur. Tangannya membulak balik kertas dokumen. Membacanya perlahan, layaknya sedang memahami setiap tulisan yang ada di sana.

Nama di bawah ini menyatakan tanpa paksaan dari siapapun untuk mengadopsi seorang gadis dari yayasan ini dengan,

Nama : Kang Seulgi (yang menjadi Park Seulgi)
Umur : 10 tahun

Matanya terus membaca part itu berulang ulang. Berikut tanda tangan dan cap tangan di atas materai oleh ayahnya.

Mingyu benar, ia tak bisa terus seperti ini. Cepat atau lambat ia harus menanyakan semua pada keluarganya sekarang. Jika mereka mengadopsinya, pasti itu untuk alasan yang baik kan?

^-^

Ia menjatuhkan ponsel ke atas meja kerja dengan suara bergeletak. Tangannya memijat kepalanya yang berdenyut. Dan sebuah dokumen lagi lagi menarik perhatiannya.

Haruskah ia melaporkan ini ke hukum? Jelas ia sudah angkat tangan dan tak mau berhubungan lagi dengan perusahaan itu. Tapi kenapa mereka masih saja menghubunginya?

Ia tahu, dia adalah satu satunya pemegang saham terbesar saat itu. Terutama karena hubungan dekatnya dengan pemilik perusahaan itu. Tapi itu dulu. Sudah terlalu banyak hal yang terjadi, yang bahkan nama perusahaan itu saja membuatnya muak saat mendengarnya.

"Kang Taejoon, aku tahu kau sahabatku. Tapi maaf, aku tak bisa berhubungan lagi dengan perusahaanmu. Kalau saja, kau tidak membawa orang itu di perusahaanmu"

^-^

Tadinya hari ini ia akan langsung pulang, dan mengistirahatkan tubuhnya di atas kasur. Sahabatnya yang lain juga berpikir seperti itu. Berhubung memang tak ada kelas lain ataupun kegiatan club.

Namun sepertinya ia harus mengundur ide itu. Karena saat ia keluar kelas bersama yang lain, Donghae sudah berdiri di depannya sambil tersenyum manis.

"Hey Seulgi, kau ada kegiatan lain?" tanya Donghae setelah menyapa yang lain juga dengan senyuman tampannya.

"Ah tidak guru Lee" jawab Seulgi, tak ada gunanya juga berbohong.

"Kalau begitu bisa aku berbicara denganmu sebentar?" ajak Donghae.

Seulgi mengangguk, "baiklah" jawabnya. Ia lalu melihat teman temannya, "kalian duluan saja"

"Kau yakin?" tanya Mingyu yang entah kenapa jadi mulai mencurigai Donghae. Karena jujur saja gurunya satu ini sering sekali memanggil Seulgi untuk berbicara bedua. Bagaimana jika dia adalah pedopil?
Gadis itu menepuk pelan lengan Mingyu. "Aku baik baik saja, kalian duluan saja" Seulgi mengantar kepergian teman temannya dengan senyum sebelum langsung mengikuti Donghae ke ruangannya.

Sudah beberapa lama sejak ia datang ke ruangan serba putih ini. Seulgi duduk di kursi depan meja Donghae saat dipersilahkan, dan tak lupa gurunya itu menawarkan minuman pada Seulgi.

"Terimakasih" ujar Seulgi saat menerima cola dari Donghae.

Sambil mengangguk, Donghae menuju kursinya. Dan duduk berhadapan dengan Seulgi. "Bagaimana kabarmu?" tanya donghae.

Can You See Me? | SEULHUN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang