Ia membungkukkan tubuhnya dalam dalam. Mencurahkan semua rasa sopan dan dukanya dalam satu bungkukan itu. Disaat tubuhnya tegak kembali, ia langsung di hadapkan oleh bingkai foto yang berjajar. Foto gadis yang tersenyum manis dan bahagia.Senyuman itu seperti pisau yang melukai hatinya. Menyadari jika senyuman polos itu merekah tanpa mengetahui apa yang terjadi sebenarnya. Akankah kutukan terjadi padanya akibat hal ini?
Ia menoleh ke samping. Dimana kedua orangtuanya sedang menatap loker lain penuh bingkai yang juga lain. Kali ini ia melihat fotonya di sana. Fotonya yang masih berbentuk bocah, tersenyum lebar tanpa mengetahui apa yang akan terjadi nantinya. Ada juga foto keluarga yang bahagia, yang nampaknya lagi lagi menjadi pisau tersendiri saat diingat.
"Ayo kita pulang" ajak ayahnya sambil merangkul istrinya yang sedikit menangis.
Ia kembali menatap loker yang dihias beberapa fotonya. Tatapan sedih dan kecewa berbaur dalam sorotan itu.
"Park Chanyeol, ayo" panggil ayahnya.
Chanyeol akhirnya membuang tatapannnya dari sana. Dan mengikuti kedua orangtuanya pulang. Sepanjang jalan, keadaan kembali hening. Dirinya sendiri sibuk melihat ponselnya. Waktu masih belum terlalu larut. Seulgi berkata akan pergi hingga malam untuk melihat pawai. Jadi mereka aman.
Sampai di depan rumah, Tuan Park memarkirkan mobilnya dengan mudah. Ibunya kini sudah menyurutkan semua air matanya. Berjalan anggun menuju rumah dan membuka pintunya dengan kunci yang ia bawa.
Chanyeol dan sang ayah mengikuti di belakang. Memasuki rumah tanpa pikiran apapun hingga sang ibu berhenti tiba tiba di depan pintu.
"Oppa, Eomma Appa dari mana kalian?"
Suara itu jelas membuat ketiganya membeku. Kenapa Seulgi sudah pulang? Bukankah gadis itu bilang akan pulang malam?
"Seulgi sayang? Kau sudah pulang?" tanya Tuan Park berusaha mencairkan suasana yang tiba tiba membeku.
"Eoh, aku pulang lebih awal karena tak enak badan. Dari mana kalian?" tanya Seulgi.
"Kau tak enak badan sayang?" ibunya langsung berlari kecil menuju Seulgi. Berjongkok di samping gadis itu sambil membelai kepalanya, "kau kenapa?"
Seulgi menggeleng, "aku baik baik saja sekarang" jawabnya. Ia lalu kembali menatap orangtua dan kakaknya dari atas sampai bawah. "Dari mana kalian?" tanyanya lagi. "Oppa, aku kira kau pergi untuk belajar tadi"
Chanyeol mengusap tengkuknya, "ya, aku tadi pergi belajar"
"Dengan jas hitam? Acara belajar apaan itu" Seulgi mengernyitkan keningnya.
Tuan Park menepuk bahu Chanyeol, "kakakmu memang tadi sedang pergi belajar sampai appa menyuruhnya pulang. Ada rekan kerja appa yang mengajak makan siang tiba tiba. Jadi appa menyuruhnya pulang untuk bergabung" jelasnya.
"Appa tak menghubungimu karena tak mau mengganggu kesenangan putriku" senyum pria itu, nampak puas dengan alibinya.
"Ahh begitu" angguk Seulgi.
"Kau tak apa apa? Sudah makan obat?" tanya Chanyeol.
"Aku baik baik saja" jawab Seulgi seadanya. Karena dia tahu obat tak akan mengubah rasa sakit kepalanya itu.
Tuan Park mendekati Seulgi. Memeriksa suhu tubuhnya sebagai dokter dan juga ayah. Lalu mencium kening gadis itu, "istirahatlah di kamar sayang"
Nyonya Park mengangguk, "eomma akan membawakan susu untukmu nanti" tuturnya. Seulgi menatap wajah cantik ibunya yang hanya beberapa centi darinya. Tak ada yang aneh, hanya saja kantung matanya sedikit membesar dan sedikit memerah. Apa ibunya habis menangis?
KAMU SEDANG MEMBACA
Can You See Me? | SEULHUN ✔
FanfictionAku tidak berubah - sama sekali Diriku yang sesungguhnya masih ada di sini, masih sama. Aku hanya menunggu hingga seseorang bisa membawaku keluar dari sini.