Tak biasanya keadaan menjadi canggung. Tapi kenyataannya sekarang memang begitu. Seulgi menolak untuk di bantu berjalan oleh Sehun. Toh dia bisa berjalan dengan baik sendirian. Tapi akhirnya Sehun jadi berjalan tepat di sampingnya karena takut kalau kalau Seulgi masih lemah dan terjatuh.
Jalanan di luar sekolah sangat sepi berhubung semua murid tentunya ada di sekolah, lebih tepatnya di kantin karena ini waktu makan siang. Angin semilir perpindahan musim dingin ke semi menerpa keduanya. Membawa pergi semua perbincangan yang memang tak keluar dari mulut mereka.
"Sampai sini saja" ujar Seulgi sampai di depan asrama mereka "kau harus segera kembali ke kelasmu kan"
Sehun ikut berhenti, "tidak, biar aku antar sampai dalam"
"Aku bisa"
Tapi Sehun sudah melanjutkan langkahnya masuk ke dalam asrama meninggalkan Seulgi yang masih diam di depan. Lalu berbalik setelah beberapa langkah "ayo masuk" senyumnya.
Anehnya melihat itu Seulgi ikut tersenyum. Ia menarik nafasnya menyerah dan mengikuti Sehun kedalam. Melewati beberapa lorong menuju kamar Seulgi.
Sepanjang perjalanan Seulgi terdiam dan memperhatikan Sehun penuh rasa penasaran.
"Bagaimana kau tahu kamarku?" tanya Seulgi setelah sampai di depan kamarnya.
Sehun berhenti lebih dulu di depan pintu bercat biru itu. Bahkan Seulgi tak menuntun atau memberi petunjuk arah menuju kamarnya sama sekali.
"Eh?" ekspresi Sehun sama bingungnya dengan Seulgi. Bagaimana ia bisa tahu ya? Seingatnya ia belum pernah datang ke kamar Seulgi. "Kan kau berjalan bersamaku. Aku hanya mengikutimu"
Aneh, pikir Seulgi. Tapi akhirnya gadis itu mengangkat bahunya dan menghadap kearah Sehun "terimakasih" ucapnya tulus.
Sehun mengangguk dan melepaskan tas Seulgi. Lalu tanpa sengaja sebuah kertas melayang keluar dari tas Seulgi yang terbuka dan terjatuh di antara keduanya. mata mereka sama sama berada di kertas itu.
Tiba tiba Sehun terkekeh. Ia berjongkok untuk mengambil kertas itu "gambaran siapa ini?" ia memperhaikan kertas itu sambil berdiri, lalu melihat kearah Seulgi "jangan bilang ini gambaranmu?"
Cepat cepat Seulgi merebut kertas itu dari tangan Sehun. Ia tak tergoda untuk tersenyum, karena baginya itu tak lucu.
Melihat respon Seulgi, Sehun langsung menghentikan tawanya "maaf"
Untunglah Seulgi tersenyum "tak apa, aku yang maaf"
"Sepertinya itu berarti bagimu" ujar Sehun.
Seulgi menatap kembai gambar yang sudah ia pandangi berjam jam semalam. Entah apa yang membuatnya berbuat seperti itu "entahlah, aku hanya menemukannya di bawah pintuku semalam"
Kening Sehun berkerut. Dia tak tahu jika Seulgi punya selera yang unik. Apa dia suka gambaran anak anak seperti itu makanya disimpan? "Kenapa tidak kau buang saja kalau tak tau siapa yang punya"
KAMU SEDANG MEMBACA
Can You See Me? | SEULHUN ✔
FanfictionAku tidak berubah - sama sekali Diriku yang sesungguhnya masih ada di sini, masih sama. Aku hanya menunggu hingga seseorang bisa membawaku keluar dari sini.