Popcorn

51 4 0
                                    


"Aku Bima, maaf ya jadi berantakan gini, aku ganti yang baru ya."

Minggu pagi yang sangat bersahabat. Kicau burung mengiringi matahari keluar dari persembunyiannya.
Aku membuka jendela kamarku dan menghirup oksigen sebanyak mungkin.
Hari ini aku berniat untuk main ke rumah Leila.
Segera aku mandi dan mematut diri di depan cermin.
Kaos merah cabe dengan corak hitam melekat sempurna di tubuh mungilku. Hot pant putih yang ku pakai menegaskan aku seperti bendera yang siap di kerek.
Tapi aku bermasa bodoh saja. Ku lanjutkan menyisir rambut dan mengoleskan lip gloss di bibirku.

Aku tersenyum sendiri melihat pantulan wajahku di cermin.
Cantik. Gumamku dalam hati.
HAhaha.. dari pada gak ada yang bilang cantik. Lebib baik bilang sendiri.
Ku pakai sepatu coklat muda kesayanganku, sepatu yang ku beli saat mamah mengajak ku liburan ke paris 2 bulan yang lalu.
Setelah semuanya siap, aku segera keluar dan meluncur ke rumah Leila menggunakan taxi.
Tak sampai 15 menit, aku sudah sampai di rumah Leila.
Kelihatannya sepi. Aku memberanikan diri untuk membuka pintu yang sedikit melonggo.
"Leilaaaaa..." aku memanggil nama sahabat kesayanganku itu.
"Aku sudah bilang berkali kali sama kamu Ratih, dia itu sekretarisku. Jangan kamu terus terusan mencurigai dia" ku dengar suara Om Martin yang sedikit meninggi.
"Oh.. Ya sekretaris. Sekretaris yang menemani sampai di dalam kamar hotel, yang sampai alat make upnya nyasar ke koper kamu?" kali ini aku suara tante Ratih yang ku dengar.
Plaakk..
Suara tamparan itu membuatku menutup mata, aku merasa bersalah sudah mendengar masalah rumah tangga orang lain.
Aku berbalik dan melangkahkan kakiku keluar sepelan mungkin.
Belum juga aku sampai di ujung pintu, Leila sudah memanggilku.
"Hai Fen, udh nyampe? ko ga tlpon?" suara riang Leila sangat bertolak belakang dengan suara tangisan tante Ratih di lantai dua.
"Iya nih baru nyampe, males lah telpon segala, kaya ga biasa aja." aku menjawab sesantai mungkin, menutupi rasa kagetku.
"Ya udah yu, berangkat" Leila menggamit tanganku.
Aku pun menyeimbangkan langkah di sampingnya.

Tujuan kita hari ini adalah....
Nonton. Yuup, 2 lembar tiket sudah ada di genggaman tanganku, 15 menit lagi film nya akan di putar.
Sambil menunggu aku memutuskan untuk membeli popcorn.
"Lei, mau ga popcorn?" aku berdiri dari dudukku.
"Minta aja lah sama kamu" Leila tidak mengalihkan matanya dari layar ponselnya.
"Ok" aku menjawab singkat, nampaknya ada kesedihan di wajah Leila. Pasti karena masalah tadi pagi.
Aku pun bingung, tak tahu cara menghiburnya.

Aku masih antri di urutan ke 3.
Dengan sabar ku ikuti alur antrian itu.
Setelah beberapa menit, akhirnya aku berhasil membawa popcorn itu di kedua tanganku.
Dengan langkah lebar aku segera menuju tempat di mana aku meninggalkan Leila.

"Hahahaa.. Santai aja laaahh"
sebuah suara yang familiar di telingaku membuatku menoleh ke kanan. Langkahku langsung terhenti mendadak..
Asya? aku memicingkan mata ku.
Ramainya pengunjung minggu ini membuatku tidak dapat memastikan bahwa itu adalah Asya.

Bruuukk..!!
Punggungku tiba tiba tertabrak seseorang.
Popcorn di tanganku tumpah berserakan di lantai.
Pandanganku teralih sementara ke arah orang yang menabrakku.

"Aduuuhh.. Sorry sorry.." seorang pria berkaos hitam kini nampak di hadapanku.
Aku tak menggubrisnya.
Mataku jelalatan mencari Asya.
Aku yakin itu Asya, walaupun aku tak melihatnya dengan jelas.
Tapi aku yakin dia adalah Asya, lelaki yang masih ku rindukan sampai detik ini.

"Aku Bima, maaf ya jadi berantakan gini, aku ganti yang baru ya" merasa di abaikan, lelaki di depanku kini melanjutkan ucapannya.
"Ga usah, ga papa kok" aku menjawab singkat.
Hatiku dongkol, gara gara nih cowok aku ga bisa memastikan bahwa Asya sekarang ada di tempat yang sama denganku.

Aku berlalu begitu saja dari tempatku berdiri tadi. Aku mulai mencari cari Asya di dalam mall ini.
Peduli apa dengan lelaki yang namanya Bima tadi.
Ga penting.
Aku mencari ke setiap tempat yang aku lewati.
Tapi tak ada tanda tanda Asya disana.

Drrrrrrrrtttt...
Ponselku bergetar, dengan susah payah aku merogohnya dari dalam kantongku.
Popcorn di tanganku membuatku susah mengambilnya.
Dengan geram ku masukan popcorn itu di tempat sampah di sebelahku.
Ku buang begitu saja.

"Yaa.. Hallo Leii.. Oh iya iya.. Bentar lagi aku masuk" Leila mengatakan bahwa film nya sudah hampir mulai.
Aku terpaksa memutar langkahku kembali ke ruang bioskop.

"Beli popcorn apa beli angin?" sindir Leila saat ku duduk di sampingnya tanpa membawa popcorn.
"Antrinya panjang" aku berbohong padanya, malas membahas hal yang barusan terjadi.
"Oohh.." Leila menjawab lirih.

Aku sama sekali tidak fokus pada layar di hadapanku.
Otakku msh terus memikirkan suara Asya yang tadi ku dengar.
Jantungku berdegup lebih keras, aku tak mengerti kenapa tiba tiba aku gelisah seperti ini.
Padahal sudah hampir setahun aku terbiasa tanpa Asya di dalam hari hariku.

"Lei, aku keluar dulu ya. Sebentar." Aku memutuskan untuk keluar sebelum film selesai di putar.
"Eeemmm" Leila tak mengalihkan padangannya dari layar besar di hadapannya.

Aku pun keluar dan mulai tengok kanan kiri. Aku mulai mencari cari Asya lagi.
Aku turun ke lantai dasar.
Berbagai aroma makanan menggoda selara makan ku.
Aku melangkahkan kakiku menuju meja pojok di sebuah restoran.
Ku pesan 1 porsi nasi goreng favorite ku, serta segelas es jeruk.
Biasanya inilah makanan yang aku dan Asya pesan setiap kami ke tempat ini.

Aku memainkan ponselku.
Game yang aku geluti minggu minggu ini belum juga beranjak ke level selanjutnya.
Sambil menunggu makananku datang, aku terus memainkan game itu.

"Heeeii.. Ketemu lagi." aku menekan tobol pause di sudut kanan layar saat ku dengar suara seseorang di depan ku..
"Oh.. Hei" aku tersenyum singkat.


------------------------------------------------------

Hm hm hm...
Ada yang kepo ga nih sama si Bima..

Buat kalian yang udah kepo, ayoo terus baca ya part selanjutnya..

Tapi, kalo masih belum kepo..
Di part depan kalian pasti jadi penasaran..
Hahhahahaahah...

Ya udah deh..
Lanjut yu ke part selanjutnya..

😍😍😍😍😘😘😘😘

Ketika Cinta Berkata LainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang