Selamat Tinggal, Asya

28 2 0
                                    

"Aku bukan wanita dengan hati malaikat yang mampu menerima keadaan kamu hari ini dengan ikhlas. Aku tak mampu menganggap semuanya sama seperti dulu. Mungkin kita bertemu bukan untuk saling memiliki. Jadi, bahagialah walau tanpa aku"

Kubuka mataku perlahan, kepalaku masih terasa sedikit pening.
Ku tatap sekelilingku, aku ada di kamarku.
Lalu, dimana Asya?
Seingat ku, sebelum aku pingsan Asya masih ada di rumahku.
Ku coba untuk duduk, aku limbung sedikit namun segera ku seimbangkan tubuhku.

Di sudut ruangan ku lihat Asya tertunduk lemas.
Aliran darahku berdesir lebih cepat, rasa cemas mulai menguasai hatiku.
Aku takut sesuatu yang buruk terjadi padanya.

Ku singkap selimut yang masih menutupi kakiku.
Setengah berlari ku hampiri Asya.
Aku berlutut di depannya, mencoba mengintip wajahnya di balik rambut gondrongnya yang menutupi sebagian wajahnya.

"Asya.." aku memanggilnya pelan, ku goyangkan tangannya perlahan. Namun tak ada reaksi apapun darinya.

Aku semakin takut.
Sepasang tanganku terulur menyentuh kedua pipinya.
Aku bangkit berdiri sambil menengadahkan kepalanya perlahan.

Asya membuka kelopak matanya, sangat pelan.
Perasaan tenang mulai menyelimuti diriku.
Aku bersyukur dalam hatiku, untung saja Asya tidak mengalami hal - hal buruk.

Jemari lembut Asya menggenggam erat kedua telapak tanganku yang masih menggantung di pipinya.

Asya menarikku sampai aku terduduk di atasnya.
Asya menguburku dalam pelukannya.
Jantungku mulai berdebar tak karuan, segala macam perasaan berkecamuk dalam rongga dadaku.

Tanpa ku sadari aku menangis lagi.
Aku merasa nyaman dalam pelukannya.
Aku merasa tenang ada di dekatnya.
Aku tak mampu memungkiri perasaan cintaku untuknya ini tak pernah berkurang.

Asya memelukku semakin erat, dia mencium puncak kepalaku penuh perasaan.
Masih seperti dirinya yang dulu.
Masih seperti Asya yang menjadi milikku.
Masih seperti Asya yang menjadikan aku satu - satunya dalam hidupnya.

Aku menangis semakin menjadi saat otak ku kembali menyadarkan aku bahwa semuanya telah berubah.
Asya yang saat ini sedang memelukku bukan lagi lelaki yang pantas untuk aku harapkan.
Aku benci ketika aku harus mengakui semuanya itu benar.

Aku merasa seolah aku pernah kehilangan Asya sebelumnya.
Tapi aku tak ingat bagaimana kejadiannya.
Namun, hatiku sepertinya pernah merasakan sakit yang sama sebelumnya.

Aku masih belum ingin berkata - kata.
Aku masih ingin di peluk Asya seperti ini.
Aku masih ingin memilikinya sebelum aku kembali ke kehidupan ku.
Sebelum Asya kembali kepada takdirnya.

Ku lingkarkan lenganku merengkuh tubuhnya.
Ku benamkan kepalaku lebih dalam di dalam rengkuhannya.
Asya pun mengeratkan pelukannya untukku.

"Fenita, aku selalu menyayangi kamu." Asya berbisik di telingaku.

Ku pandang wajah Asya lekat - lekat.
Ku cari kebohongan di kedua bola matanya, namun tak ku temui itu.
Aku tau perasaan Asya untukku masih sama.
Asya masih mencintaiku seperti dulu.
Masih menyayangiku seperti dulu.

"I love you, Asya." Aku bergumam lirih, pelan sekali. Aku tak tahu apakah Asya mampu mendengarnya atau tidak.

Asya membelai lembut wajahku, tangan kanannya menyelipkan untaian rambutku kebalik telingaku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 22, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ketika Cinta Berkata LainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang