Bagiku Semua Itu Telah Mati

53 3 0
                                    

Aku sudah tak mengharapkanmu lagi.
Jika suatu saat nanti kamu kembali.
Aku sudah tak mengenalmu lagi.
Bagiku, semuanya tak akan sama lagi.
Rusak dan tak akan utuh lagi.


Setelah kejadian Minggu siang itu. Asya terus menerus menghubungiku.
Pesannya selalu ku hapus tanpa ku baca. Nomornya sudah ku masukan dalam blacklist ponselku.
Di sekolah pun aku tak lagi melihat Anya.
Katanya dia sudah pindah ke kota tetangga.
Aku bersyukur karena tak lagi bertemu dengan makhluk genit dan perusak seperti Anya.

Waktu berjalan seperti air yang mengalir.
Perlahan tetapi pasti.
Dan tak mungkin akan terulang lagi.

••••••

Ku naiki satu persatu anak tangga di hadapanku.
Jam istirahat kali ini ingin ku habiskan untuk membaca di perpustakaan.

Karena sakit, Leila tak hadir hari ini.
Sedikit demam katanya.
Jadilah aku benar benar sendirian hari ini.

Ku telusuri lorong demi lorok dalam perpustakaan.
Mataku mulai mencari judul buku yang mungkin akan menarik untuk di baca.

Aku memanyunkan bibirku saat tak satupun dari ratusan buku itu ku rasa cocok untukku siang ini.

Langkahku terhenti saat mataku menangkap satu kalimat di cover sebuah novel.
"Untuk Payung dari Sang Hujan"

Ku raih buku itu perlahan.
Ku bolak balik sekilas halamannya.
Lumayan menarik.
Ku putuskan untuk membacanya, aku pun berjalan menuju meja di samping jendela.
Dari sana aku dapat melihat lapangan basket sekolah ku.

Dulu, Asya selalu ada di sana.
Basket adalah olah raga favoritnya.

Aku teringat lagi akan masa masa indah kami.
Aku selalu bertepuk tangan untuk Asya, karena setiap shoot yang di lakukannya tak pernah gagal.
Itu juga hal yang membuatnya banyak di sukai siswi di SMA Lentera.

Saat ingatanku sampai kepada hari dimana Asya menghancurkan semua kebahagiaanku.
Air mukaku langsung berubah.
Senyumanku terhenti begitu saja.

Aku sudah tak mengharapkanmu lagi.
Jika suatu saat nanti kamu kembali.
Aku sudah tak mengenalmu lagi.
Bagiku semuanya tak akan sama lagi.
Rusak dan tak utuh lagi.

Aku tak percaya lagi pada Asya.
Dia meninggalkan ku dengan alasan yang bertolak belakang dengan kenyataannya.

Dia hanya pergi dariku untuk bisa menjalin cerita dengan Anya.
Dimanapun mereka hari ini, aku tak tahu.

Yang pasti mereka tak lagi ada di lingkungan sekolahku.
Jika mereka berdua pindah ke Bandung, itupun bisa jadi.
Bandung kan tempat orang tua Anya.

Di Bali ini, setahuku Anya tinggal bersama nenek dari ayahnya.
Besar kemungkinannya jika ratu centil itu mengikuti kepindahan Asya juga ke Bandung.

Ku bawa novel yang belum sempat ku baca itu dan meminjamnya untuk ku baca di rumah.

-----------------------------------------------------

Ayo ayo... Di tunggu ya suaranya..
Komentarnya juga...

Makin banyak icon mata yang muncul.. Aku juga makin semangat lho untuk update..

Terimakasih untuk kalian semua yang masih ngikutin cerita aku ini..

Ketika Cinta Berkata LainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang