Gelap

37 2 0
                                    

Aku masih menyusuri bibir jalanan dengan setumpuk rasa kesal dalam benakku.
Ku edarkan pandanganku ke seluruh sudut jalan.
Tak satupun orang yang ku kenal, atau bahkan sekedar sedikit hal yang menunjukan arah jalan pulang untukku.

Ku buang segala rasa gengsiku.
Rasanya tak mungkin jika aku terus disini.
Mau tak mau aku harus menelpon Mike.

Ku cari nomor Mike di deretan kontakku.
Belum sempat ku telepon Mike, sebuah telepon masuk.
Dari nomor yang tak ku kenal.
Ada rasa ragu untuk menerima telepon itu, tapi tak mungkin juga jika harus ku tolak.

Setelah beberapa detik berfikir, akhirnya ku putuskan untuk menerima telepon itu.

"Hallo.." ujarku ragu.

"Hallo.. Fenita?" sahut suara di ujung sana.

"Iya.. Maaf ini siapa ya?" aku semakin bingung.

"Ini tante Mella, ada dimana kamu Fen? bisa balik ke Bali engga?" ternyata yang menelponku adalah tante Mella, kerabat dekat mamah.

"Oh, emangnya kenapa ya tante? Saya di Jakarta sekarang." aku tak mengerti, ada sedikit rasa takut menjalari tubuhku.

"Mamah sama Papahmu di rumah sakit. Kalo bisa besok pulang ya Fen." suara tante Mella terdengar gamang.

Ku rasakan seluruh tubuhku mendadak kaku.
Jantungku terasa berhenti memompa darah.
Kata kata ku tercekat di tenggorokan.
Kabar buruk macam apa ini?
Air mata mulai mengalir dari sudut mataku.

Ku tutup mulutku dengan telapak tangan kiriku.
Aku mundur beberapa langkah dan menyandarkan tubuhku di sebatang pohon.

"Hallo.. Hallo.. Hallo.. Fenita.. Fen.." ku dengar suara tante Mella memanggil manggilku.

Tapi lidahku masih kelu dan tak mampu berkata kata.
Ku paksa kaki ku untuk berlari secepat mungkin saat ku lihat Mike keluar dari sebuah caffe dan hendak masuk ke dalam mobilnya.

"Mike.. Mike.. " aku berteriak sekuat yang ku mampu.

Mike tak menoleh sedikitpun. Rupanya Mike tak mendengar suaraku.
Aku berlari menyebrangi jalanan di depanku tanpa menoleh ke kanan atau kekiri, aku hanya ingin segera sampai di samping Mike dan mengabarkan semua berita buruk ini.

Karena aku tak punya siapapun yang mungkin bisa menolongku selain Mike.

Tiiiinnnn...
Sebuah suara klakson panjang dan keras mengejutkan ku.
Sebuah mobil merah maroon berhenti 1 meter di samping kanan ku.

Mike menoleh ke arahku, ku lambaikan tanganku dan aku langsung melanjutkan langkahku.
Belum hilang keterkejutanku dari suara klakson tadi, aku merasakan sesuatu yang keras menghantam tubuhku.

Sedetik kemudian aku merasa seperti melayang di udara.
Ku dengar suara Mike memanggil namaku.

"Mike..." teriakku.

Tubuhku mendarat dengan kerasnya di aspal kasar di bawahku, kepalaku membentur pembatas jalan dan aku langsung merasakan pening yang teramat sangat.
Ku raba pusat rasa sakit di kepalaku, basah.
Ku tatap jemariku yang kini berubah menjadi berwarna merah darah.

Mike mengguncang tubuhku dan mengangkat kepalaku ke atas pangkuannya.

"Fen.. Fen.." Mike menepuk pipiku pelan dan air mata Mike menetes di pipiku.

Ketika Cinta Berkata LainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang