Apa Itu Rasa 'Sakit'?

44 5 0
                                    


Manusia lahir untuk mengecap banyak rasa. Manis, pahit, masam, getir, dan banyak lagi. Tapi, dalam hati, ada juga yang di sebut bahagia, kecewa, bangga, sedih, dan satu di antaranya adalah 'sakit'. Jika ku tanya padamu, apa kau bisa menjelaskan seperti apakah 'sakit' itu sendiri.

Langit malam ini begitu cerah, ribuan bintang memancarkan kelap kelipnya dengan ponggah.
Bulan sabit yang menggantung manja pada sang jagat raya, menambah keindahan malam.
Angin lembut meniup perlahan rambutku.
Helaian nya terkadang jatuh di wajahku. Aku sangat suka menatap malam, tenang.
Ku pejamkan perlahan mataku, ku dengar bunyi dasau angin yang menggoyangkan dahan dahan pohon.
Aku tersenyum sangat bahagia, ku rebahkan tubuhku di hamparan rumput hijau yang sedari tadi ku duduki.
Menikmati malam di atas bukit ini adalah hal yang pertama kali aku lakukan.
Bima memang sangat paham cara untuk membahagiakan aku.
Sikapnya yang lebih dewasa dariku, selalu membuatku merasa aman disisinya.
Dari Bima aku meraih kembali rasa bahagia yang sempat menguap dari hatiku setelah kehilangan Asya.
Luka yang sempat di torehkan Asya, kini mulai terobati sedikit demi sedikit.

Aku tau Bima menaruh hati padaku, tapi aku lebih memilih untuk diam dan pura pura tidak mengerti.
Bagiku, seperti ini jauh lebih baik.
Aku masih takut untuk membangun sebuah komitmen baru.
Aku takut jika suatu saat nanti Bima akan melakukan hal yang sama seperti Asya.
Selain itu, tak bisa ku pungkiri bahwa aku masih selalu mengharapkan Asya.
Setengah hatiku masih untuk pria yang telah menyakitiku itu.

Kuakui bahwa aku sedikit tertarik pada Bima, aku menyukainya.
Menyukai caranya memperhatikanku, mendukung kegiatan kegiatanku, dan caranya menyemangati aku.
Bima jauh berbeda dengan Asya.
Selama satu tahun perkenalan kami, ku simpulkan bahwa Bima sanagat baik.
Bima itu romantis.
Bima itu selalu membuatku tertawa.
Bima itu menjauhkan aku dari air mata.
Dan Bima itu melindungi aku dari kekecewaan.
Bima seperti pelangi sehabis hujan.

"Tidur Fen?" suara Bima mengejutkan lamunanku.
"Engga kok" aku masih menutup mataku.
"Banguuunnn.. Lihat deh aku bawa apa.." Bima menempelkan sesuatu yang dingin ke lenganku.
Aku merasakan dingin dan basah.
Ku buka mataku dan langsung duduk.
"Waaaaawww,, jus alpukat. Thanks ya Bim" ku raih cup jus itu dari tangan Bima, dan mulai menyedotnya.
"Suka?" Bima tersenyum sangat tulus di hadapanku.
"Mm mm.." aku mengangguk.

Terimakasih Bima, selalu memberikan rasa bahagia ini untuk aku.

"Fen, kamu takut ga untuk bahagia?" suara Bima berubah serius.
"Engga lah, mana ada orang yg takut bahagia" aku menjawab dengan yakinnya.
"Kalo aku sih takut." Bima menatap lurus ke depan dengan pandangan kosong.
"Kenapa?" nada suaraku pun berubah serius.
"Setiap aku ngerasa bahagia, pasti aja ada yang merebut itu dari aku" Bima masih menatap lurus ke depan.
Aku diam. Bingung.
"Aku takut sakit juga" suara Bima begitu pelan.
"Manusia lahir untuk mengecap banyak rasa. Manis, pahit, masam, getir, dan banyak lagi. Tapi, dalam hati, ada juga yang di sebut bahagia, kecewa, bangga, sedih, dan satu di antaranya adalah 'sakit'. Jika ku tanya padamu, apa kau bisa menjelaskan seperti apakah 'sakit' itu sendiri." mendadak serentetan kalimat itu meluncur dari bibirku.
"Mungkin, sakit itu akan sama rasanya seperti..." Bima menggantung kalimatnya.
Aku masih menunggu kelanjutanya.

------------------------------------------------------

Gimana ya kelanjutan hubungan Bima dan Fenita??

Lalu, kemana Asya..?

Tunggu part selanjutnya ya..

Makasih yaaaa...

Ketika Cinta Berkata LainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang