14 Februari

54 3 0
                                    

Aku mencoba untuk selalu jadi yang terbaik untuk kamu.
Mencoba untuk menerima apa adanya kamu.
Tapi hari ini, kamu menyakiti aku teramat dalam.
Dan aku kehilangan semua itu.

Aku terbangun dari mimpi burukku.
Mimpi yang menakutkan dan menggetarkan hatiku.
Ku tegakkan tubuhku dan aku merasakan nyeri di sepanjang punggungku, juga sedikit sisa pening akibat tingkahku semalam.
Ku putar pinggangku ke kanan dan kekiri.
Terdengar bunyi pelan dari sendi sendiku yang merenggang.

Terbangun di tempat yang asing dengan suasana yang sedikit dingin, membuatku kembali mengingat hal yang membuatku ada disini pagi ini.

Mike.
Aku kembali mengingatnya, dimana Mike.
Aku sama sekali tak mengerti dengan jalan fikiran Mike.
Tak paham dengan segala sikapnya yang tak menentu.

Untuk apa dia membawaku kemari, membuatku bahagia mengetahui bahwa dia pun menyimpan rasa yang sama untukku.
Lalu, tiba - tiba mengatakan bahwa dirinya tak baik untukku jauh sebelum ku jawab pernyataannya.
Ku putar bola mataku dengan malas.

Ku ambil sebotol air mineral dari dalam lemari es.
Mulutku terasa sedikit masam dan aromanya sangat mengganggu.
Betapa bodoh dan konyolnya tindakanku semalam.
Sama sekali tak merubah apa yang sudah terjadi.
Hanya merugikan diri sendiri.

Ku raih ponselku yang masih tergeletak di atas meja makan.
Tak ada satupun pesan dari Mike.
Aku kembali mengecek pesan yang ku kirim untuk Mike semalam.

"Oh God" aku menepuk dahiku saat ku sadari semua pesan yang ku kirim itu sangat memalukan.

Ku langkahkan kakiku meninggalkan ruang makan yang masih berantakan.
Suara sapu lidi yang beradu dengan tanah menyita perhatianku.
Ku ikuti sumber suaranya, dari depan.
Siapa yang menyapu halaman sepagi ini.
Apakah Mike? Aku sama sekali tak yakin.
Ku intip dari jendela ruang tamu.
Seorang wanita berpakaian sederhana dengan rambut di ikat ekor kuda memegang sapu dan mengumpulkan dedaunan yang berserakan menjadi satu gundukan.
Di sudut yang lain, seorang lelaki yang sedikit gemuk sedang memangkas tanaman bonsai yang mulai tak rapih.
Aku rasa itu adalah Om Dani dan istrinya.

Tak ku dapati mobil Mike terparkir disana.
Dari situ ku simpulkan bahwa Mike memang belum pulang.

Ku telan kegetiran hatiku.
Aku duduk dan mulai merenung di kursi ruang tamu yang penuh dengan ukiran.
Pandanganku tertuju pada tembok bercat putih polos di hadapanku.

Apakah seperti ini garis kehidupan yang harus ku jalani?
Rasa cinta yang ku rasakan harus selalu ku kandaskan sendiri.
Mengapa pria yang ku yakini akan menjadi tempatku berbagi kehidupan ini selalu pergi meninggalkan aku?
Apakah aku tak pernah pantas menjadi seorang kekasih?

Dulu, aku harus mengikhlaskan apa yang sangat ku sayangi untuk kebahagiaan orang lain.
Dan aku merasa di tinggalkan karena alasan yang sampai hari ini pun tak dapat ku terima.
Lalu hari ini. Aku juga sendirian hanya karena Mike merasa aku tak akan bisa menerima segala kekurangannya.
Bagaimana bisa?

Aku berdecak lelah dan menghembuskan nafas panjang.
Kembali ku hubungi Mike.

Terdengar nada sambung di telingaku.
Di susul oleh dering ponsel Mike dari dalam kamar di depanku.
Aku segera berlari menghampiri sumber suara.
Ku tempelkan telingaku di pintu kamar, dan aku yakin aku tak salah dengar.

Mike sudah pulang. Ada sedikit ketenangan di hatiku.
Ku putar gagang pintu dan ku coba untuk membukanya.
Terkunci.

Ah, sudahlah. Mungkin Mike masih tidur.
Ku coba untuk tetap mengendalikan emosiku.
Akan ku jelaskan pada Mike nanti saat dia bangun.
Bahwa aku tak pernah mempermasalahkan apa yang pernah di lakukannya dulu.

Ketika Cinta Berkata LainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang