Ku perhatikan bayangan yang memantul dari cermin besar di hadapanku.
Rambutku ku biarkan terurai bebas, helaiannya jatuh di atas bahuku dengan pasrah.
Ku rapihkan pakaianku sekali lagi.
Blouse putih tipis yang sedikit longgar menampakkan bayangan hitam di baliknya.
Tanktop ketat membalut tubuhku.
Jeans biru gelap dengan model robek robek di beberapa bagiannya menyelimuti kaki rampingku dengan sempurna.Sepatu putih yang ku kenakan malam ini sangat serasi di padukan dengan apa yang sudah melekat di tubuhku.
Setelah menyambar tas kecil di atas ranjangku, aku segera keluar rumah dan meluncur ke tempat tujuanku.
Lampu warna warni menyilaukan pandanganku.
Berbagai aroma yang aneh menyengat penciumanku.
Dahiku sedikit mengernyit, langkahku terhenti sejenak.Disinilah aku malam ini.
Sebuah caffe yang sangat mirip dengan diskotik.
The Freedom.
Nama tempat ini sangat cocok dengan apa yang ada di dalamnya.Bebas. Terdengar sangat menyenangkan.
Berfikir sampai disana aku langsung melanjutkan langkahku lagi.
Aku akan menjemput kehidupanku yang baru.Kehidupan yang bebas tanpa harus terikat dan memikirkan rasa sakit hati, kecewa, atau apapun itu yang membuatku menangis.
Aku melangkah dengan acuh, tanpa menoleh ke kanan atau ke kiri. Langsung ku ambil tempat duduk di meja paling ujung. Ku pesan beberapa jenis makanan ringan dan minuman tanpa alkhohol.
Asap rokok mengganggu pernapasanku, sedikit sesak rasanya.
Tapi ku abaikan itu.
Suara musik yang sangat keras memekakan gendang telingaku.Suasana yang sangat asing, hingar, dan sama sekali tidak menenangkan.
Aku mulai terheran heran, mengapa kebanyakan orang menenangkan dirinya ke tempat tempat seperti ini.
Sedangkan yang ku rasakan sekarang hanyalah perasaan risih dan sedikit takut.Aku sangat menyesal ada di tempat ini, betapa bodohnya aku percaya begitu saja dengan cerita cerita yang ada di sinetron.
Ku teguk minuman berwarna merah di gelas berkaki tinggi dalam genggaman tanganku.
Aku tak tau apa namanya, rasanya sedikit masam dengan sensasi soda yang sangat kuat.Aku memperhatikan berkeliling, beberapa pasang muda mudi mulai menari di lantai dansa, musik yang tadinya sangat keras kini berubah menjadi instrumen lembut dan menghanyutkan.
Aku mulai terbawa suasana.
Dalam kepalaku mulai berseliweran wajah Asya dan Bima secara bergantian.
Aku merasa sedikit pusing, pandanganku semakin buram dan berbayang.Mungkinkah aku mabuk?
Tidak.
Aku tak memesan minuman beralkohol sama sekali.Ku coba berdiri dari kursiku, tapi rasanya sangat berat.
Aku kesulitan mendapatkan keseimbanganku.
Aku kembali duduk dan menopang kepalaku dengan tangan kanan.Ku paksa mataku untuk terbuka selebar mungkin.
Aku tak ingin kehilangan kesadaranku di tempat ini.
Aku harus bisa keluar dari tempat ini sebelum tengah malam.Bukannya semakin membaik, aku kini semakin pusing, aku merasa sedikit mual.
Otakku mulai memikirkan kedua lelaki yang ku rindukan saat ini.Aku merindukan Asya, sangat sangat merindukannya.
Tapi, bagaimanapun juga aku harus melupakannya.
Aku harus bermasa bodoh dengan dirinya.
Karena tak ada yang bisa di harapkan lagi di antara aku dan dirinya.Sedangkan Bima.
Aku tak boleh begitu egios terhadapnya.
Jika Bima lebih memilih meninggalkan aku, aku harus menerima itu.
Karena itulah pilihanku.
Aku tak bisa memaksanya menjadi pelarian atas masalah yang ku hadapi saat ini.
Meskipun aku sangat nyaman berada di dekatnya, tapi bukan kedekatan seperti itu yang Bima inginkan.
Bima menginginkan aku lebih dari sekedar sahabatnya.
Dan aku belum bisa membuka hati untuk Bima.Aku rasa, perasaan yang ku sabut cinta terhadap Bima, itu hanya perasaan yang timbul karena keterpurukanku.
Bukan seperti cinta yang aku berikan untuk Asya.Mataku mulai berkaca kaca lagi.
Tempat seperti ini bukanlah tempat yang tepat untukku.
Ku lirik jam di lengan kiriku.
22.07.. Sudah terlalu malam.
Aku bangkit berdiri dan bersiap untuk meninggalkan ruangan pengap ini.Seketika semuanya gelap, aku limbung dan terjatuh dengan bebasnya menyentuh lantai.
••••Aku terbangun dengan pemandangan asing yang sama sekali tak pernah ku kenal.
Ruangan yang cukup besar dengan nuansa pink khas wanita.Aku segera melompat dari atas kasur yang spreinya juga di dominasi warna pink itu.
Aku sangat ketakutan, di mana aku?
Siapa yang membawaku kemari?
Berbagai macam pertanyaan menguasai diriku.Kleekk..
Pintu terbuka, seorang wanita cantik bermata hijau masuk.
Aku merapatkan tubuhku ke tembok di belakangku.
Ku peluk erat erat tas kecilku."Heii.. Udah sadar?" gadis itu melangkah santai dan meletakan semangkuk sup di atas meja televisi.
Suaranya sangat merdu, seperti gemerincing lonceng.
"Aku Ketty, semalem kamu pinsan di caffe. Jadi aku bawa kamu balik ke apartemen aku. Kamu ga udah takut" perempuan cantik bernama Ketty itu kini merebahkan tubuhnya di atas kasur yang tadi ku tiduri."Thanks ya.." aku memberanikan diri untuk mengucapkan kalimat itu.
"Semalem minuman kita ketuker" Ketty memejamkan matanya.
"Haaahhh?? jadi aku minum alkohol?" jawabku spontan karena aku kaget setengah mati.
"Emangnya ada yang salah?" Ketty duduk dan menatap bingung ke arahku.
Aku tak menjawab apa - apa.
Aku hanya menunduk memandangi kedua ibu jari kakiku."Nama kamu siapa?" Ketty menghampiriku, memberikan semangkuk sup yang tadi di bawanya.
"Fenita" aku tersenyum kepadanya dan menerima sup pemberiannya.
"Aku ga biasa sarapan" ku tolak lembut pemberiannya.
Bukannya aku tak lapar, tapi aku hanya sedikit waspada.
Banyak kasus prostitusi berawal dari hal hal semacam ini. Jadi aku hanya berusaha menjaga diriku.Ketty yang baru saja ku kenal ini, bukanlah temanku.
Aku tak tau orang macam apa dia. Di tambah lagi tempat kami bertemu adalah di tempat yang kurang baik.
Aku tak mau percaya begitu saja."Ooh.. Ya udah kalo gitu. Kalo mau mandi kamar mandi'y ada di sebelah sana" Ketty menunjukan jarinya ke sudut kiri ruangan.
"Ga usah, ga usah. Aku mau langsung balik. Makasih ya. Nanti lain kali aku mampir lagi kesini." aku menolak sekali lagi tawaran baik Ketty.
Gadis cantik bermata hijau itu hanya tersenyum ke arahku.
Wajahnya terpahat sempurna bagaikan boneka.
Semburat merah alami di kedua pipinya menambah kecantikannya.Dapat ku simpulkan bahwa dia adalah blasteran.
Tinggi badannya yang lebih tinggi dari kebanyakan wanita Indonesia menambah kuat asumsiku."Ok, ga papa kalo kamu mau buru buru pulang. Lain kali kamu ga usah ke tempat kaya gitu lagi. Ga baik" Ketty mengantarku sampai ke lobby apartemennya.
"Iya, sekali lagi thanks banget ya. Aku ga tau gimana jadinya aku hari ini kalo ga ada kamu." aku berterimakasih sekali lagi padanya.
Dia pun hanya membalasnya sengan senyuman kecil di sudut bibirnya.
"Oh iya, save nomer aku ya.." Ketty menyebutkan nomornya dan melambaikan tangannya padaku saat aku masuk ke dalam taxi yang akan mengantarku pulang.------------------------------------------------------
Semoga kehadiran tokoh baru di part ini ga bikin kalian berhenti baca cerita aku ya..
Terus baca dan nikmati ceritanya..
Aku selalu berusaha bikin part yang terbaik untuk kalian semua..Thanks ya buat yang udah ngikutin alurnya sejauh ini..
😍😍😍😍😍😍😍

KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Cinta Berkata Lain
RomancePerjalanan hidup setiap orang itu berbeda. Lengkap dengan derai tawa, ataupun derai air mata. Bagaimana sebuah hal bernama cinta mempermainkan setiap hati dengan sangat tega. Dan bagaimana juga hal bernama cinta itu menghadirkan kebahagiaan tanpa ba...