"Aku lebih memilih mundur, karena aku tau kebahagiaan kamu itu ga ada di aku"
Gerimis mulai menciumi setiap ranting dan semua tempat yang dapat di jamahnya.
Aku merapatkan selimutku dan melanjutkan tidurku.
Waktu sudah menunjukan pukul 8 pagi.
Tapi aku masih sangat malas untuk beranjak dari kasurku."Fen, Fen.. Kamu masih tidur?" suara pelan mamah mengagetkanku.
Tumben, jam segini mamah masih di rumah."mmmmmm... Iya mah" aku menggeliat di balik selimutku.
"Ada temen kamu tuh" lanjut mamah.
"Siapa mah?" aku membuka pintu dan memunculkan kepalaku.
"Ga tau. Mamah ga kenal" mamah meninggalkanku dan membali ke ruang makan.
Aku mengintip dari balik guci hijau bermotif bunga.
Siapa kira kira?
Aku mengucek mataku.Bima?
What?? aku langsung lari ke kamar ku secepat mungkin.Ku cuci wajahku dan ku ganti kostum tidurku dengan kaos merah muda bergambar pita besar di dadanya.
Aku sama sekali tak menyangka Bima akan menemuiku sepagi ini.
Lalu, dari mana dia tau alamat rumah ini.Ah sudahlah, aku tak mau ambil pusing.
Aku segera menghampiri Bima yang masih berdiri memunggungi ku."Hei Bim.." aku berusaha setenang mungkin, padahal aku sangat gugup.
Setelah beberapa bulan lamanya, ini adalah pertama kalinya aku bertatapan langsung dengan Bima.Sebuah perasaan aneh meronta keluar dari dalam hatiku.
Degupan di dadaku tak dapat lagi ku kendalikan.Bima berbalik dan merekahkan senyum sempurnanya untukku.
Wajah tampannya kini nampak nyata di depanku.
Aku seperti tersihir oleh semua yang ku lihat saat ini.Bima yang hangat, yang dewasa, dan penuh kasih sayang.
Itulah Bima yang selalu ku kenal.Kami duduk bersisian, mamah menyuguhkan teh hangat dan beberapa makanan untuk kami.
Dan sepotong roti sandwich dengan topping keju kesukaanku serta segelas susu putih.
Bima sedikit mengernyitkan keningnya saat melihat menu sarapan favorite ku itu ada di atas meja."Kamu belum sarapan?" Bima terheran heran, melirik jam di dinding yang sudah menunjukan pukul 08.45.
"Hehee.. Belum" aku tersenyum kaku. Lalu ku minum segelas susu yang di sediakan mamah di samping piring roti.
"Belum sarapan, belum mandi, dan kayaknya kalo ga kedatengan tamu, belum bangun juga" Ucap mamah saat melintas di hadapan kami.
"Mamaaaaahhh" aku membulatkan mataku menatap mamah, pipiku bersemu merah karena rasa malu.
Mamah tersenyum jahil melihat tingkahku.
Bima hanya tersenyum kecil dan melihatku dengan tatapan menyebalkan bagiku.Aku kesal.
Gara - gara Mamah, Bima tau betapa malasnya aku ini.
Bangun terlalu siang. Bahkan belum mandi.
Aaarrgghhh.. Aku hanya bisa menggerutu di dalam hati.30 menit kemudian mamah sudah siap dengan pakaian kerjanya.
Setelah mengecup singkat keningku, mamah segera menuju kantornya.Sebelum keberangkatanku ke Jakarta, orang tuaku memang sedikit berubah.
Mereka mulai menunjukan rasa sayang dan perhatiannya untukku.
Dan ini membuatku sedikit ragu untuk memulai cerita baru di kota metropolitan itu.Setelah Mamah keluar dari pintu, kami pun kembali berbincang dari sabang sampai merauke.
"Kenapa kamu ngejauhin aku Bim?" sampai akhirnya kalimat itu meluncur dari bibirku.
Bima terdiam, dia menundukan kepalanya.
Dia terlihat muram."Aku lebih memilih mundur, karena aku tau kebahagiaan kamu itu ga ada di aku" Bima masih tetap tertunduk.
"Maksudnya?" aku bingung.
Bima menghela nafas dalam dalam.
"Hari itu, aku ke rumah kamu. Dan pacar kamu juga ada disana. Dia bilang kalo dia ga akan balik ke Bandung lagi, dia bilang kamu sama dia akan tunangan tahun depan. Jadi, aku ga akan ganggu kebahagiaan kalian."Penuturan Bima sukses membuatku kaget dan ternganga.
Sebenarnya drama apa yang sedang di mainkan Asya?Setelah menyakitiku sedemikian dalam. Kini, dia menjauhkan Bima dari aku dengan kebohongan semacam ini.
Aku sangat marah, ingin rasanya ku luapkan emosi ini pada Asya.
Sebegitu teganya dia menghancurkan kegembiraanku.Jika dia tak lagi bisa mendampingi aku, setidaknya jangan buat Bima meninggalkan aku seperti yang di lakukan olehnya.
Aku menyangkal semua kalimat yang di katakan Asya pada Bima.
Tapi, Bima tetap tak mempercayai aku.Dia bilang, dia sudah berjanji pada Asya tak akan mendekati aku lagi.
Baginya, semua itu tak bisa di langgar.
Apa yang sudah di katakannya tak akan di tarik kembali.Semuanya ku ceritakan pada Bima.
Kenyataan bahwa Asya memang kembali menemuiku hari itu.
Tapi, bukan untuk menyambung cerita kita lagi.
Melainkan untuk menambah dalam luka di hatiku.Bima mendengar semua ceritaku, semua kesedihanku dan semua kemarahanku.
Tapi, Bima tetap memutuskan untuk melepaskan aku.Aku kembali merasakan kepahitan seperti kemarin.
Saat Asya mengambil keputusan sepihak untuk meninggalkan aku ke Bandung.Aku tak bisa berbuat apa apa.
Aku hanya bisa menerima kenyataan bahwa hari ini Bima memperjelas semuanya.
Dia tak akan mendekatiku lagi.
Tak akan menemaniku lagi.
Bahkan, tak akan menjadikan aku wanitanya.Seribu rasa sesal menghinggapi hatiku, begitu bodohnya aku menolak Bima waktu itu.
Tapi, apa daya. Penyesalan tak akan merubah apapun."Siapa yang kamu percaya Bima? Aku atau Asya?" suaraku meninggi di tengah tengah isak ku.
"Aku percaya sama kamu Fen, tapi aku bisa ngeliat dari mata kamu sendiri. Ga ada cinta yang aku temuin disana. Aku ga mau jadi tempat pelarian kamu Fen, mungkin aku dateng di saat yang kurang tepat. Saat kamu tersakiti dan merindukan dia, yang kamu temui cuma aku, dari situ kamu mulai menemui apa yg kamu cari. Tapi itu bukan hal yang aku mau.. Aku ga mau jadi tempat pelarian kamu Fen.. Maaf.." kata kata Bima mengunci mulutku.
Semua itu benar. Bima benar. Bahwa aku tak adil kepadanya, menjadikannya pelarianku saat aku merindukan Asya dalam hatiku.
Aku diam dan membeku.
Tak tau apa yang harus ku perbuat.Bima berdiri, mencuim puncak kepala ku sekali, lalu meninggalkan aku.
Aku hanya bisa menatap kepergiannya tanpa bisa mempertahankannya.Air mataku hari ini, menjadi saksi perpisahan antara aku dab Bima.
Entah kapan sang waktu akan mempertemukan kita lagi.Bagiku, Bima tak pernah menyakitiku, dia hanya melindungi dirinya sendiri, juga melindungi aku dari penafsiranku yang salah.
Aku bukan mencintainya, tapi aku mencari cari Asya di dalam dirinya.
Dan sampai detik ini, itu tak pernah ku temui sedikitpun.------------------------------------------------------
Yang namanya CINTA itu ga harus selalu memiliki..
Ga harus selalu bersama..Jadi, kalo sekarang Bima lebih memilih melepaskan Fenita..
Itu karena Bima tau, cinta yang memaksa itu cuma cinta yang egois..Jika memang Fenita takdirnya..
Cepat atau lambat, waktu akan membawanya kembali.Jadiii...
Terus ikutin ceritanya sampai akhir ya..Happy reading..
😍😍😍😍😍😍

KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Cinta Berkata Lain
RomancePerjalanan hidup setiap orang itu berbeda. Lengkap dengan derai tawa, ataupun derai air mata. Bagaimana sebuah hal bernama cinta mempermainkan setiap hati dengan sangat tega. Dan bagaimana juga hal bernama cinta itu menghadirkan kebahagiaan tanpa ba...