I'm Coming

41 3 0
                                    

Setiap perputaran jarum jam yang ku tatap tak mengubah apapun.
Tak ku jumpai dirimu atau sekedar bayanganmu.
Tak ada akhir yang bahagia seperti di dalam drama.
Inilah kenyataan itu, bukan rekayasa.

Dengan gundah, aku duduk termenung di sini.
Di jajaran kursi panjang.
30 menit lagi pesawat yang akan membawaku menjauh dari pulau ini lepas landas.
Mamah dan Papah terus mengajakku untuk segera naik.
Ya, mereka akan menemani perlajanan ku ini.
Menemani aku di Jakarta sampai seminggu.
Tapi, aku masih belum ingin meninggalkan tempatku duduk sekarang.
Aku masih terus menunggu hal yang tak pasti.
Aku masih menunggu Bima.
Aku masih berkhayal bahwa Bima akan datang dan menemui aku di bandara ini.
Seperti yang di lakukan tokoh tokoh sinetron di layar kaca.

Aaarrggghhh..
Hatiku semakin mencelos, saat ponselku pun tak menunjukan apa apa.
Tak ada telepon masuk, atau sekedar pesan.
Setidaknya kalimat "hati - hati".
Bima, kemana dirimu? tak sedikitpun kau memperhatikan aku seperti dulu.

Aku menikmati kehampaan dan keputusasaan.
Ku langkahkan kakiku dengan gontai menaiki tangga pesawat.
Ku tinggalkan semua harapanku pada Bima jauh di belakang sana.

Aku belajar memahami jalan fikirannya.
Belajar menerima kenyataan bahwa aku tak bisa memaksakan keinginanku pada diri orang lain.

••••••

Setelah melewati menit menit yang sangat membosankan di dalam pesawat.
Akhirnya aku dapat menjejakan kakiku lagi di atas tanah.
Tapi, di tempat yang berbeda.
Tak akan ada Bima disini.

KELUARGA ALFENDO

Seorang pria dengan kemeja biru memegang sebuah tulisan besar di depan dadanya.
Papah melangkah maju dan memeluk lelaki itu dengan hangat.

"Heiii,, Mike udah gede aja ya kamu. Pake acara jemput Om segala..." papah menepuk akrab bahu lelaki berusia 23 tahunan yang tak ku kenal itu.
"Heheee.. Iya Om, ga papa. Papah nyuruh aku jemput Om disini." pria bernama Mike itu tersenyum ke arahku dan mamah "Hai tante, lama ga ketemu" lalu dia mengulurkan tangannya ke arah mamah.
Mamah menyambut tangan Mike.

"Iya Mike, kamu ga main main ke Bali. Tante sampe kangen." kalimat mamah sedikit mengganggu kenyamananku.

Sebenarnya siapa Mike ini?
Aku ga kenal sama sekali, tapi mamah bisa bisanya kangen sama orang yang ga pernah aku lihat ini.
Aku yang anaknya aja belum tentu di kangenin.

"Fenita.. ya ampun, nih anak udah gede aja.. Dulu kamu, aduuuhhh cuma semeter tingginya" Mike berbicara kepadaku.

Dulu?
Kapan? aku tak menemukan bayangan mike di dalam ingatanku.
Aku masih melongo tanpa menjawab kalimatnya.

"Ini aku lho Fen.. Mike si pangeran berkuda putih."menyadari aku tak mengenalnya Mike berusaha membuatku ingat akan masa masa kecilku.

Mendengar itu, aku langsung teringat pada seorang anak lelaki bertubuh kerempeng dengan rambut gondrong yang menjadi temanku di komplek perumahan kami di Jakarta.

"Ya Tuhaaaannn,, sejak kapan kamu berevolusi Mike? hahahahah" aku langsung memeluknya saat aku mengingat siapa dia.

Tubuh kerempengnya sudah berubah menjadi kekar berisi.
Tato di lehernya menambah perbedaan yang sangat kentara darinya.

Ketika Cinta Berkata LainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang