Badai

37 3 0
                                    

"Aku bahkan ga menyentuh kamu. Gimana bisa kamu hamil dan nyeret aku ke dalam permasalan kamu."

Asya duduk di bangku taman alun alun kota.
Gerimis mulai turun, jaket hijau Asya mulai basah.
Sesekali Asya mengintip layar ponselnya dan menoleh kanan dan kiri, seperti mencari seseorang.
Tapi, orang yang di cari itu tak kunjung menampakan dirinya.
Tetes hujan yang jatuh semakin banyak.
Asya bangkit dari duduknya.
Hatinya dongkol.
Dai memutuskan untuk pulang.

Langkahnya terhenti saat matanya melihat wajah orang di tunggunya.
Seorang wanita.
Dia tampak cantik dalam balutan T-shirt kuning terangnya.
Rambutnya bergelombang indah terawat.
Wanita itu tersenyum manis pada Asya.

"Maaf ya udah nunggu lama" gadis itu menggelayut manja di lengan Asya.
"Mau ngomong apa?" Asya menjawab dingin dan melepaskan rangkulan tangan gadis itu.
"Galak amat sih.. Duduk dulu yu.." gadis itu mendahului Asya melangkah ke stand kopi di pojok alun alun.
Asya pun mengikutinya dengan malas.
Mereka memesan dua cangkir kopi panas.
Hujan yang semakin deras, mengubah suhu menjadi lebih dingin.

"Kamu gimana sama Fenita?" pertanyaan dari gadis itu memaksa Asya mengingat lagi hubungannya dengan Fenita yang semakin memburuk.
"Ga tau, bingung. Lagi kurang baik" Asya menyeripit cangkirnya.
"Mmm.. gitu ya" hanya itu jawaban yang Asya dengar.
"Sebenernya mau ngomong apa sih? cepetan" Asya mulai jengah dengan percakapan yang mulai tak jelas.

"Aku hamil" dua kata larih yang keluar dari bibir wanita di hadapannya membuat Asya tersedak kopi yang di teguknya.
"Apa?" Asya melotot dan mencondongkan tubuhnya ke depan. Suaranya meninggi.
"Ssssstttt.... jangan berisik" sebuah jari telunjuk menempel di bibir Asya.
"Kamu jangan becanda" Asya mengecilkan volumenya.
"Orang tua aku lagi ke rumah kamu sekarang" kalimat itu mengejutkan Asya.
Untuk apa?
Asya kebingungan.
Ekspresi herannya sangat ketara di wajahnya.
"Maafin aku Sya, tapi aku bilang sama mereka kalo ini anak kamu."
Rasa terkejut Asya makin bertambah dan sekarang amarahnya memuncak sampai ke ujung kepala.
"Aku bahkan ga menyentuh kamu. Gimana bisa kamu hamil dan nyeret aku ke dalam permasalan kamu." Asya berdiri dan memegangi kepalanya.
"Kamu keterlaluan Anya!" Asya sangat marah.
Ya, Anya telah berbuat terlalu jauh.
Pertemanan yang di anggap baik oleh Asya, seketika rusak oleh perbuatan Anya hari ini.
Bagaimanapun juga ini adalah fitnah.
Asya tak tahu bagaimana cara menjelaskan pada kedua orang tuanya.

Apapun yang dia ucapkan tak akan di percaya.
"Kamu urus masalah kamu sendiri Nya, jangan rusak hidup aku" Asya bergegas meninggalkan Anya yang masih menunduk lesu.
Hujan lebat di terjangnya.
Tak peduli kilat dan petir yang mengamuk.

Tujuannya adalah sampai ke rumah secepat mungkin.
Menjelaskan semua kesalahpahaman ini.
Membebaskannya dari tuduhan yang sama sekali tak di lakukannya.

•••••

Plaaakkk..
Sebuah tamparan keras mendarat di wajah Asya.

"Anak kurang ajar!!!" teriak ayah Asya saat Asya menginjak teras rumahnya.
"Ayah.. Aku ga berbuat kaya gitu." Asya berlutut di kaki pria setengah baya berkumis tebal di hadapannya.
"Bikin malu keluarga! Kamu harus tanggung jawab atas kelakuan kamu. Jangan banyak alesan kamu." Ayah Asya menyentakan kakinya.

Asya hanya bisa pasrah atas apa yang menimpanya.
Entah apa yang harus dia katakan pada Fenita.
Tubuhnya lunglai, dia tersungkur lemas di lantai teras.

Ibunya hanya memandang dia dari kaca jendela ruang tamu.
Putra yang sangat dia banggakan telah melempar kotoran ke wajahnya.

------------------------------------------------------

Kasihan banget ya si Asya..
Sampe kaya gitu..

Ayo next baca part selanjutnya..

Kira kira gimana ya tindakan Asya..

Ketika Cinta Berkata LainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang