05 terimakasih!

86 19 0
                                    

"Aku tau kau butuh setidaknya hanya satu orang saja? Iya kan?".

"terimakasih"

"ok, aku anggap kau temanku hehe"

Jungkook berjalan meninggalkan hayoung yang masih diam tak mengerti dengan sikap jungkook.

"sampai bertemu nanti chingu"ucapnya dengan menekankan kata chingu

Hayoung menghela napas kasar, ia benar benar tidak mengerti dengan pria satu ini
Ada perasaan senang juga takut, senang saat ada seorang yang berbicara padanya dan mengajaknya menjadi temannya, dan takut? Kau pasti tau.

Hayoung membalikkan badannya menghadap ratusan bahkan ribuan rumah terbentang di bawahnya indah dan menarik, mereka membentuk perkumpulan dengan warna warna yang berbeda, tidak lupa pohon pohon yang juga ikut andil dalam menyempurna indahnya kota seoul dari atas gedung.

"kenapa aku tidak ke sini dari dulu?" pikirnya

Angin kembali berhembus meninggalkan jejak dingin dipipi, juga rambutnya , menenangkan.
Hayoung kembali menoleh pada tempat dimana jungkook berbalik dan pergi
"teman? Apakah jika ia tau, dia akan pergi? Ku harap begitu"

***

Bisikan bisikan kembali hayoung dengar, lagi , semakin ia dengar maka semakin kencang suara bisikan itu, benar benar memuakkan. Ia berusaha mengabaikannya dan menganggapnya sebagai nyanyian buruk di musim semi, itu tidak buruk.

Puluhan mata menatapnya tajam seakan berkata orang sepertinya tidak pantas hidup atau akan lebih baik jika ia dikeluarkan saja dari sini
Dan hayoung yakin akan hal itu, tapi ia tidak akan goyah, ini hidupnya dan ia sendiri yang menjadi tokoh utama, apapun yang akan ia lakukan akan ia lakukan, tidak peduli mereka mencap hayoung iblis dan semacamnya.

Disela bisikan itu, nama pria itu juga disebut aku tau mereka akan membicarakan ini, bukan , bukan membicarakan ketampanan jungkook lagi tapi tentang jungkook yang berbicara denganku.

"seharusnya jungkook jauh jauh drinya, dia berbahaya"

"ya, bagaimana jika jungkook kita terluka?"

"aku juga berpikir seperti itu,"

"apa kalian dengar, jungkook mengajaknya menjadi teman"

"benarkah? Lalu dia menerimanya?kuharap tidak"

"dia menolak ajakan pertemanan jungkook"

"dasar wanita tak tau diri"

"hah dia bahkan tidak menolaknya dengan halus"

"dia malah mengabaikan jungkook, dasar tidak tau diri"

"tapi baguslah setidaknya mereka tidak berteman, jungkook akan aman"

Langkahnya terhenti, ia sedikit mendongakkan kepalanya memandang para manusia dihadapan dan sampingnya, mereka menatap tajam ke arah hayoung dan tidak lupa dengan bisikan itu lagi.

"MANUSIA MEMILIKI MULUT TAPI TIDAK MEMILIKI OTAK". Ucapnya dengan suara rendah dan mengancam.

Hayoung kembali menundukkan kepalanya dan berjalan menuju kelasnya, sedang mereka kembali mengumpat tidak jelas dan yang lainnya lagi melihat ngeri perkataan hayoung yang terdengar seperti ingin membunuh seseorang.

Dilain tempat pria itu jungkook menyaksikan kejadian tadi yang menurutnya keren, ia tersenyum menatap kemana perginya hayoung.

***

Pelajaran sains dimulai setengah jam yang lalu namun, guru yang mengajar juga belum datang, dan kalian pasti tau apa yang akan terjadi? Yah, semua berantakan meja meja tersusun menyamping, miring bahkan ada yang terbalik

Hayoung membuka matanya, ia tidak tidur ia hanya memejamkan matanya, karena ia tidak ingin sesuatu kembali muncul dalam mimpinya.
Kelas bertambah riuh, jadi ia memutuskan untuk keluar dari kelas.

Lorong lorong kelas bercat putih bersih terlihat sepi dengan beberapa siswa yang duduk rapi menyimak penjelasan guru didalam kelas, ia tidak tau kemana, ia hanya berjalan tidak tentu arah.

Ruang seni

Suara derekan pintu menggema ruangan, ia masuk perlahan meneliti setiap Benda yang tertata rapi, berbagai peralatan melukis memenuhi ruangan, andai ia bisa, hidup hayoung ingin seperti sebuah lukisan, menorehkan tinta cat membentuk apapun yang ia mau, itu akan sangat menyenangkan.
Hayoung hanya berharap tidak ada lagi mimpi buruk, tidak ada lagi mimpi itu menjadi kenyataan hingga membuat hayoung kehilangan yang ia sayangi.

Hayoung mencelupkan kuasnya pada cat dan meletakkan warna tsb pada kanvas putih, apakah hayoung suka lukis? Tidak. Ia hanya mencoret kanvas putih dengan cat beraneka warna tanpa tau bentuk apa yg ia buat.

"keren"

Sontak hayoung menoleh ke arah sumber suara dan benar saja itu adalah jungkook.

"mengagumkan". Ucapnya lagi dengan senyum yang selalu ia lontarkan.
Ia mengambil kursi dan kemudian duduk didekat hayoung, mengambil kuas ditangannya dan ikut menorehkan cat pada kanvas .

"kau suka melukis?"

Tidak ada jawaban.

"saat seorang teman bertanya, kau harus menjawab hayoung-ah".
"oh iya!! Penampilanmu tadi sangat keren, saat kau bilang kata kata itu ...wah aku benar benar merinding, daebak"

Ia tetap diam tidak ada niatan untuk menjawab dan tetap fokus pada lukisan dihadapannya.

"kalau kau ingin melukis sesuatu, melukislah denganku"

Hayoung menghadapkan wajahnya pada jungkook yang juga menatap hayoung, wajah mereka cukup dekat hingga ia bisa merasakan napas hangat dan tenang yang keluar dari hidungnya.

Tangan jungkook bergerak menuju rambut hayoung yang menutupi sebagian wajahnya, menyingkirkan rambutnya dan seketika, Tatapannya terkunci pada bola mata indah hayoung, namun itu hanyalah keindahan semata, tidak ada cahaya didalamnya, ia tau itu.

"akan lebih indah jika cahaya itu ada pada matamu". Ucapnya seraya menjauhkan wajahnya pada hayoung.

"sepertinya kau tidak berniat untuk berbicara denganku, baiklah aku tau kita baru kenal dan aku bertingkah seolah kita saling kenal,"

"jungkook jangan berteman denganku, jangan dekat denganku, jangan mencoba untuk tau tentang diriku"

"aku akan melakukannya, tapi untuk berteman, aku tidak mau, aku akan menjadi temanmu".

Ia tersenyum lagi, senyum yang cerah dan tulus.
Jungkook teringat sesuatu dan dengan cepat mengambil sesuatu di dalam tasnya, ia kemudian menarik tangan hayoung dan tentu saja ia terkejut.

"aku lupa jika aku melukaimu, lagi"
"maka dari itu jangan terluka, karena aku tidak mau mengobatimu apalagi itu adalah luka yang aku sebabkan". Ucapnya sambil menutup lukanya dengan plester luka.

Tangannya yang halus dan penuh kelembutan saat ia menyentuh dan membalut lukanya dengan plester, sebuah senyum kecil berhasil tercipta dari bibir mungil hayoung, namun ia yakin jungkook tidak melihatnya karena sibuk mengobati luka milik hayoung

Aku tidak tau apakah sekarang kau temanku atau tidak, tapi ...terimakasih.

Spring Day 봄날 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang