19 Oppa Mianhae

57 12 0
                                    

Hayoung Pov

"kau telat". Ucapku membuka percakapan, agar tidak begitu tegang.

"hm, mianhae . Aku sangat senang saat mendapati kertas ajakan bertemu darimu dilokerku"

"dan terima kasih sudah datang". Jungkook menghentikan langkahnya dan berdiri tepat satu langkah di depanku, karena gugup aku mundur satu langkah dan membiarkan mata kami bertemu.

"Kau baik baik saja?"

"tentu"

"aku khawatir saat kau beberapa hari ini tidak masuk sekolah, jujur saja. Bukannya aku tidak peduli padamu, hanya saja. Saat aku berdiri didepan rumahmu, aku tak berani, aku takut menganggumu. Dan aku hanya bisa melihatmu dari balik kaca jendela dan memastikam bahwa kau tidur dengan baik"

"jadi kau---"

Jadi selama ini jungkook datang kerumahku tanpa aku tau? Bodohnya aku kenapa aku sempat berpikiran buruk tentangnya. Batinku.

Terjadi hening beberapa menit, kami membiarkan suara angin mendominasi yang entah sejak kapan aku menyukainya.
Aku menarik napas untuk membuka suara, dan..

"hayoung-ah"

"jungkook-"

"Wae?"

"hm, hayoung. Kau mau ikut denganku?"

"eoh, tentu"

.
.

Pintu perlahan terbuka, dan menampakkan lukisan serta alat musik disana, sama seperti waktu itu, yah sebut saja ini studio pribadi jungkook.

Jungkook mengajakku melihat lukisan indah yang ia lukis lewat tangannya yang indah, ia juga bercerita sedikit tentang lukisan yang ia buat padaku.
Dan terlihat bahwa lukisan itu memiliki kenangan dan makna yang luar biasa mendalam, dan aku yakin sangat penting untuknya.

Langkahku terhenti kala melihat lukisan yang mirip denganku, aku menatap jungkook tanya, dan ia hanya tersenyum lembut.
"Aku ingin melihat semyummu setiap saat, saat kau memutuskan untuk sendiri, aku menghabiskan waktu untuk mengingat kembali senyummu yang kala itu kau tunjukkan padaku, dan saat aku teringat aku melukisnya, karena aku tidak mau melupakan senyummu"

"dan sekarang, tolong berikan aku senyummu, agar aku senantiasa mengingatnya, kau tau aku akan senang jika orang tersenyum padaku karena aku"

"seperti keenam pria itu, aku bahagia setidaknya aku bisa membuatnya tertawa, dan aku ingin melakukannya lagi padamu"

"jadi pegang tanganku, dan tersenyum"

Hatiku menghangat kala ia mengucapkan kata yang membuatku tersentuh, aku tidak tau bahwa dia orang yang penyayang, dan aku senang bisa bertemu dengannya.

"jungkook, aku akan melindungi orang terdekatku, tidak peduli bahwa itu membahayakan aku atau mereka, tapi setelah aku berpikir lagi, kenangan indah tidak akan terulang persis sama, dan menghindar adalah langkah yang salah, kau pernah bilang padaku untuk bisa berteman dengan yang lain, dan kurasa aku akan mengikuti perkataanmu kali ini".
Ucapku dan ia tersenyum padaku.

"mau makan es krim?"

.
.
.

Hari yang cukup pendek pikirku kala kami sudah berada di depan rumahku, jungkook mengantarku pulang dan segera menyuruhku masuk untuk istirahat.
Aku mengangguk dan tersenyum, saat aku akan membalikkan tubuhku, ia menahanku. Aku mengangkat salah satu alisku tanda bertanya.

"Jangan dilepas atau terlepas lagi".
Rupanya ia memasangkan jepit rambut yang tidak sengaja jatuh dan jungkook yang menemukannya, sama seperti saat itu. Untuk kedua kali, ia memasangkannya padaku dan membuatku senang.
Aku mengangguk paham dan segera menyuruhnya pulang.

Tak perlu ada yang aku takutkan sekarang, karena aku bisa!

.
.

Keesokan harinya sepulang sekolah, jungkook mengatakan padaku bahwa ia akan pulang lebih awal karena ada urusan keluarga, jadi ia tidak mengantarku pulang atau sekedar jalan jalan sebelum kembali kerumah.
Aku berdiri dihalte menunggu bus yang akan membawaku menuju rumah, tapi bus juga belum datang, jadi aku memainkan ponselku tanpa tau harus melakukan apa, sesaat kemudian senyumku mengembang kala melihat pesan bernama Mr. Jeon di notifikasi.

Malam itu..

Aku menyuruhnya itu pulang karena cuaca cukup dingin dan sudah malam, tapi ia menolak, ia memintaku untuk masuk rumah terlebih dahulu, alih alih ia menungguku.
Jadi aku hanya menurutinya dan berbalik.
Namun sebuah panggilan dari ponselku yang membuatku menghentikan langkahku.

Nomor tidak dikenal.

Aku menimang nimang, apakah aku akan mengangkatnya? Cukup lama hingga seseorang yang tak lain adalah jungkook berkata padaku.

"angkatlah". Aku berbalik menghadap jungkook yang kini sedang menempelkan ponsel ditelinganya.

Aku menjawab panggilannya.

"Annyeong hayoung"

"itu kau jungkook?". Aku akan memutuskan panggilannya namun ia mencegahnya

"jangan dimatikan"

"oh ya simpan nomorku dengan nama hmm... Jungkook handsome? Hmm..jungkook--"

"terserah padaku"

"hehe arasseo, ok kalau begitu selamat malam"

"eoh, selamat malam"

Mr. Jeon : sudah sampai rumah?

Hayoung : belum

Mr. Jeon : pulang secepatnya dengan aman, maaf aku tidak bisa mengantarmu pulang.

Hayoung : ya, oh bus sudah datang

Mr. Jeon : baiklah.

Aku memasukkan benda pipih itu kedalam kantong dan cepat masuk ke dalam bus, cukup banyak orang didalamnya hingga membuatnya terasa sesak, dan sialnya aku tidak kebagian tempat duduk, jadi aku berdiri dan berusaha menyeimbangkan tubuhku jika terjadi rem mendadak.

Cukup lama hingga aku melihat seseorang yang tak asing menurutku, aku menghampirinya untuk memastikan dan benar...

"Oppa?"

.
.

Kami duduk di sebuah kursi taman dekat rumahku, sudah 2 tahun aku tidak bertemu dengannya, tidak tau kabarnya dan apa yang dia lakukan.

"Oppa, jaljinaesseo?" (bagaimana kabarmu?)

"seperti yang kau lihat"

"Op---"

"ya! Geumanhae" (hentikan)
"aku tau kita sudah dewasa, dan harus menerima semua itu, tapi sayangnya aku bukan orang yang seperti itu, selama berapa tahun tidak kah ada rasa kasih sayang yang ayah berikan padaku hanya karena kau, bahkan kau yang pertama berada di samping ayah saat ia mati"

"mian...hae"

"Apa kau bilang? Maaf? Dengan kau merebut hak yang aku miliki, kau hanya mengatakan maaf? Ya aku marah, aku iri dan cemburu padamu. Tapi aku kecewa padamu karena kau tidak bisa menjaga ayah". Ia beranjak dari tempat duduknya membentakku habis habisan, jujur aku takut, tapi saat itu aku tidak tau bahwa ini menjadi nyata, mimpi itu--- mimpi yang tidak aku ingat--

"sehun oppa, aku tidak tau, semua terjadi begitu saja. Aku juga merasa stress karena merasa aku salah---"

"iya! Kau memang salah, seharusnya kau tidak perlu mengajak ayah pergi, kau tidak perlu merengek pada ayah bahwa kau ingin pergi jalan jalan, k-kau----". Sehun kembali terduduk, menghela napas pasrah dan menatapku sayu, jika aku lihat ia tidak berubah hanya saja ia terlihat kurang terawat, rambutnya yang sedikit panjang dan kerah baju yang tidak terlipat dengan sempurna.

"Aku masih sama, aku masih membencimu". Ucapnya dan meninggalkan aku ditaman dengan sejuta pemikiran yang kalut.

Ia kira aku hidup dengan damai akhir akhir ini? Tentu saja tidak. Aku merenungkannya hingga membuatku stress berkepanjangan, aku terus mengutuk diriku sendiri karena telah mengambil jalan yang salah. Aku menyesal.

Spring Day 봄날 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang