23

39 9 0
                                    

Happy reading~~~

🌸🌸🌸

H

ayoung menatap datar bangunan besar bercat biru dengan tulisan berwarna putih dihadapannya. Orang orang berlalu lalang dengan bebas, beberapa kendaraan juga terparkir rapi disana. Sesekali ia menatap jungkook yang juga menatapnya dengan tersenyum. Apa dia gila? Pikir hayoung.

"kau gila?". Tanya hayoung tanpa mengalihkan padangannya dari bangunan di depannya.

"Tidak, itu mungkin kau, hayoung".

"maksudmu?".

"kau mungkin gila karena terlalu sering melihat senyum manisku". Ucap jungkook seraya melakukan aegyo yang menggelikan, sejak kapan dia jadi seperti itu?

"aishh".

"Ayo masuk". Ucapnya seraya menarik tangan hayoung. Hayoung yang bingung hanya ikut kemana jungkook membawanya ke dalam bangunan besar bernama 'Rumah Sakit Jiwa' itu.

Jujur saja, hayoung belum pernah masuk kedalam rumah sakit jiwa, dan ia rasa hampir sama seperti rumah sakit biasa.dan pasti ada perbedaanya.

Mereka berjalan melewati lorong dan terkadang jungkook tersenyum seraya menundukkan kepala kepada orang yang ia yakini adalah perawat disana. Jungkook mengenalnya? Memangnya siapa yang sakit jiwa? Tanya hayoung dalam hati.
Ia tidak bertanya dan hanya diam mengikuti tapak kaki jungkook yang tegas.

"Jungkook". Seru seseorang.

"Bagaimana keadaannya?". Tanya jungkook dan orang itu menjawab seraya tersenyum

"Dia lebih tenang sekarang, walaupun terkadang ia masih sering berteriak setiap malam, ia juga beberapa kali ingin kabur bahkan ingin bunuh diri, tapi tenang saja.  Dia akan kembali tenang jika obat penenang berhasil masuk dalam tubuhnya". Jelasnya.

"Benarkah? Ehm.. Boleh saya menemuinya?". Tanya jungkook dan ia mengangguk sebagai respon.

Ruangan demi ruangan mereka lewati, berbagai macam orang dengan gangguan psikis berjerit, damai , tertawa dan sebagainya. Ini kali pertama ia merasakan langsung berkeliaran di area rumah sakit jiwa.

Mereka berhenti disebuah ruangan, jungkook memutar kenop pintu dan pintu pun terbuka, dapat mereka lihat seseorang tengah duduk melamun dengan tatapan kosong. Siapa dia? Apakah dia teman jungkook?

"dia adalah pria dengan senyum kotak itu". Benarkah? Hayoung kembali menatap pria itu, ya itu benar. Dia adalah salah satu pria yang berada di dalam lukisan itu, pria dengan senyum kotak.

Mereka menghampirinya dan duduk di tepi ranjang yang akan berbunyi jika mereka duduk, pria itu masih sibuk dengan dunianya, entah apa yang dia lamunkan.

"Taehyung hyung". Tidak ada jawaban

"Hyung".

"Tidak mau menyapaku?".

"Kim Tae---". Pria itu menoleh dan memegang tangannya dengan cepat, mereka saling menatap dan jungkook memberikan senyum pada taehyung.

"Hyung ingat? Aku jungkook".

"jung--kook? Jung--kook?". Ucapnya berulang kali.

"Iya, dan ini temanku hayoung". Pria itu tidak mengidahkannya dan masih menggumamkan kata 'jungkook'. Hayoung yang berada didekatnya mencoba untuk mendekat dan memperkenalkan dirinya namun ia juga masih tetap mengabaikannya.

"Kurasa dia butuh istirahat dulu, mau keluar?". Ajak jungkook.

Mereka meninggalkan ruangan dengan taehyung yang masih bergumam, pintu berdecit dan kemudian tertutup. Mereka berjalan menuju kantin rumah sakit dan memesan beberapa minuman juga makanan ringan.

"kenapa kau membawaku kesini?".

"bukankah aku bilang padamu akan menceritakan kisahku? Maka dari itu aku ingin memperkenalkanmu pada salah satu sahabatku".

"Dia adalah Taehyung, dia orang yang keras kepala tapi juga orang yang asik. kami, namjoon hyung, seokjin hyung, hoseok hyung, jimin hyung taehyung hyung dan yoongi hyung, kami mengalami kecelakaan disaat kami ingin meraih mimpi kami. Itu benar benar menakutkan. Aku juga berpikir kenapa aku tidak ikut saja dengan mereka, kenapa aku yang harus hidup damai?".

"mereka semua meninggal kecuali aku dan taehyung hyung, dan juga belum dipastikan apakah yoongi hyung meninggal atau tidak, tidak ada anggota keluarga yang peduli. Aku benar benar merindukannya dan berharap aku akan bertemu dengannya".

"juga mengenai taehyung hyung, aku harap dia bisa cepat sembuh, setidaknya aku masih memiliki taehyung hyung".

Min yoongi? Pikir hayoung.
Ingin ia mengatakan pada jungkook bahwa yoongi masih hidup dan ia bertemu dengannya, tapi entah kenapa perkataan yoongi yang menyuruhnya untuk merahasiakan membuatnya susah untuk jujur.

"oh iya, maaf ya. Seharusnya kau mencari kerja paruh waktu hari ini".

"tidak apa apa kok, aku rasa... Aku sedang memikirkan sesuatu hehe".

*

Hayoung Pov

Jungkook menyuruhku untuk menunggunya sebentar sementara dia pergi ke toilet umum katanya.
Aku duduk di sebuah bangku taman kota seraya menendang nendang angin karena kakiku yang tidak sampai ke tanah, rasa bosan merayapiku. Dia sangat lama padahal hanya ke toilet.

Aku menggerutu tak karuan.
Sesaat setelahnya dapat aku lihat dua pasang sepatu dihadapanku , tidak. Itu bukan milik Jungkook, aku mendongak untuk mengetahui siapa pemiliknya.

"Hai, kau ingat kami". Ucapnya, tapi aku tidak tau siapa mereka. Dua laki laki ini menatapku dengan tatapan nakal, menjijikkan. Aku bangkit dari tempat dudukku seraya membungkukkan badan dan pergi, namun salah satu dari mereka menahan tanganku.

"Aku tidak mengenal kalian, jadi jangan ganggu aku".

Tapi tetap saja, tenaga laki laki tidak akan sebanding dengan tenagaku. Tangan laki laki itu memegang jepit rambutku dan membuangnya. Tentu saja aku marah, itu adalah pemberian jungkook untukku.
Aku terus memberontak tapi dia malah semakin mengeratkan genggamannya.
Aku tidak tau, apakah aku terdorong atau dia mendorongku atau aku jatuh karena berusaha memberontak. Kakiku terkilir dan itu sangat sakit.

Sebuah pukulan dapat aku dengar jelas, seseorang tengah berkelahi disana, dan benar saja saat aku mendongak jungkook dengan berani melawan mereka berdua, disaat seperti ini, aku melihat jungkook yang berbeda, jungkook yang brutal, jungkook yang termakan amarah.
Dan dalam waktu singkat mereka kalah dan pergi, jungkook menghampiriku dengan peluh yang membanjiri wajahnya hingga bajunya.

Jantungku berdetak cepat saat ia mengulurkan tangannya untuk membantuku, hingga aku melupakan sesuatu, kakiku terkilir.
Dia tidak berbicara sama sekali, aku tidak tau kenapa padahal dia sangat semangat sebelumnya. Yang ia lakukan hanya berjongkok di depanku dan menyuruhku untuk naik ke punggungnya dengan isyarat.

Aku benar benar merasa tidak enak, tapi ia tetap diposisinya. "naik". Ucapnya

"tida----".

"kubilang naik!". Mau tak mau aku naik ke punggungnya, dia membawaku hingga ke rumah. Aroma tubuhnya mengalahkan bau keringat yang membanjirinya. Entah sejak kapan aku menyukainya. Dan sempat aku berpikir apakah aku menyukainya?

Ia menurunkanku tepat di pintu rumahku.
"Maaf". Ucapnya dan ia pun pergi.

.
.
.
3 hari kedepan gk bakal update TT
Bikos author masih ujian.
Dan setelah 3 hari kemudian, author bakal sering update, makasih yg udh baca jgn lupa kritik dam sarannya. Juga pencet tanda bintang dibawah yaa💙
Maap klo ada typo.
Blang yo kalo ada yang typo.
Entah kenawhy author bingung mau ngetik apa:v

Spring Day 봄날 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang