20

51 9 7
                                    

Sejak tersebarnya berita kematian Chaerim, mereka berbondong-bondong melontarkan cacian demi cacian padaku, telingaku panas mendengarnya.
Entah itu dikantin, kelas, perpustakaan yang notabennya adalah ruangan sunyi kini mulai berubah jadi tempat gosip siswa yang kurang kerjaan, hampir seluruh penghuni sekolah mengucilkanku, kecuali jungkook.

Aku berusaha tidak peduli, menganggap semuanya sebagai angin lalu saja, tapi tidak bisa.

Aku melewati lorong yang kini menjadikanku sebagai objek utama, sempat aku berpikir manfaat apa yang mereka peroleh dengan bergosip begitu?

Hei hei diam diam, itu dia si pembawa sial

Woah, dia benar benar monster

Setelah chaerim, siapa lagi yang akan menjadi korban selanjutnya?

Hei, menjauh menjauh, bagaimana jika sampai dia melihat kita, dan besoknya kita sudah tidak dibumi ini?

Aku benar benar merinding

Apa tidak keluarkan saja dia dari sekolah ini?

Ya ya aku setuju.

Aku benar benar takut.

Kurasa ada baiknya jika kita suruh jungkook untuk berhenti mendekatinya.

Ya.. Mungking saja dia berusaha mendekati jungkook

Tidak tau malu.

Dia----

Sebuah benda menempel tepat disepasang telingaku, aku sedikit kaget saat mendapati jungkook berada di samping kiriku.
Dia memasangkan earphonenya padaku.

"dengarkan lagu itu, bukankah lebih indah?". Ucapnya seraya tersenyum, menampilkan deretan giginya yang rapi, ck si gigi kelinci ini membuat jantungku berdetak kencang lagi.

"go ma wo". Ucapku tanpa mengeluarkan suara, dan dibalas senyuman darinya.

.

Jungkook mengajakku ke rooftof, dan sesaat kemudian pikiranku melayang saat jungkook memintaku menjadi temannya, beberapa bulan yang lalu.
Dan aku bersyukur, menjadikan dia temanku. Aku berjanji pada diriku sendiri bahwa aku akan menjaganya, melindunginya, karena dia seseorang yang berharga setelah keluargaku.

Kami mengambil tempat duduk yang sudah berdebu disana, dan mengobrol sesuatu yang menyenangkan.
Dia juga sesekali menceritakan saat dirinya yang masih kecil dulu, saat ia dikagumi banyak orang karena ia seniman cilik yang berbakat, dan aku juga mengakuinya, dia sangat berbakat.

Bel masuk berbunyi, aku segera beranjak dari tempat dudukku dan segera masuk kelas, tapi jungkook menghentikanku.

"bagaimana jika bolos saja?"

"Ha?"

"kenapa? Waktu itu kau pernah mengajakku membolos? Kenapa sekarang tidak? Yah anggap saja kita imbang?"

"jangan becanda, guru killer akan mengajar dikelasku sebentar lagi"

"benarkah? Bagaimana jika kita minta izin membolos padanya?"

"ya.. Kau gila?".

"ne.. Kau benar, aku gila hahaha"

.
.
Ok, jungkook benar benar gila, aku tidak tau dia bisa senekat itu, bagaimana tidak ia menepati ucapannya.
Aku pikir ia hanya membual tapi, apa yang tadi dia katakan pada guru killer itu?

"annyeong seonsaengnim..."

"Kau tidak dengar bel sudah berbunyi sepuluh menit yang lalu ?!"

"Ne Ssa-----"

"Ssaem, bolehkan saya pinjam murid anda sebentar?". Aku membelalak dan menatap jungkook tajam, dia benar benar susah ditebak.
Sedang yang ditatap hanya tersenyum tanpa dosa, dan kembali menatap guru killer itu tanpa rasa takut.

"KAUU!!! PERGI DARI SINI, DAN KAU HAYOUNG, JANGAN IKUT PELAJARAN SAYA HARI INI"

jungkook tersenyum lagi kearahku dan menarik tanganku pergi, sempat aku berontak dan minta penjelasan darinya, tapi yang aku terima hanyalah senyum tanpa dosa hingga kami sampai di halaman sekolah.

"jadi? Apa?". Tanyaku.

"Mau ke studioku?". Aku hanya mengangguk dan pasrah kala tanganku kembali ditarik menuju halte bus.

.

Author pov

Untuk yang ketiga kali hayoung kembali menapakkan kakinya diruangan yang cukup lebar dengan beragam benda terpajang disana hingga hampir menyisakan sedikit ruang untuk dilalui.

Jungkook membangunnya disamping rumahnya, dan ia juga berkata bahwa sebagian besar waktu ia habiskan distudionya, ibunya juga sesekali berkunjung sekedar melihat anaknya yang sedang sibuk membuat musik atau melakukan sesuatu yang lain.

Hayoung duduk dikursi dekat dengan lukisan dirinya, sedang jungkook, ia sibuk berkutat pada layar komputer dihadapannya, lama lama hayoung terasa bosan. Tentu saja, siapa yang tidak bosan duduk sendiri tanpa melakukan apapun dan hanya melihat punggung seseorang yang sibuk dengan dunianya.

Jadi ia beranjak dari tempat duduknya, berkeliling melihat lukisan dan beberapa foto keluarga jungkook juga teman temannya dengan tanda kutip teman jungkook yang sekarang.

"Jungkook, apa kau tidak punya foto sahabatmu kecuali lukisan itu?". Ucapnya seraya menunjuk sebuah lukisan yang merupakan sahabat jungkook terdahulu.

"Tidak, karena aku mengingatnya di otak dan mengenangnya dihatiku hehe"

"aku serius"

"aku juga serius!".

"Terserah lah". Ia pikir berbicara dengan jungkook bukan lah ide bagus, jadi akan lebih baik melihat lihat sesuatu yang lain

Jungkook memang seniman hebat menurut hayoung, tapi ada sesuatu yang membuatnya penasaran pada jungkook.

"Jungkook"

"hm?"

"Kau suka melukis, tapi kenapa hanya ada sedikit lukisan? Mana lukisan mu yang lain? Ahh.. Kau pasti menjualnya ya?"

"Aku berhenti, terakhir kali aku melukismu karena aku merindukanmu"

"kenapa begitu? Kau menyerah pada mimpimu?". Jungkook memutar kursinya hingga membuatnya berhadapan dengan hayoung.

"Ini bukan mimpiku, mimpiku adalah musik, aku adalah seorang pemusik".
"kalau kau mau tau, aku akan menceritakannya padamu, tapi nanti ya. Aku lapar".

.

Sempat hayoung menolak dan meminta makan ditempat lain, tapi bukan jungkook namanya jika ia tidak bersikeras makan disana.
Ya, restoran itu adalah tempat ibunya bekerja.

Mereka duduk di kursi strategis untuk mendapat pemandangan yang indah diluar sana, seraya memilih makanan apa yang akan dimakan.

"jungkook, kau tidak memilih makanan?". Tanya Hayoung, tapi bukannya menjawab ia malah celingak celinguk mencari seseorang. Entah siapa orang itu, hayoung tak tau.

"Ohhh... Ahjumma"

Deg

"aku ingin makanan kesukaanku, seperti biasa"
"Oh.... hayoung, kau pesan apa?"

"eoh? Ehm.. Sama"

"baiklah, 2 ya.. Masakkan ini special untukku ...."

"tentu".

Hayoung masih belum percaya, jungkook mengenal ibunya? Bagaimana bisa? Jungkook sering kesini? Apa jungkook tau bahwa dia ibu hayoung?

"kau terlihat sangattt canggung"

"maksudmu?"

"bukankah dia ibumu?"


Spring Day 봄날 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang