33

57 8 2
                                    

Aku mengetuk ngetuk jari tanganku pada sebuah meja kecil dikamar, baju yang aku gunakan masih basah walaupun tak sebasah tadi. Aku tidak tau apakah nanti aku akan masuk angin karena tidak mengganti baju dengan baju kering.
Aku tidak peduli. Karena kini sesuatu tengah mengacaukan pikiranku, mengetahui fakta itu benar benar membuatku syok sekaligus membuat hatiku teriris. Bagaimana tidak, kecelakaan besar yang menimpaku dan ayah juga menimpa jungkook. Dan semua itu karena aku.

Sebuah pesan yang muncul beberapa menit yang lalu belum aku balas, dan aku tau itu dari jungkook. Ia tengah menanyakan keadaanku. Lalu bagaimana cara aku membalasnya? Mengatakan aku baik baik saja? Atau tidak sedang baik baik saja?

Aku meletakkan kepalaku diantara lutut yang dingin. Dadaku sangat sesak kala kilasan kejadian yang lalu selalu muncul dan bahkan menghantuiku seakan ia mengatakan padaku bahwa akulah penyebab dari semua itu. Dan itu memang benar.

Air mataku telah mengering dan menyisakan bekasnya dipipi. Aku kembali menangis setelah sekian lama. Mungkin sejak aku kehilangan ayah?

Flashback

"wah jungkook benar benar seorang seniman, hasil dari tangan pahatan ibunya". Ucap Taehyung yang masih menatap kagum pada lukisan yang tergantung pada sebuah dinding ruangan milik jungkook.

Aku memilih duduk disebuah kursi favorit jungkook, yap kami berada di ruangan pribadi jungkook, memang tidak seharusnya kami masuk saat jungkook sedang tidak ada dirumah, tapi bagaimana lagi. Taehyung yang keras kepala itu tetap mendesak untuk masuk kedalam dan mengatakan semua akan baik baik saja.
Jadi aku hanya mengikutinya dan membiarkannya.

"Apa kau tau seberapa menyeramkan ibu kandung jungkook? Ukhh.. Bahkan aku tidak berani untuk menatap matanya. Yah walaupun lebih menyeramkan ayahku".

"aku sangat kasihan padanya, aku tau ibunya sayang dan peduli pada jungkook, hanya saja caranya yang salah. Aku benar benar tidak tega melihat begitu banyak bekas luka yang ia punya".

"jeon jungkook.. Pria kecil dan kesepian itu.. Aku ingin melindunginya". Ia tersenyum padaku dengan senyun khas yang pernah aku lihat pertama kali saat ia masih sakit dulu.

"apa saja yang kau tau tentang jungkook?". Tanyaku.

"aku tau semua tentangnya, walaupun kami selalu bertengkar. Tapi ia adalah sosok yang menginginkan kebahagian orang lain tanpa tau bagaimana dirinya. Bahkan ia masih sempat menghibur kami yang saat itu sedang bertengkar padahal aku tau bahwa dirinya tidak sedang baik baik saja".

"Apa kau tau, aku sangat kesal padanya kalau ia selalu bertindak sok kuat.. Ah dasar bocah itu".

"Aku pernah menemukan sebuah buku kecil disela sela bukunya, dan kau tau apa yang ditulisnya? Sebuah keinginan, harapan, yang ingin ia rasakan...". Ia berhenti sejenak, ada jeda yang begitu panjang. Aku tau jika beban yang jungkook pikul sangat berat. Rasanya aku benar benar ingin merangkul tubuhnya. Menjadikan diriku sebagai salah satu penompang untuknya berdiri dengan kuat.

"Yang mungkin tidak bisa ia lakukan". Ucapnya akhirnya seraya menatapku.

Aku mengangkat kepalaku setelah beberapa menit menompang pada lututku. Mataku mengarah pada benda pipih diatas meja. Aku meraih benda itu dan mengetik beberapa kata dengan penerima 'mr. Jeon'

Hayoung
Aku tidak sabar untuk bertemu denganmu
ditaman bermain lusa

🌸🌸🌸

Wali kelas menghubungiku beberapa menit yang lalu dan menyuruhku untuk datang keruangannya, dan aku yakin akan sesuatu, pasti ini tentang beasiswaku. Dengan langkah panjang aku melangkah menuju ruangannya yang terletak beberapa meter lagi dariku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 22, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Spring Day 봄날 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang