12

58 12 0
                                    

Matanya menatap bingung, mencari tau apa yang terjadi namun tidak, ia tidak akan menanyakan apapun, sebaiknya jika ia diam.

Sedang yang ditatap hanya bungkam tidak satupun kata keluar dari bibirnya, hanya genangan air mata di pelupuk mata yang menjelaskan bahwa wanita dihadapannya sedih, dan terluka? Mungkin.

Ia bergerak mendekat, tersenyum seakan tidak ada yang perlu ditangisi, hatinya ngilu saat air matanya jatuh, sesekali jatuh pada tangannya saat ia sedang menggenggam tangan wanita itu.

Ia memeluk, memberikan rasa aman dan menjelaskan bahwa ia ada, dan selalu bersamanya,

"jungkook rasa, ibu sebaiknya istirahat"

"jungkook tidak akan bertanya kenapa, tapi jungkook tau kenapa ibu bisa begini, mian"

"anakku, kau tidak perlu minta maaf,"

Ia memeluk kembali, menyalurkan rasa sayang yang selalu ia berikan, ia istimewa, ya ibunya.

Dia bukan ibu kandung, ia ibu tiri, ibu yang dianggap beberapa orang jahat dan menghancurkan rumah tangga, orang yang dihina, orang yang dicaci bahkan oleh ibu kandungnya sendiri.

Dan ia yakin masalah yang terjadi sekarang itu pasti karena ibu kandungnya.
Entah apa yang ia katakan pada ibu tirinya hingga ia menangis kembali.

Apakah kalian bertanya apakah pernikahan orang tuanya berantakan karena datangnya orang lain? Jawabannya tidak.

Ibu tirinya juga tidak menggoda ayahnya begitupun sebaliknya, mereka bersatu hanya karena masalah mereka yang hampir sepenuhnya sama, mereka kuat dan mereka berhasil memahami dan mengerti.

Hingga akhirnya ayah memutuskan menceraikan ibu kandungnya, bukan, bukan karena ia dihasut oleh ibu tirinya, tapi karena ayah mengerti ayah hidup dengan orang salah, orang yang tidak mencintainya sedikitpun.

Surat cerai kini sudah menjadi potongan potongan kecil, yah, ibu kandungnya menyobek surat itu.

Tidak peduli, mereka pun menikah, apakah jungkook senang? Jawabannya Sangat senang, kini dirumah yang mereka tinggali tidak ada lagi kesuraman, tidak ada lagi bentakan, tidak ada pukulan yang selalu ia dapat saat kecil, tidak ada lagi bau alkohol dimana mana, tidak ada lagi suara ribut mereka, dan tidak ada lagi meja makan kotor akibat jarangnye keluarga mereka makan bersama.
Yang ada sekarang hanyalah kehangatan, kebahagiaan, ketentraman dan ia rasa ia ingin selamanya seperti ini.

Namun yang terjadi sekarang ini adalah ibu kandungnya yang selalu mengambil uang milik keluarga barunya, mencaci dan menghina ibu tirinya.

Tapi apa yang ia lakukan? Jungkook hanya diam, ia bodoh, ia pengecut, ia takut, harusnya ia membela ibu tirinya, tapi apa? Ia tidak bisa, ingin membentak ibu kandungnya? Ia tidak bisa. Ia paham dan mengerti ia ibu kandungnya, ia yg melahirkan dirinya, tidak pantas jika ia membentaknya. Dan beginilah sekarang, kembali ia melihat ibu tirinya menangis, ia payah.

**

Pagi hari yang menyejukkan, sinar matahari yang masuk di celah celah jendela kamar mengenai tepat pada wajahnya, hingga membuat gadis yang kini berusia 18 terjaga, ia menggosok gosok matanya juga mengacak rambutnya, ciri khas bangun tidur, ia sedikit merenggangkan badannya karena terasa pegal, benar saja ia bahkan tidak bergerak sama sekali, tetap diam seperti orang mati.

Yah ia beruntung, tidur dengan nyenyak malam ini, walaupun terasa pegal saat ia bangun.
Menjalani rutinitas setiap hari dan bersiap pergi sekolah, ia sedikit menoleh pada kamar ibunya, yah masih tertutup rapat, jadi ia langsung bergegas pergi tanpa berpamitan karena memang ini yang biasa ia lakukan.

Siswa siswi berlalu lalang, berjalan masuk menuju gerbang sekolah, dengan seragam juga dengan tas.

Hayoung kembali teringat bagaimana kejadian tadi malam, saat ia dan jungkook yang tidak sengaja-- ah lupakan.

Ia malu hanya sekedar mengingat, ia memegang bibirnya pelan, ia terus berpikir akankah jungkook tau? Apakah ia tau tapi ia bersikap seperti biasanya?
Bahkan ini belum sebulan mereka berteman tapi apa ini? Oh tidak ini hanyalah sebuah kecelakaan, ini tidak disengaja jadi untuk apa ia terus memikirkan ini? Lebih baik lupakan dan anggap ini tidak pernah terjadi.

Rasa gugup datang, ia tidak siap untuk bertemu dengan jungkook, ia malu.

Tepat didepannya, saat banyak siswa keluar masuk sebuah ruangan yang tidak lain adalah ruang kelas jungkook, ia harus melewati ruang kelas jungkook agar sampai di kelasnya.

Hayoung sedikit menoleh berusaha mencari sosok bergigi kelinci itu, namun nihil ia tidak menemukan sosok itu, yah mungkin ia belum datang.

Jadi ia meneruskan langkah menuju kelasnya, ia duduk menempatkan tasnya dimeja sebagai bantalan untuknya tidur, lebih baik daripada mendengar kata kata yang selalu mereka tujukan untuk dirinya.

Di antara bisikan bisikan itu, ia mendengar nama yang ia cari namun tidak ingin ia temui.

Ya! Kalian lihat jungkook oppa tidak?

Entahlah

Hah padahal bel akan berbunyi tapi ia belum datang juga, padahal aku akan bertemu dengannya.

Bukankah ia berteman dengan wanita iblis disana itu.

Ah seharusnya jungkook tidak mengajaknya berteman, bagaimana jika jungkook kenapa kenapa,

Ah ya benar juga, atau jangan jangan terjadi sesuatu pada jungkook karena ia berteman dengan wanita iblis itu.

Ya mungkin saja, apalagi ia tidak masuk tanpa keterangan.

Wah apa mungkin?

Ini benar benar tidak bisa dibiarkan

Harusnya wanita iblis itu jauh jauh dari jungkook

Ah menyebalkan

Aku tidak akan tinggal diam jika sampai jungkook terjadi sesuatu!!

Hayoung membuka matanya perlahan, menyimak setiap kalimat yang mereka lontarkan, hatinya bimbang, ia gelisah, apakah benar?.

Ia berdiri yang membuat semua siswa melihat ke arahnya namun ia tidak memperdulikan itu, yang ia pikirkan hanya jungkook, jadi ia berlari keluar meninggalkan kelas juga sekolahnya, pelajaran telah dimulai dan ia kini tengah bingung memikirkan jungkook.

"apa yang sudah aku lakukan?"

"kenapa aku harus disini? Khawatir pada jungkook? Bahkan aku tidak tau aku mencari kemana? Rumah?aku tidak tau rumahnya"

"akhhh...aku bodoh, kenapa aku tidak tanya dimana rumahnya?"

"haruskan aku kembali?"

Ia menggeleng, ia sudah disini jadi ia harus mencari jungkook.

Tepat saat ia tengah terduduk di halte, ia melihat pria memakai hoodie abu abu berjalan menuju apotek, matanya menatap punggung pria itu hingga tubuhnya ditelan apotek bercat putih.

Berapa menit kemudian ia keluar seraya menenteng kantong plastik yang menurutnya adalah obat, hayoung terus mengamatinya hingga mata mereka bertemu, dan benar saja itu adalah jungkook

**
"ibuku sakit dan aku harus merawatnya"

"apa?"

"aigoo....apa kau mengkhawatirkanku? Huaahhh hayoung ah", ucapnya seraya mengacak rambut hayoung.

"kau tidak masuk tanpa keterangan"

"ahh bilang saja kau khawatir, apa susahnya kau jujur hehe"

"jungkook, aku serius"

"aku juga serius, kau bolos hari ini hanya karena aku tidak masuk tanpa keterangan, bukankah itu yang namanya khawatir?"

Hayoung bungkam, apa benar? Hayoung menatap jungkook yang sedari tadi menatapnya, sesaat kemudian tangan kekar jungkook mengusap pelan rambut hayoung dan kemudian mengubahnya menjadi acakan.

"dan aku senang, jika itu alasannya"

TBC.

Spring Day 봄날 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang