Prolog

54.8K 3.4K 214
                                    

PENGUMUMAN⚠️

assalamu'alaikum semuanya, aku akan republish cerita ini dengan part yang lebih panjang dan ada revisi yang lumayan banyak. Inshaa Allah akan diposting sekitar 2 PART sehari. Jadi, sekitar satu bulan cerita ini akan selesai.

Setelah itu, aku akan hapus cerita ini.

Dan rencananya, aku akan update sequel DIMENSI di lapak inilah. Do'akan idenya lancar yaaa

SEMANGAT MEMBACANYA, GENGSSS❤

terimakasih udah mau baca❣❣

terimakasih udah mau baca❣❣

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebuah pena,

yang pernah untaikan hasrat penuh makna,

yang selalu menuliskan suatu nama,

yang menjadi saksi bisu ketika rindu menyapa.

Kini kandas tintanya tak tersisa.

Tak lagi bisa menggoreskan coretan tanpa kata.

Sebuah rasa,

yang berakhir dengan kisah terparah,

yang membuat harapan menjadi musnah.

Duhai sang waktu.

Haruskah aku menunggu?

Atau membiarkanmu berlalu tanpa sesuatu?

Mengenang, membungkus mimpi-mimpi yang dulu menjulang, menerima dengan hati yang lapang bahwa dia telah pulang.

Mengapa kehilangan begitu menyakitkan?

Dulu, ketika dompetku kecopetan, aku berdo'a supaya uang bergambar monyet di dalamnya digunakan untuk kebaikan.

Lalu, saat aku kehilangan ponsel esia hidayahku, lagi-lagi aku berusaha mengikhlaskannya.

Aku pernah merasakan jutaan kehilangan; kehilangan pena standar, penggaris besi, tipe-x warna merah, penghapus, kaos kaki, topi, dasi, jepit rambut, liptint, novel kesayangan,

tapi,

rasanya tak sehancur saat aku kehilangannya.

DIMENSI (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang