[FOLLOW SEBELUM MEMBACA♡] Dulu, ketika dompetku kecopetan, aku berdoa supaya uang bergambar monyet di dalamnya digunakan untuk kebaikan.
Lalu, saat aku kehilangan ponsel esia hidayahku, lagi-lagi aku berusaha mengikhlaskannya.
Aku pernah merasakan...
Notif cerita ini kadang ilang2an ga sih? Kayak do'i? Follow wp prlstuvwxyz aja yaa, nanti tiap update, alipe post di message board biar ada notifnya~
Part ini nggak ada target komentar, tapi, mau ngajakin kalian main. Baca sampe bawah yaaa♡♡
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kuvvi berterimakasih pada Ejak karena telah membantunya membawakan es teh. "Santai, kan gue yang minta tolong buatin," balas Ejak.
Awe langsung menuangkan es teh ke dalam gelasnya. "Makasih, Kupik." Lalu meneguk habis minumannya.
"Ayah, Ansel!" panggil Awe, "minum dulu, ada minuman dari surga." Sebenarnya es teh itu minuman kedua setelah es dalgona coffe yang Kuvvi buatkan untuk mereka. Karena terlalu lelah, sepertinya satu minuman dirasa kurang.
"Lebay, Lo!" sahut Ejak.
Rafka dan Ansel mendekat, kebetulan tugas mereka juga sudah selesai. Ayah dan anak itu juga meminum es teh itu bersama Kuvvi, Awe, dan Ejak. Tak lupa, gorengan yang disajikan sedari tadi, juga mereka santap, ternyata bersiap-siap cukup membuat perut lapar.
"Aman, Yah?" tanya Awe pada Rafka.
"Aman."
Kuvvi yang kebingungan lantas bertanya, "Aman apa, Bang?"
Terdengar kekehan dari mulut Awe. "Semuanya, tenda, peralatan, dan lain lain, pertanyaan basa-basi." Awe menjelaskan.
"Aman, An?" Kuvvi menirukan gaya Awe. Ia bertanya pada Ansel, entah apa yang ditanyakan, ia juga bingung. Yang penting nanya.
"Apanya?" Ansel balik bertanya dengan nada datarnya. Kalau Kuvvi bertanya mengenai hal yang dilakukannya, tentu saja jawabannya sama seperti ayahnya. Karena mereka berdua setim sejak tadi.
Eh, apa, dong?
Mata Kuvvi menyapu sekeliling halaman, berharap mendapat inspirasi untuk menjawab pertanyaan Ansel, "hm, semak-semak?" Jawaban macam apa itu.
"Hati lo, Sel," sambung Ejak berbarengan dengan jawaban Kuvvi.
"Emang makhluk gaje lo berdua," itu suara Awe. Menurutnya, Ejak dan Kuvvi memang cocok berduet dalam hal gaje.
"Emang abang nggak gaje?" balas Kuvvi tak terima.
"Enggaklah, gue Je."
"Apaan, Je?"
"Je, jelas, kalo kalian gaje, gajelas."
"Goblok emang, Awe." Ejak terkekeh.
"Om Rafka, jam berapa kita mulai acara?"
"Abis isya'," jawab Rafka setelah menelan tahu berisi wortel, kol, dan toge, kalau orang Palembang menyebutnya tahu bunting, entah siapa yang menghamili tahu itu.