6. Dimensi Ultraman

13.1K 1.3K 24
                                    

"Kalo hanya diet aja dan gak diimbangi dengan olahraga, elo bakal cenderung ngerasa lemes. Elo bisa ngelakuin kombinasi olah raga dengan pola makan gizi seimbang. Bisa dipahami gak, Bang?" tanya Alyviah memastikan. Penjelasannya sudah cukup detail, tetapi teman suaminya ini nampaknya tidak memerhatikannya. Tangannya malah sibuk memainkan alat peraga makanan berbentuk pisang.

"Lip, mainan ini beli di mana, sih?" tanya penasaran. Kini tangannya memainkan benda yang berbentuk semangkuk nasi.

"Di toko alat kesehatan. Di Shopee ada juga." Alyviah agak sedih di sini. Karena ia baru tahu kalau di shopee lebih murah harganya. Cukup jauh malah. Sedangkan ia sudah beli di toko alat kesehatan rekomendasi dari temannya.

"Kalo timbangan, Lip? Awet kayaknya, tuh." Adit bertanya lagi.

"Sama, di toko alat kesehatan juga ada." Nada Alyviah mulai terselip emosi.

"Kalo untuk ngukur tinggi badan?" Tak juga jengah, lelaki itu bertanya lagi.

"Sama," jawab Alyviah datar.

"Oh, Lengkap, ya, di sana?" Adit masih saja menyebalkan.

"Iya, otak aja yang nggak ada."

Adit tergelak keras. "Cie, mulai kesal."

"Abang! Astaghfirullah." Si Konselor samapi beristighfar melihat kelakuan kliennya.

"Lip, coba formal dikit, dong. Kayak, gue beneran pasien lo gitu. Pura-puranya nggak kenal. Gue mau lihat gimana elo ngadepin pasien yang menyebalkan  kayak gue."

"Nggak masalah, asal, lo serius. Nggak bercanda mulu." Alyviah menerima tantangan Adit yang menyuruhnya untuk menjadi konselor sejati.

"Beneran, ya?" tanya Adit seperti tak yakin.

"Iya, elo keluar dulu!"

"Kok ngusir?"

"Emang kayak gitu, dimulainya dari klien ngetok pintu."

"Oh, oke." Adit menuruti titah Alyviah.

tok tok

"Beliiiiiiii!"

"Abang, serius! Ini bukan warung!" Alyviah begitu kesal menghadapi tingkah sahabat suaminya itu.

"Ulang, ulang..." Adit mengulangi adegannya.

"Assalamu'alaikum, Bu."

"Warungnya udah tutup, Dek. Dateng besok lagi aja." Gantian. Kali ini, Alyviah bisa membalas dendam.

"Serius, Lip!"

"Kesel, kan, Lo!" Alyviah dan Adit kemudian mengulangi adegannya dengan benar.

Alyviah berdiri menghampiri Adit yang baru saja masuk ke dalam ruangan. "Selamat siang, Bapak dan mbak, mari silahkan duduk."

"Mana mbaknya?"

"Pura-puranya elo ditemenin anak lo."

"Oke." Adit dan anak ilusinya duduk di kursi yang disediakan.

DIMENSI (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang