Bisakah aku melihat 100 komentar dari 100 orang? Ehe
Besok mudah-mudahan bisa update lagi, doain aja biar sehat sama bahagia terus, kalian juga yaa, biar cerita ini lanjut terus aamiin
Silakan follow instagram : alipe.h untuk spoiler dan ngerumpi, gomawooo saranghae
Lemparan kedua, berhasil Kuvvi tangkap. "Seberapa jauh kamu stalking gebetan kamu?" Kuvvi membaca tulisan tangan di kartu putih. Nazo yang mendengar, terlihat senyum-senyum. Bisa dipastikan Nazolah si pembuat pertanyaan itu.
"Kalo socmed, cuma sampe stalking following sm like-an di postingan si cewek. Kepo aja sih, si cowok nge-like postingan cewek nggak? Eh, tahunya enggak." Kuvvi terkekeh sendiri. "Udah bisa magang di FBI belum, ya?"
"Bisa, coba aja," Ejak menyahut seraya mengangkat tangannya yang menggenggam tangan Kuvvi, seperti sengaja sekali, sehingga membuat salah satu cowok di sana menoleh sekilas.
"Iya, gue udah masukin lamaran, tapi baru dikontrak Posyandu," balas Kuvvi.
"Pos pelayanan duda?" Kini Nazo yang berceletuk.
"Nazo Garabaldi?" Tahu sendiri kan siapa yang memanggil Nazo dengan nama lengkap seperti itu.
"Becanda, Bu."
"Terus kalo dunia nyata, Pik?" tanya Nazo.
"Ya, tahu sendirilah, Naz. Sampe ke rumahnya terus ke keluarganya, silaturahmi hehe," jawab Kuvvi begitu santai.
"Siapa, Kuvvi? Anak ibu, ya? Jadi mantu ibu nggak gampang lho," sahut Alyviah iseng.
Kuvvi bergumam. "Apa aja syaratnya, Bu?"
"Coba latihan dulu," kata Alyviah. "Tolong sebutkan kelebihan kamu!"
"Ginjalku masih dua,"
"aku bisa masukin benang ke lubang jarum tanpa dijilat dulu benangnya,"
"menahan diri untuk tidak memainkan HP pas di-charge,"
"kalo geser foto di IG nggak pernah sampe ke DM,"
"terakhir, kalo main game di PS, pas lagi loading, nggak pernah pencetin tombol joystick dengan tujuan mempercepat loadingnya," papar Kuvvi.
"Idaman!" Ansel refleks memalingkan mukanya ke sumber suara. Tampaknya Ejak benar-benar ingin memanasi Ansel.
"ACC!" seru Alyviah.
"Percuma aja orang tuanya ACC kalo anaknya belum." Ucapan Nazo kali ini benar-benar menusuk ke sanubari terdalam.
"Oke, terakhir, Mas Agus," ujar Kuvvi mengalihkan pembicaraan.
Ansel langsung mengambil kartu dare karena gambar angklung yang muncul pada saat koin ditangkapnya. "Besok jalan sama gue," Bukannya membaca tantangan yang tertulis, Ansel malah berkata entah pada siapa.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIMENSI (Completed)
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA♡] Dulu, ketika dompetku kecopetan, aku berdoa supaya uang bergambar monyet di dalamnya digunakan untuk kebaikan. Lalu, saat aku kehilangan ponsel esia hidayahku, lagi-lagi aku berusaha mengikhlaskannya. Aku pernah merasakan...