Aku menatap keluar jendela. Memperhatikan angin yang meniup daun-daun pada pohon. Memperhatikan cahaya matahari yang masuk dicelah-celah tangkai pohon dan daun.
"Kalau aku sudah besar, aku akan terus bermain di sini."
Suara gadis kecil tiba-tiba muncul di kepalaku. Terdengar di telingaku dengan samar-samar. Bersamaan dengan dua gadis kecil yang muncul di bawah pohon.
Gadis dengan rambut terikat satu dan baju berwarna biru memukul gadis di sebelahnya yang baru saja berbicara.
"Aish! Ketika dewasa tidak mungkin kita akan sempat bermain lagi," kata gadis berambut terikat itu.
Gadis yang berambut terurai dengan baju berwarna merah muda di sebelahnya tertawa. "Kamu benar juga. Ihh, kamu pintar sekali, Kei!"
Gadis berambut terikat itu tersenyum, berbangga diri.
Tiba-tiba bayangan kedua gadis itu yang tengah duduk di bawah pohon menghilang. Digantikan dengan keberadaan mereka di depan rumah sambil memainkan boneka.
"Aku sudah bilang, aku tidak suka bermain boneka. Kamu bermain saja sendiri!" teriak gadis berambut terikat satu itu. Bajunya terlihat berubah. Ia kini mengenakan baju berwarna putih.
"Tapi Kei, Mama baru saja membelikan kita boneka. Kalau tidak dimainkan nanti sayang," kata gadis berambut tergerai dengan baju berwarna merah di sebelahnya.
Gadis kecil berambut terikat tadi menatap tidak suka boneka yang tengah di peluk gadis kecil dihadapannya.
"Tapi Mama kan hanya membelikan boneka itu untuk kamu, Lice!" serunya.
Gadis berambut terurai itu menatap gadis dihadapannya yang berwajah mirip dengannya itu.
"Lagi siapa suruh kamu bilang ke Mama kalau kamu tidak suka boneka?" kata gadis berambut tergerai itu.
"Aku memang tidak menyukainya! Makanya kamu bermainlah sendiri!" seru gadis berambut terikat. Ia bangkit dari duduknya kemudian berlalu pergi.
Mereka kembali menghilang. Kemudian muncul suara mereka lagi di belakang tubuhku.
"Kenapa kamu mengambil kue itu? Mama melarang kita memakannya tadi," bisik gadis berambut terikat dengan baju berwarna hijau.
Gadis yang dibisiki itu justru terus mengunyah kue yang sudah memenuhi mulutnya.
"Mama hanya melarang kamu. Bukan aku!" kata gadis berambut terurai dengan baju berwarna kuning setelah dirinya selesai menghabiskan kue di mulutnya.
Gadis berambut terikat itu nampak tersinggung. Ia menatap kesal gadis dihadapannya sambil mendengus sebal.
"Makanya kamu jangan nakal," ujar gadis berambut tergerai.
Gadis dengan baju berwarna hijau itu terlihat makin tersinggung. "Tapi itu semua karena aku bertengkar denganmu. Kenapa justru hanya aku yang dimarahi?!"
Gadis berambut tergerai itu hanya mampu menggidikkan bahunya.
"Udah makan aja nih," kata gadis berambut tergerai sambil memberikan sepotong kue pada gadis di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LONELY
Ficção AdolescenteKetika seluruh dunia tidak peduli pada lukaku dan ketika dunia berpihak pada sang durjana, aku terdiam. "Kenapa?" tanyanya. Karena itu hanya khayalanku. Aku yang merasa terlalu baik. Saat semua hal adalah kejahatan dimataku. Saat aku menjadi memb...