Aku melangkah beriringan dengan Ally. Lelaki itu menggenggam tanganku erat. Aku hampir saja menghentikan langkahku sebelum memasuki kafe jika Ally tidak langsung meremas tanganku. Mencoba meyakinkan aku.
Aku menoleh pada Ally. Lelaki itu memperlihatkan senyumnya yang tulus. Ia kemudian menganggukkan kepalanya.
Aku menghembuskan nafas dalam-dalam. Kedua sudut bibirku tertarik. Kami kembali melanjutkan langkah.
Suara lonceng terdengar memasuki telingaku begitu aku dan Ally memasuki kafe. Diikuti dengan suara keramaian orang-orang yang sedang bercengkrama.
Ally terus menarik tanganku, mengajakku masuk ke kafe lebih dalam. Lelaki itu membawaku ikut berkumpul bersama keempat lelaki lainnya yang sudah membentuk lingkaran dalam satu meja.
Keempat lelaki yang sampai sekarang masih terkenal sebagai member Alciza's itu menoleh kepadaku dan Ally setibanya kami di antara mereka.
"Hai," sapa Ally lebih dulu sambil menyunggingkan senyumnya.
"Akhirnya sampai juga. Udah ditungguin juga dari tadi." Chan menyahut lebih dulu.
"Tau nih udah ditungguin dari tadi," ucap Akins. Ia mendengus kesal sambil memanyunkan bibirnya, pura-pura marah.
"Hai, Kei. Kamu datang juga?" Saki menegur sapa aku.
Aku menganggukkan kepalaku sambil menyunggingkan senyum. Ally lalu mengajakku duduk diantara mereka.
"Makin cantik aja, Kei." Chan memberikan pujiannya sambil mengedipkan sebelah matanya. Atau mungkin ... gombalannya.
Aku hanya tersenyum menanggapi. Lalu dibuat terkekeh melihat tatapan tajam Ally pada Chan.
Akins, Izyan dan Saki ikut tertawa melihat ekspresi Ally.
"Iya deh yang udah tunangan mah. Enggak mau diganggu." Chan kembali berkata dengan setengah bergurau.
Aku tertawa kecil menanggapi. Terlebih ketika melihat pipi Ally yang berubah menjadi merah muda.
"Banyak angkatan kita yang dateng?" Ally bertanya kepada member Alciza's—mengalihkan pembicaraan.
"Kayaknya sih gitu. Kita 'kan emang belum pernah ngadain reunian lagi setelah lulus." Izyan menjawab.
Aku mengedarkan pandanganku ke sekeliling kafe sambil menarik bibir bawah antara giginya.
"Kamu cari siapa?" Suara Ally memasuki telingaku.
Aku menoleh pada lelaki itu. "Aku ...."
Aku memotong kalimatku begitu berhasil menemukan
"Sebentar," pamit ku pada Ally dan member Alciza's.
"Keisya mau kemana?" Samar-samar aku mendengar suara Saki.
Aku melanjutkan langkahku—tanpa mendengarkan jawaban yang diberikan Ally—menghampiri ketiga gadis yang sedang bersenda gurau.
"Hai," sapa ku pada Helena, Elena dan Zelma.
Ketiga gadis itu menoleh. Mata mereka melebar begitu melihatku. Seketika tawa mereka yang tadi terdengar sekarang lenyap begitu saja seperti terbawa angin.
"Keisya?" Helena bertanya sambil mengerjapkan matanya. Mungkin memastikan penglihatannya. Seakan tidak percaya melihat keberadaan ku di hadapannya.
"Beneran Keisya?" Elena ikut bertanya. Mulutnya ternganga.
Aku tersenyum kikuk. "Iya, aku Keisya."
"Kamu datang juga?" Kali ini Zelma bertanya.
Aku mengangguk. Jantungku berdebar sekarang. Tiba-tiba saja aku merasa gugup.

KAMU SEDANG MEMBACA
LONELY
Teen FictionKetika seluruh dunia tidak peduli pada lukaku dan ketika dunia berpihak pada sang durjana, aku terdiam. "Kenapa?" tanyanya. Karena itu hanya khayalanku. Aku yang merasa terlalu baik. Saat semua hal adalah kejahatan dimataku. Saat aku menjadi memb...