Angin berhembus menerpa wajahku. Menerbangkan beberapa helai rambutku yang tidak ikut terikat.
Aku mengangkat telapak tanganku. Membolak-baliknya sambil menatapnya dengan heran.
"Aku dimana?" tanyaku dalam hati.
Tanganku kecil. Seperti tangan anak-anak. Aku meraih rambutku di kepala. Rambutku terikat.
Aku mengerutkan kening. Terakhir kali aku mengikatnya itu ketika aku masih kecil.
Aku menatap sekeliling dengan bingung. Tiba-tiba rasa takut menyusup di hatiku. Membuat jantungku berdetak kencang. Dadaku terasa sesak. Bibirku terasa kering. Lalu pandanganku memburam tertutup air mata.
Rasa takut ini.
Aku sangat mengenalinya.
Rasa takut diriku ketika keluar dari rumah. Rasa yang muncul karena takut bertemu orang-orang. Rasa yang begitu berlebihan.
"Keisya," panggil seseorang.
Aku tersentak kaget lalu memejamkan mataku. Menepiskan tanganku ke udara kosong. Berharap pemilik suara itu tidak semakin dekat.
Aku ....
Aku takut bertemu orang asing.
"Kei, ini aku." Orang itu berbicara lagi.
Aku membuka mataku. Menoleh pada sang pemilik suara.
Aku menghembuskan nafas lega ketika menemukan seorang gadis kecil dengan wajah yang sangat aku kenali.
Wajah itu adalah wajahku saat masih kecil.
Gadis itu menatapku cemas. Ia kemudian menyelipkan beberapa helai rambutnya yang menutupi wajahnya ke belakang telinga.
Sebentar.
Aku tidak pernah membiarkan rambutku tergerai seperti itu ketika aku masih kecil.
Tetapi gadis di hadapanku sekarang ini sangat mirip denganku. Tanganku meraih kepalaku. Lalu menuju kepalanya.
Tinggi kami, hampir sama.
Gadis kecil itu tertawa. "Kamu sedang apa?"
Aku masih terdiam. Rasanya suara tawa itu sangat familiar ditelinga ku.
"Mau bermain yang lain?" tanyanya.
Aku yang masih kebingungan tiba-tiba saja mengangguk.
Eh?
Itu bukan kemauanku. Kenapa aku tiba-tiba saja mengangguk?
Bahkan sebelum aku memahami semuanya, gadis itu sudah menepuk pundakku, lalu berlari meninggalkan aku.
"Kejar aku!" teriaknya.
Aku masih termenung. "Apa ini?" tanyaku dalam hati.
Tiba-tiba saja aku tertawa.
"Loh? Aku kenapa tertawa?" tanyaku lagi dalam hati.
"Tunggu aku, Alice!" teriakku.
Aku terhenyak.
"Alice?" bisikku dalam hati.
Aku kemudian berlari mengikutinya bahkan tanpa Aku sadari. Seseorang tolong beritahu aku apa yang sedang terjadi.
Gadis kecil tadi kemudian kembali menoleh kepadaku kemudian berkata, "cepat, Kei! Kamu lambat sekali!"
Aku lagi-lagi tertawa tanpa keinginanku disela-sela lariku. Aku seperti tidak tersinggung dengan ejekan yang dilontarkan gadis berwajah lucu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
LONELY
Novela JuvenilKetika seluruh dunia tidak peduli pada lukaku dan ketika dunia berpihak pada sang durjana, aku terdiam. "Kenapa?" tanyanya. Karena itu hanya khayalanku. Aku yang merasa terlalu baik. Saat semua hal adalah kejahatan dimataku. Saat aku menjadi memb...