Aku menekan ke bawah knop pintu rumahku setelah membuka kunci pintunya. Kegelapan mengisi penglihatan ku begitu aku memasuki rumah. Aku segera menyalakan lampu, menutup pintu rumah lalu menguncinya.
Kakiku berjalan dengan pelan memasuki rumah. Tubuhku yang lelah seakan meminta untuk segera diistirahatkan. Begitupun kepalaku yang sekarang terasa berdenyut. Aku ingin cepat-cepat berbaring di kasur lalu tidur.
Setelah meletakkan tasku dengan benar, aku melangkah menuju kamar mandi. Aku harus membersihkan diriku sebelum tidur. Ritual ini bagiku sangat penting dilakukan agar aku tidur dengan nyenyak.
Aku mengelap wajahku dengan handuk selepas membersihkan diri. Tubuhku terasa lebih segar sekarang. Paling tidak aku harus nyaman tidur malam ini tanpa terganggu.
Aku melangkah menuju dapur. Menuang segelas air bening lalu meneguknya pelan-pelan.
Mengunci pintu, sudah. membersihkan diri, juga sudah. Minum pun, sudah. Setelah mematikan lampu kamar, aku segera menaiki kasur, menarik selimut agar menutupi tubuhku yang sudah merasa kedinginan.
Aku baru saja memejamkan mata begitu suara dering ponselku membuat aku terpaksa kembali membukanya. Aku hanya ingin istirahat tanpa diganggu. Sepertinya itu sulit sekali.
Aku meriah ponselku yang berada tidak jauh dariku. Aku memang selalu meletakkannya di atas tempat tidur, tepat di ujung kasur.
Bisa kita bertemu besok? Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan.
Ternyata Ally. Hari ini dia memang tidak menemui ku karena harus bekerja. Ya, sepertinya aku banyak mengganggu kegiatan bekerjanya di kantor. Aku buru-buru mengetikkan balasan untuknya.
Bisa.
Aku kembali mengetikkan pesan.
Tetapi besok aku harus mengantar Cia ke rumah nenek terlebih dahulu. Maukah kamu membantuku?
Aku menghembuskan nafas berat. Lagi-lagi aku harus melibatkan dirinya. Tetapi kepada siapa lagi aku harus meminta tolong selain dirinya?
Tentu.
Aku menatap bingung pesan Ally. Singkat sekali. Namun aku langsung merutuki diriku kemudian. Mungkin dia sedang lelah hari ini atau mungkin hari ini adalah hari yang berat untuknya. Ya, seperti hariku.
Tanpa berniat membalas pesan Ally, aku meletakkan kembali ponselku. Menarik kembali selimutku hingga menutupi tubuhku. Aku lalu memejamkan mata.
Seharusnya saat itu aku menyadari bahwa pesan Ally yang singkat bukanlah hal yang biasa.
***
Kriiing!!! Kriiing!!!
Nada dering alarm berbunyi berkali-kali membuat aku menggeliat. Tubuhku terasa pegal-pegal. Kepalaku yang terasa berdenyut membuat aku sulit membuka kedua mataku. Rasanya ingin tidur lagi.
Suara alarm belum berhenti berbunyi. Aku memaksakan tubuhku bergerak bangun lalu membuka mataku perlahan.
Buram dan pusing. Dua hal itu yang aku rasakan sekarang. Aku kembali memejamkan mata sambil memijat pelipisku.
Setelah merasa lebih baik, kakiku melangkah menuruni kasur hendak menuju kamar mandi. Tanganku sempat mematikan alarm yang terasa mengganggu pendengaran ku begitu melewatinya tanpa melihatnya lagi.
Aku menyalakan alarm ini pukul lima pagi. Sudah pasti sekarang jam lima, kan?
Aku membasuh wajahku dengan air yang terasa dingin. Mencoba mengumpulkan kesadaran ku sepenuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LONELY
Teen FictionKetika seluruh dunia tidak peduli pada lukaku dan ketika dunia berpihak pada sang durjana, aku terdiam. "Kenapa?" tanyanya. Karena itu hanya khayalanku. Aku yang merasa terlalu baik. Saat semua hal adalah kejahatan dimataku. Saat aku menjadi memb...