Aku melangkah terburu-buru keluar dari kelas. Terdapat banyak alasan untukku melakukan ini. Selain untuk menghindari keramaian, juga menghindari Saki, aku harus secepatnya ke rumah Tante Sarah.
Acara ulang tahun Gibran tidak lama lagi dimulai. Aku hanya mempunyai sedikit waktu untuk tiba di sana.
"Kei!"
Panggilan seseorang itu membuatku mendengus sebal. Lagi-lagi aku harus bertemu dengannya. Kenapa? Jika dia jodohku yang ditakdirkan Tuhan untuk bertemu setiap hari denganku, mungkin aku akan bersikap lebih baik pada lelaki itu.
"Kei, tunggu aku!" panggil Ally, lagi.
Aku menoleh pada lelaki itu lalu menatapnya dengan tajam. "Apa?!"
Ally yang sudah berada di hadapanku, tertawa kecil. "Galak banget sih, Kei."
Aku menghela nafas. "Ada apa Zhang Alyson? Aku buru-buru!"
"Ayo, aku antar!" Ally tersenyum padaku.
Dia menawarkan bantuan? Aku tidak menyangka. Ya, walaupun aku tau dia lelaki baik.
"Tidak perlu!"
Aku meringis sendiri mendengar jawabanku. Dasar mulutku! Memang terbiasa memberikan memberikan penolakan padanya. Padahal aku memang sedang mencari cara untuk tiba lebih cepat ke rumah Tante Sarah.
"Ayolah, Kei. Aku hanya ingin membantumu," katanya lagi.
Aku tersenyum. Seharusnya aku tau. Lelaki baik ini tidak mungkin hanya sekali menawarkan bantuan.
"Baiklah kalau kamu memaksa," jawabku.
Sudut bibir kiri ku terangkat sedikit. Aku pintar sekali memanfaatkan kebaikan orang lain.
Tidak-tidak, lelaki ini saja yang terlalu baik hingga aku rasanya ingin terus menerima kebaikannya. Bukankah memang begitu kenyataannya?
"Yuk!" ajaknya sambil menarik tanganku. Aku menurut.
***
"Kamu enggak mau ikut ke rumah Tante Sarah?" tanyaku pada Ally yang sedang melepaskan helmnya.
Ally menggelengkan kepalanya. "Aku buru-buru. Ada jadwal manggung sama anak Alciza's."
Aku menautkan kedua alisku. Lelaki ini ... padahal dia mempunyai urusan yang lebih mendesak.
"Yaudah, sana cepetan pergi!" kataku.
Maafkan aku. Aku tidak terbiasa bersikap halus.
"Kamu ngusir aku, Kei?" Ally terkekeh pelan setelah mengucapkannya.
"Um ... anggap aja gitu," ujarku.
"Oke, aku pergi dulu yah, Kei. Sampai ketemu lagi!" pamit Ally.
Aku mengangguk, mengiyakan. Setelah memakai kembali helmnya, menyalakan motornya, lelaki itu pergi.
Aku mengulum senyum. "Makasih, Ly," bisikku.
Aku segera berjalan menuju rumah Tante Sarah yang hanya beberapa langkah lagi.
"Keisya?! Akhirnya kamu dateng. Tante udah nunggu kamu dari tadi," kata Tante Sarah dengan antusias setibanya aku dihadapannya.
Aku mengulum senyum tipis. Sangat tipis. Semoga tidak menyinggung perasaannya. Entahlah. Akhir-akhir ini aku mulai peduli pada perasaan orang lain. Meskipun sedikit sekali.
"Ini, Tante." Aku memberikan sebuah kotak berwarna biru cerah padanya.
"Wah, makasih, Kei. Padahal tidak perlu repot-repot," ujar Tante Sarah sambil menerimanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LONELY
Novela JuvenilKetika seluruh dunia tidak peduli pada lukaku dan ketika dunia berpihak pada sang durjana, aku terdiam. "Kenapa?" tanyanya. Karena itu hanya khayalanku. Aku yang merasa terlalu baik. Saat semua hal adalah kejahatan dimataku. Saat aku menjadi memb...