Aku merapatkan jaketku. Meraih secangkir teh hangat lalu menyeruputnya sedikit.
Aku lalu menatap sekeliling kafe. Tidak banyak pengunjung malam ini. Kafe ini justru terlihat sepi.
"Kei," panggil seseorang.
Aku mengalihkan pandanganku ke si pemanggil. Aku tertegun sebentar, sebelum akhirnya tersenyum lebar sekali.
Betapa bahagianya aku ketika menemukan sosok lelaki yang sudah lama sekali tidak aku temui sedang berdiri sambil tersenyum kepadaku.
Akhirnya aku bisa kembali melihat senyumnya yang begitu manis. Aku pun dibuat tidak sabar untuk mendengar kembali suaranya ketika bernyanyi.
"Kak Daehyun!" Aku berseru membalas panggilannya.
Dia terkekeh. Ia lalu duduk di kursi yang berada di hadapanku. Menatap lurus aku seakan-akan ingin meyakinkan dirinya bahwa dihadapannya sekarang adalah aku.
"Wah, aku benar-benar tidak menyangka akan bertemu kamu di sini!" Kak Daehyun berujar dengan antusias.
"Aku juga benar-benar tidak menyangka akan bertemu Kak Daehyun lagi," ucapku tak kalah antusias.
Dia bahkan lebih terlihat terkejut karena jawaban yang baru saja aku lontarkan.
"Kei? Benarkah itu kamu yang bicara?" tanyanya.
Aku mengangguk. Tentu saja ini aku. Jelas-jelas ini aku. Bicara dengan jelas dihadapannya. Mungkin ini hal yang mustahil terjadi baginya. Memang bisa dikatakan mustahil bagi diriku yang dulu. Tapi sekarang aku sudah bukan gadis yang dulu.
"Kamu berubah sekali, Kei. Aku sangat bahagia melihat kamu yang terlihat lebih ceria sekarang," tuturnya.
Aku tersenyum lalu berkata, "aku juga sangat bahagia."
"Bagaimana bisa Kak Daehyun bisa di sini? Ini sungguh suatu hal yang luar biasa," ujarku lagi.
Lelaki itu terlihat malu-malu lalu terkekeh. "Ey, jangan seperti itu. Aku jadi malu."
"Aku serius, Kak Daehyun. Bertemu Kak Daehyun sekarang termasuk hal luar biasa. Begitu banyak fans yang menantikan bertemu denganmu," kataku memujinya.
Ini bukanlah suatu kebohongan. Lelaki di hadapanku sekarang memang sudah menjadi seorang idol.
"Sudahlah, jangan bahas itu. Membahasnya denganmu aku jadi lebih malu," ujarnya.
Aku tertawa sembari memperhatikan penampilan Kak Daehyun. Dia sekarang benar-benar terlihat seperti seorang idola yang bersembunyi dari fans-nya.
Pakaian serba hitam, mengenakan topi hitam, serta masker berwarna hitam yang kini dia turunkan sedikit hingga dagu.
"Bagaimana Kak Daehyun bisa di sini? Aku dengar Kak Daehyun harusnya berada di Korea sekarang."
Kak Daehyun tertawa lagi. "Sudah aku duga. Kamu bukan termasuk salah satu fans ku ternyata." Ia itu berujar dengan nada kecewa.
Aku tertawa mendengarnya.
"Aku dan para member sedang ada acara di Indonesia. Kami sedang mempersiapkan sebuah konser," pungkas Kak Daehyun.
"Wah, keren sekali. Aku masih sulit percaya bahwa sekarang sedang berhadapan langsung dengan seorang idol," kataku dengan sungguh-sungguh.
Kak Daehyun terkekeh. "Jangan begitu, please."
Aku kembali tertawa. "Maaf Kak," kataku.
"Tidak, seharusnya aku yang meminta maaf," ujarnya.
Aku mengerutkan dahi. "Untuk apa?"
"Maaf karena tidak bisa menemani di masa-masa sulitmu. Aku sungguh menyesal dan ikut bersedih," tuturnya.
Aku tersenyum. "Tidak perlu merasa bersalah. Apa yang kakak lakukan sudah benar. Aku tidak akan memaafkan diriku jika harus membuat Kak Daehyun membatalkan mimpinya untuk menjadi seorang idol hanya karena menemani aku."
Lelaki itu mengacak rambutku pelan. "Kamu gadis yang baik sekali," katanya.
Aku tertegun. Sampai sekarang sebenarnya aku masih belum terbiasa dengan sentuhan kecil dari seseorang di sekitarku. Aku berusaha menermalisir kembali perasaanku.
"Jadi benar Kak Daehyun yang mencari informasi kemana aku pergi hingga tidak kembali bekerja di restoran?" tanyaku.
"Tentu saja! Mana bisa aku diam saja ketika kamu menghilang begitu saja!" seru Kak Daehyun.
Aku terkekeh. Dia memang baik sekali.
"Oh iya, aku sedang bersama para member. Mereka menungguku di mobil. Apa kamu ingin bertemu? Mau aku kenalkan dengan mereka?" tawarnya padaku.
Aku tersenyum kaku. Ini sungguh tidak biasa aku lakukan. Pasti canggung sekali bertemu dengan para idol itu. Terlebih aku tidak begitu mengenal mereka yang sebenarnya sedang menjadi pembicaraan hangat para gadis sekarang.
Akan menjadi aneh sekali jika kak Daehyun memperkenalkan aku sebagai temannya atau siapapun terkecuali fans mereka.
Aku menggaruk tengkukku yang sebenarnya tidak gatal.
"Ini tawaran yang menarik sekali. Semua orang pasti menginginkannya. Tapi maaf Kak Daehyun. Sepertinya lain kali saja." Aku berusaha menolak dengan sehalus mungkin.
Kak Daehyun itu tertawa. "Ah, tentu saja. Kapanpun aku bisa memperkenalkan kamu dengan mereka. Tidak apa-apa, Kei. Jangan merasa tidak enak. Aku sangat mengerti perasaanmu."
Aku justru semakin sungkan mendengar jawaban Kak Daehyun.
"Maafkan aku, Kak Daehyun. Aku benar-benar akan berusaha mendukung kalian semua," kataku.
Dia tersenyum. "Jangan memaksakan diri, Kei. Aku tau bagaimana musik yang kamu suka. Kamu pun tau kalau aku tidak ingin kamu menyukai kami karena kami yang menyanyi. Mengerti kan?"
"Aku akan benar-benar senang jika kamu mendengarkan lagi kami karena kamu menyukainya. Bukan karena aku ataupun siapapun di sana," ujarnya.
Aku tersenyum manis. Lelaki di hadapanku ini. Masih tetap sama.
"Kamu selalu baik, Kak Daehyun."
Kak Daehyun terlihat bersemu. "Berhentilah memujiku, Kei. Ini benar-benar hal yang tidak biasa."
Aku terkekeh. Dia benar.
"Sepertinya kamu buru-buru, Kak. Aku sebenarnya sangat ingin mendengar nyanyianmu lagi," ujarku dengan tulus.
Lelaki itu tersenyum lebar. "Kalau begitu, berikan nomor teleponmu. Siapa tau kita bisa berjanjian bertemu di lain waktu."
Aku berseru senang. "Wah, aku beruntung sekali!"
"Jangan lupa membalas pesanku. Aku akan mengirimkan laguku yang akan segera aku rilis bulan depan. Kamu harus memberikan pendapatmu kepadaku," kata Kak Daehyun setelah kami bertukar nomor telepon.
Aku segera mengangguk. "Tentu saja! Aku beruntung dapat mendengarnya sebelum orang lain. Aku sangat menantikannya, Kak Daehyun!"
Lelaki itu kembali tersenyum. "Aku sangat bahagia bertemu denganmu. Terlebih saat melihat senyummu. Aku harap kamu selalu baik-baik saja. Kita akan bertemu lain kali, oke?"
"Tentu saja, Kak Daehyun. Aku menantikan pertemuan kita selanjutnya," jawabku.
Lelaki itu mengacak rambutku lagi dengan pelan. Kemudian bangkit dari duduknya.
"Aku pergi dulu, Kei. Sampai jumpa!"
"Sampai jumpa, Kak Daehyun!" Aku berkata dengan pelan sambil tersenyum lebar.
Semoga saja tidak ada yang mendengar aku menyebut nama lelaki itu. Jika sampai ada yang mendengarnya, penyamaran lelaki itu akan gagal. Aku tidak mau mengacaukannya.
Kak Daehyun segera berbalik lalu berjalan menjauh, keluar dari kafe ini. Aku masih memperhatikan dia sampai mobil hitam mereka benar-benar pergi.
~•~
![](https://img.wattpad.com/cover/137844982-288-k757669.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
LONELY
Novela JuvenilKetika seluruh dunia tidak peduli pada lukaku dan ketika dunia berpihak pada sang durjana, aku terdiam. "Kenapa?" tanyanya. Karena itu hanya khayalanku. Aku yang merasa terlalu baik. Saat semua hal adalah kejahatan dimataku. Saat aku menjadi memb...