4. tatapan laki - laki

2.1K 96 12
                                    

Setelah itu bu Risma masuk pelajaran pertama, yaitu sosiologi.Aku menoleh keluar jendela melihat motor Vespa hijau zamrud yang terparkir tadi. Pengen aja tau gimana dengan keadaan laki – laki itu, enggak lebih.

Selang setengah jam pelajaran Bu Risma berlangsung, kepalaku tiba – tiba sakit. Entah kenapa ? mungkin karena aku terlalu banyak berpikir padahal belum sembuh sepenuhnya.
" Zar ? Lo kenapa ? " Tanya Dara yang menyadari bahwa aku yang sedikit meringis, karena emang kek berdentum banget gitu.

" Gue anter lu ke UKS ya ? " Kata Dara. " Bu Risma, Zara izin mau ke UKS. "

....................................
Aku membuka mata, setelah tidur entah berapa lama aku tertidur. Perlahan aku duduk diatas brangkar, terdengar sunyi di dalam UKS.

Aku melihat ke sekeliling. Tirai kain biru menutupi sekelilingku.
Tak lama terdengar suara orang berbicara dari luar tirai, suara cowok dan cewek. Kalau yang cewek aku bisa kenal itu suara Bu Wiwik, wanita paruh baya yang bekerja disini sebagai penjaga UKS, tapi suara yang cowok kurang bisa aku kenali.

" Saya juga nggak tahu semenjak kecelakaang itu, kepala saya sering sakit. " Kata suara yang cowok.

" Aduh, kasihan ya kamu Naufan, ada - ada aja ya yang nama nya musibah. " Sahut bu Wiwik.

Naufan ?

Dengan cepat aku meraih tirai dan membukanya dengan perlahan, dan tentu saja Bu Wiwik dan Naufan langsung melihat kearah ku, Betul aja Naufan.

Matanya melihat kearahku dengan tanpa ada rasa apapun, yaudah datar aja.

" Udah bangun nak ? Masih ada yang sakit ? " Tanya Bu Wiwik.
Naufan membelakangiku, mengambil beberapa obat di atas meja bu Wiwik.
Aku menggeleng ke bu Wiwik, tanda kalau aku udah enggak apa - apa.

" Syukur lah kalau kayak gitu, kamu mau lanjut ke kelas, atau mau pulang aja nak ? Kalau masih sakit pulang aja, biar ibu telponin ortu kamu. " Sepertinya karena udah nggak apa – apa, kayaknya balik ke kelas aja deh, ada kelas Papi Jono entar.

" Balik ke kelas lagi aja deh bu. "

" Yaudah biar ibu antar ke kelas. " Bu Wiwik mengambil kursi rodaku, dan meletakannya di samping brangkarku. " um... tapi siapa yang mau angkat kamu ya ke kursi ? tulang ibu udah keropos hehe. " kata bu Wiwik. Karena hanya ada Naufan disana, otomatis bu Wiwik menoleh kearah Naufan.

" Biar Naufan aja bu. " Laki – laki itu menawarkan diri. Ih jangan ah Naufan, enggak enak aja gitu.

" Kasihan bu Naufannya. " Kataku.

" Enggak apa – apa kamu Naufan ? "

" Enggak apa – apa bu. "

" yang lain aja bu... Enggak enak Zara. "

" Yang lain lagi belajar, udah nggak apa – apa. " Aku tidak menyahut lagi, Naufan mendekat kemudian perlahan tangannya menggendongku menuju ke kursi rodaku. Itu terjadi beberapa detik tapi rasanya jantung seperti ditonjok mati. Bayangkan wajahku bisa sedekata itu dengan Naufan, dan mencium aroma parfumnya. Akhh ! Zara apa – apaan sih lo !

Naufan aku nggak berat kan ? terakhir sebelum nggak bisa jalan, timbanganku nggak nyampe 50 kilo kok.

" Makasih ya Naufan. " Kata bu Wiwik. Naufan mengangguk, kemudian beralih lagi ke meja bu Wiwik mengambil obatnya.

" makasih. " Lirihku ketika laki – laki itu beranjak keluar UKS. Dia sempat menoleh, kemudian baru mantap keluar dari ruangan.

" Bu Wiwik Naufan tadi ada apa ke UKS ? Sakit apa dia ? " Tanya ku, ke bu Wiwik sembari beliau mengantarku kembali ke kelas.

Wisheart [ Selesai ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang