Wisheart [ Selesai ]

22

Kami tiba di depan kelasnya Zara.
" udah ya makasih. " katanya. Aku mengangguk, kemudian dia masuk ke dalam kelasnya, tanpa ada sepatah kata lagi keluar dari mulutnya, entahlah mungkin dia masih salting.

Aku pun memutuskan untuk kembali ke kelas ku juga. Oiya lupa, aku kan rencana nya tadi mau ke toilet.

Kaku banget sebenarnya tadi. Aku seperti orang yang enggak pernah pacaran, padahal dulu pernah, dan Zara nya masa sih dia juga belum pernah pacaran?
...

Pas makan malam, semua keluargaku kumpul. Aku mama, papa dan Afran kami makan malam bersama untuk yang ketiga kalinya karena kami jarang makan malam gini, karena mereka sibuk.

" oiya Naufan, papa pengen deh sekali - kali nanya sama kamu? Kamu udah ada pacar baru belom, selama SMA Bandung ini? " tanya papa. Aku melambatkan suapanku.

" hm, susah pah si bang Naufan ini, keras kepala banget, masa sih pa dia nolak kak Zara, orang yang bagus banget itu. " sahut Afran.

"enggak kok, abang udah pacaran sama dia. " kataku datar sambil terus memasukan makanan ke dalam mulutku.

" APA! "

Krik.. Krik.. Krik..

Jangkrik jadi bunyi seketika aku ngomong seperti itu, wajah mereka saling kaget satu sama lain.

" serius bang? " tanya Afran. Aku tetap melanjutkan makan.

" serius nak, kamu pacaran sama Zara? " tanya mama. Aku mengangguk.

Mama dan Afran cepat - cepat memeluku dengan erat, sampai kesedak akunya.

" Allhamdulillah, senengnya anakku udah bisa mup on. " kata mama.

" Allhamdulillah ya Allah kakak ipar kak Zara. " kata mereka.

" heh, kalian ini, kesedak si Naufan itu. " kata papa. Dengan cepat mereka melepaskan pelukkan mereka.

Aku terbatuk - batuk karena keselek jengkol.
" nih minum dulu. " kata papa.

Mereka berdua senang sampai segitunya, seolah kayak aku ngelamar Zara.
" besok mama enggak mau tau, ajak dia kesini. Harus! Enggak ada penolakan! " kata mama. Lho kok mendadak banget sih ngajaknya, besok kan sabtu, enggak ketemu lagi disekolah.
...

" nih bang, nomor kak Zara. Apaan sih ini, pacaran kok enggak nyimpan nomor masing - masing. "

" yaudah makasih ya. " kataku, kemudian berlari ke kamarku.

Aku belum menelpon, sekarang udah jam sembilan lewat, berani nggak ya aku nelpon dia.
Aah, ini sih lebay banget cuman nelpon doang apa sih susahnya? Please Naufan jangan lebay kayak di FTV.

Aku menekan gambar telpon hijau, kemudian nada berdering berbunyi.

Tut... Tut... Tut...

Selang beberapa detik Zara tidak mengangkat telponnya.
Aku mencoba sekali lagi.

Hasilnya tetap sama. Apa mungkin dia udah tidur? Yaudah lah besok aja aku telpon lagi, tapi ini kan baru jam sembilan, cepet benar tuh anak tidur.