33

480 26 0
                                    

Jangan lupa komen dan vote yaaa :)

...

Aku bisa melihat perubahan dari raut wajah Naufan. Dari yang tadinya ceria, sekarang berubah jadi tak berekspresi.

Aku memikirkan hal ini semalaman. Banyak hal yang aku rasain, sedih, bingung, gelisah. 
Aku enggak mau Naufan dikata - katain karena punya pacar yang cacat sedangkan Naufannya sempurna kayak gitu, dan aku juga enggak mau jadi beban buat Naufan, jalannya pacaran ini agak susah.
Disaat ke mall tidak ada yang memakai kursi roda, aku dengan antengnya membawa rasa malu sebenarnya sama Naufan, cuman Naufan enggak bilang. Kepantai seharusnya bisa berlarian kesana kesini, malah akunya harus di gendong karena tidak bisa berjalan. Gaya pacaran kami berbeda, dan mungkin itu enggak bisa bawa kebahagiaan buat Naufan.

Makanya aku memutuskan ini.

" kenapa... Tiba - tiba? " kata Naufan. " apa ada sesuatu? Sampai lo kayak gini? "

Aku menghela nafas lagi.

" Enggak. Aku cuman mau kita sampai disini aja." kataku kemudian berbalik mendorong kursi rodaku keluar perpustakaan. Naufan mengejarku hingga keluar.

" tunggu Zar! " kata Naufan, mencegat kursi rodaku. " gue enggak paham, dan gue enggak ngerti apa alasan lo tiba - tiba mutusin gue. Lo harus kasi tau ada masalah apa, kita bisa selesaikan jangan langsung putus. " aku menunduk.
Naufan juga menunduk, kini wajah nya tepat di depanku.

Mataku terasa panas. " kasi tau ada apa sayang? " tanyanya.
Aku meremas rokku, hingga kusut sebelah jadinya. " hm? " kata Naufan lagi.

Aku menangis. Sempurna tangisanku pecah disitu. Untung aja enggak ada orang disana, kalau enggak mereka bisa ngeliat aku nangis.
" aku... " kata ku terbata - bata. " aku enggak mau... Jadi beban buat kamu, hiks hiks. "

" beban apa sih? "

" aku cacat dan otomatis ini pasti bebanin kamu. Setiap kita kemana - mana, aku... Pasti udah beri kamu rasa malu, karena punya cewek lumpuh kayak gini.... Ada yang bilang, kamu pasti enggak bahagia karena selalu dapet cewek yang sakit - sakitan makanya aku enggak mau Naufan... Huaaaa... "

" Zar, dengerin gue. " kata Naufan memegang kedua pipiku. " adakah gue pernah bilang kalau lo tuh bebanin gue? Trus pernah nggak gue bilang lo itu beri gue rasa malu?  Enggak kan? Lantas kenapa lo sampai berpikir sejauh ini?  "

Aku terdiam, tapi tangisku masih sesenggukan.

" sama sekali gue enggak pernah ngerasain semua itu zar. " katanya. " gue yang milih lo, jadi itu tandanya gue udah yakin sama lo, gue siap nerima lo apa adanya. Gue bahagia, bahagia banget bisa jadi pacar lo. Jadi jangan pernah berpikir untuk putus hanya karena masalah itu, justru lo akan buat gue enggak bahagia karena ngomong kayak gitu. "

Naufan membelai rambutku. " udah ya, jangan dengerin orang. Gue beruntung punya cewek kayak lo, meskipun lo enggak sempurna, tapi lo udah bisa ngelengkapin kebahagiaan gue. Dari pada cewek yang enggak sempurna, tetapi enggak pernah bikin gue bahagia, itu sama aja pacaran karena status, Zar. "

" lagipula enggak ada cewek yang sempurna sayang. Gue juga bukan manusia sempurna, enggak ada manusia yang sempurna. Untuk itu kita ada untuk saling mengerti dan melengkapi. Jadi udah ya, jangan pernah mikir ginian lagi, kalau ada masalah ngomong ya, jangan main putus aja. Oke? "

Aku mengangguk perlahan. Kini hatiku merasa lega tetapi ada rasa bersalah juga karena telah mau memutuskan Naufan gitu aja.

Hmm... Naufan aku sebenarnya juga sama sekali enggak mau pisah sama kamu.
...

Aku menyuap nasi dan sambal teri kedalam mulutku. Aku makan perlahan sambil terus memikirkan kejadian tadi disekolah.

Ohok... Ohok...

Wisheart [ Selesai ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang