20

1.3K 61 1
                                    

Saat dijalan.

" masih awet juga vespa lo sob. "

" gue yang ngerawat awetlah. " kataku.

Tak lama.

" itu Arlin bukan ? " katanya tiba - tiba.

" hah ? " kataku penasaran.

Andri tiba - tiba menepi . Dia ngeliat ceweknya di supermarket, benar sih aku juga liat.

Arlin keluar dari dalam mobil sama cowok, dan cowok itu kayak nya gue kenal. Tanpa kata - kata, Andri turun dari motor, sontak dia langsung menarik kerah cowok itu.

" lo... Ngapain ha ?! Ngapain lo sama cewek gue ?! " setelah menstandar vespa, aku langsung cepat - cepat turun berusaha melerai si Andri.

" heh, apaan sih lo, kenapa memang nya gue sama cewek lo ? Lo udah nyakitin dia enggak pantas dia jadi cewek lo. " kata cowok itu. Bentar... Bukannya itu abangnya Zara ya ?

" Ndri, udah ndri, malu diliat orang. " kataku.

" ban**** lo ! " sontak saja Andri langsung meninju si Abang. Aku menarik badan Andri berusaha menjauh.

" Andri ! Apaan - apaan sih lo ! " teriak Arlin.

" Bang Mirza ! " terdengar suara cewek di telinga gue, gue menoleh, gadis kursi roda, berjalan dengan tongkat nya menghampiri abangnya.

Aku melihatnya sambil terus menahan Andri.
" gara - gara lo, hubungan gue rusak ! " teriak Andri lagi, dia ingin mukul lagi, tapi dengan sekuat tenaga aku menahan tubuhnya.

" Andri cukup ! " Andri di tampar sama si Arlin. Ya mungkin memang si kodok ini harus di tampar, biar setannya keluar.

" bang Mirza enggak ada kaitannya sama hubungan kita yang udah putus ! " kata Arlin.

Mata Andri berkaca - kaca.

" lo tuh... Lo tuh seharusnya bisa Introspeksi diri kenapa kita bisa putus kayak gini. " kata Arlin. Kemudian dia berbalik, dia membantu si Abang berdiri.

Kemudian dia bantu gadis kursi roda berdiri.
" Lin, gue enggak bisa lo tinggalin gini. " kata Andri, suaranya mulai parau.

Si Arlin tidak memperdulikan, mereka bertiga terus berjalan masuk ke mobil, bahkan Zara tidak menoleh kearahku sedikit pun. Kenapa rasanya sesak ?

Mobil pun melaju, dan aku melihat sekeliling kami dikerumuni banyak orang, bahkan ada yang memotret. Aku menghela nafas.

Aku menarik Andri menjauh, mengajaknya untuk pulang.

Semuanya kacau.

Andri menunduk di pundakku. Asli, dia ini kayak cewek yang kena putusin, nangis dia nih, nangis kenceng banget di kamarku.
Heran juga kenapa dia nangis segini benar ? Malahan tadi aku liat cewek nya biasa aja, tapi dia nya nangis sampai sesenggukkan gini.

Nangis nya kencang banget, dan mau tidak mau aku jadi sandarannya, karena cuma gue yang ada disitu.
Mama awalnya khawatir si Andri nangis sampai sekencang itu, tapi pas aku kasi tau alasan dia nangis, mama hanya bisa geleng - geleng kepala.

Tak lama Afran datang dengan memakai headphone di kepalanya mungkin karena enggak mau dengar tangisan si Andri kali. Dia memeluk Andri, dan Andri beralih nangis di pundak si Afran.

Aku melihat pundakku yang basah, entah lah, munkin bercampur dengan air liur dan air mata si Andri itu.
Dengan cepat aku berdiri dan membuka lemari, kemudian turun kebawah buat ganti baju.
...

" eh naufan, nih bawa sekalian keatas, kasi Andri air. Aduh heran deh mama liatnya karena cewek aja sampai kayak gitu, kamu jangan kayak gitu ya nak, trus liat - liatin si Andri itu jangan sampai dia buat yang aneh - aneh. " aku tersenyum.
" iya ma Naufan enggak kayak gitu kok, cewek aja enggak ada. "

Wisheart [ Selesai ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang