21

1.4K 59 2
                                    

Aku berbalik setelah selesai mencuci piring.
" kamu... Baik - baik aja? " tanya Zara tiba - tiba. Aku mengangguk perlahan. Kemudian berjalan menuju keruang tamu, si Andri belum selesai juga urusannya, lama juga ya.

" Naufan... Kalau kamu capek baring aja dulu. " kata Zara. Aku mengangguk lagi. Kemudian dia beralih, meninggalkan ku sendiri di ruang tamu.

Kepala ku masih sakit sekali rasanya, takutnya bisa pingsan kalau sakit terus - terusan. Apa bawa baring aja ya? Sampai pusing nya hilang, tapi enggak enak juga, tapi kalau aku pingsan makin enggak enak lagi.

Akhirnya aku menyerah pada diriku, yang tidak bisa menahan komplikasi di kepala ini.
Aku berbaring sebentar, semoga sakitnya bisa hilang.
...

Mataku terbuka. Rasanya mataku kantuk sekali, tapi untunglah pusingnya udah reda.
Eh btw, sekarang jam berapa? Kok aura rumah ini udah kayak mau malam aja. Aku segera beranjak dengam cepat.

" aw, aw. " ringisku karena kepala langsung pusing lagi saat aku bergerak dengan cepat, tapi tidak lama pusing nya langsung hilang.

" Kasep? Udah bangun? " tanya mamanya Zara.
Aku tersenyum.

" tante, kalau boleh tau. Sekarang udah jam berapa ya tante ? " tanyaku.

" emm, jam setengah lima. "

WHAT ? Demi kue putu ijoo!!  Udah setengah lima? Berarti udah sore dong ? Dan aku masih make seragam, belum ada pulang kerumah.

Btw, si dragon Andri kemana?

" si Andri kemana ya tante? " tanyaku.

" udah pulang dari jam 3 tadi. "

wah emang asem si Andri, kenapa enggak bangunin gue coba.

" mandi aja dulu, pasti enggak enak pakai baju sekolah seharian, pinjam baju bang Mirza lagi. " kata Zara. Aku ragu, beneran enggak enak kalau kayak gini.

" enggak apa - apa, bentar lagi juga mau maghrib. " kata Zara. Aku masih diam.

" yaudah sih terserah kamunya. " kata Zara lagi kemudian dia memutar kursi rodanya.
...

Selesai maghrib aku pulang, tapi sebelum itu aku pamitan dulu.
" bang, gimana urusannya udah selesai sama Andri ? " tanyaku kepada bang Mirza.

" iya, abang enggak mau masalahnya makin berlarut - larut biarkan aja dia. Maklumlah anak muda lagi di mabuk cinta dianya. " kata bang Mirza.

" sebagai temannya, aku juga minta maaf bang, enggak enak juga. "

" udah, bukan salah lo kok, gue pingsan mungkin karena gue kecapekan aja. " kata bang Mirza. Aku tersenyum.

Setelah itu aku pamitan sama mama dan papanya Zara, barulah aku pulang, diantar sama Zara kedepan.

Motor vespa ku terparkir rapi di depan rumah ini, entahlah si Andri pulang naik apa sampai - sampai vespa syantiku masih bobo manizz disini. Ih alay banget sih.

" makasih ya. " kataku kepada Zara.

" Naufan tunggu. " katanya tiba - tiba, aku menghentikan langkahku.
Kemudian dia diam, disaat aku menunggu suaranya.

" ini sungguh gila. " katanya pelan.

" apa? " kataku.

" Maaf... Aku harus mengatakan ini lagi, Mungkin kamu bisa ngerti akan semua ini, mungkin kamu bisa mencerna semua ini. Aku pengen tau dengan ' kata ini ' adalah puncak dimana aku sudah capek, berharap sama ketidak pastian. " katanya.

Aku mendengar kan dengan seksama. Semua tubuhku tiba - tiba membeku.

" sulit mengatakan ini yang terakhir, kemaren juga gitu, tapi ini sungguh yang terakhir. Meskipun harga diri aku jatuh di mata kamu, biarlah, tapi aku tidak mau diri aku jatuh di depan semua orang, hanya karena seorang laki - laki..... " dia berhenti sejenak.

Wisheart [ Selesai ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang