Perjalanan menuju Trenggalek, membutuhkan waktu sekitar 6 jam 30 menit. Tapi, karena kami banyak berhenti untuk solat dan makan. Belum lagi macet, akhirnya butuh waktu 8 jam untuk sampai ke Kabupaten Trenggalek. Cukup melelahkan, mengingat kami berangkat malam hari dan sampai di Trenggalek tepat saat adzan subuh berkumandang. Selesai sholat dan bersih-bersih, kami memutuskan untuk mencari makan terlebih dahulu. Maklum, aku banyak makan dan tidak sesuai dengan postur badan yang kurus. Tapi, ada satu hal yang mengganggu fikiranku. Setelah ini, kami harus kemana. Karena dari penglihatanku. Yang tiba-tiba nongol padahal gue bukan indigo. Hanya sampai di sini saja. Kan ga lucu udah pergi jauh-jauh dapatnya zonk. Maka ayahku memutuskan kami akan jalan-jalan dulu di Trenggalek, maklum cuy ini pertama kali kami sekeluarga datang ke Kabupaten Trenggalek. So ga ada salahnya kan kita jalan-jalan terlebih dahulu.
Untuk informasi, buat kalian yang mungkin ga tau dimana itu Kabupaten Trenggalek. Kabupaten Trenggalek adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Pusat pemerintahannya berada di Kecamatan Trenggalek yang berjarak 180 km dari Surabaya, ibu kota Provinsi Jawa Timur. Kabupaten ini menempati wilayah seluas 1.205,22 km² yang dihuni oleh ±700.000 jiwa.[2] Letaknya di pesisir pantai selatan dan mempunyai batas wilayah sebelah utara dengan Kabupaten Ponorogo; sebelah timur dengan Kabupaten Tulungagung; sebelah selatan dengan Samudera Hindia ; dan sebelah barat dengan Kabupaten Pacitan. Dan dari tempat tinggalku berjarak 242km. Lumayan jauh.
Kami memutuskan untuk menuju Pantai Blado. Pantai ini terletak di Kecamatan Munjungan, merupakan tempat wisata alami yang berada di arah Selatan dari Kota Trenggalek, Yang terkenal dengan pusatnya tanaman Cengkih dan Durian. Alasan memilih pantai ini, sebenarnya karena Durian nya, maklum keluargaku penyuka Durian. Jarak tempuh ke pantai Blado dari Kabupaten Trenggalek sekitar 1 jam, sebenarnya gue sendiri bingung, ngapain ke pantai, padahal ga bisa berenang. Kalau bukan karena durian juga ga mau. Kedua adikku langsung nyemplung ke laut, apalagi yang cewek. Pake bawa kostum mermaid segala, untungnya waktu kami datang, pantai lumayan sepi. Cuman ada beberapa pengunjung, jadi lumayan bisa menikmati suasana. Saat 2 adikku sibuk bermain air, aku sudah memakan habis 2 durian. Wkwk, kalau sama durian jangan ditanya, gue doyan banget, ampe perut panas😁😁😁. Saat gue lagi kekenyangan, tiba-tiba ada penglihatan yang tiba-tiba muncul di otak gue. Di situ gue liat perahu, orang-orang yang menjaring ikan, serta gue lihat potongan jarik di bawa oleh seseorang. Tapi wajahnya ga kelihatan, dan lokasinya masih ada di Trenggalek. Setelah itu semua gelap.
Gue coba tanya sama mas penjual durian. "Mas, di deket sini, ada ga pelabuhan atau tempat pelelangan ikan,"
"Ada mas, letaknya di pantai Prigi, agak jauh kalau dari sini, di sana itu tempat pelelangan ikan di Trenggalek sekaligus salah satu pelabuhan nusantara. Kalau mas, mau beli ikan, di sana lumayan lengkap.
Pantai Prigi ya... Sekarang saatnya tanya sama mbah google. Soal pantai Prigi. Dan wow, ternyata ini pusat wisata di Kabupaten Trenggalek. Lumayan jauh juga dari tempat ini 1jam setengah kalau lancar. Letak pantai Prigi berada di desa Tasimadu kec. Watulimo kab. Trenggalek. Pantai Prigi juga merupakan pelabuhan nasional, dimana tempat penangkapan ikan terbesar di pantai selatan Pulau Jawa.
Setibanya di pantai Prigi kami langsung mencari penginapan. Untuk beristirahat sejenak, masalah baru datang menghampiri. Ya, gue baru ingat. Kalau ga ada satu pun informasi soal, saudara gue, berbekal penglihatan gue, gue jalan-jalan ke sekitar tempat pelelangan. Baru gue menapaki area itu, beberapa bapak-bapak dengan tampang sangar, langsung mendekati gue.
"Eh, cunguk. Bayar utang loe. Loe bilang mau lunasin hari ini, "kata bapak dengan kumis tebel yang membuat gue kaget.
"Loe, jangan coba ngelak lagi. Bilangnya besok-besok. Kapan? Cepet bayar utang loe atau gue bawa loe ke polisi," kata bapak-bapak lainnya.
Oke, gue keder. Gila, anak cacat kayak gue, di rubung 6 orang dewasa dengan muka sangar, tapi, kalau nyali gue ciut. Bisa habis gue, dengan setengah mantap. Gue keluarin ktp. Alamak satu-satunya benda sakti di dompet gue cuman ktp, ga ada lagi yang lain.
"Maaf ya bapak-bapak yang terhormat sekalian, saya beneran ga ngerti apa maksud bapak-bapak sekalian. Coba bapak liat ktp ini dulu, dan perhatikan penampilan saya. Apa orang yang di maksud sama bapak itu pincang atau tidak. Dan jangan marah dulu, coba pegang kaki saya dan baca ini ktp. Saya ini juga korban, gara-gara orang yang mirip saya dan mungkin bapak sekalian maksud, nama saya jadi jelek. Jadi tolong dengan sangat perhatikan baik-baik.
Bapak-bapak itu, memperhatikan penampilan gue secara seksama. Jujur, gue kagak suka di pandangi macam itu, tapi apa boleh buat. Daripada gue di gebukin. 2 diantara bapak-bapak itu pegang kaki gue, dan mereka percaya kalau ini cacat asli. Beberapa dari mereka kasak-kusuk setelah baca ktp gue. "Maaf mas, kami salah orang. Habis muka mas, mirip sekali dengan orang yang utang sama kami,"kata bapak berkumis sambil mengembalikan ktpku.
" Tidak apa-apa pak, tapi, apa bener orang yang bapak-bapak cari, beneran mirip hampir 100 persen sama saya, mungkin cuman mirip kalau di lihat dari samping kali,"
"Enggak mas, ini beneran, itu orang bener-bener mirip sama mas, posturnya juga hampir sama, bahkan potongan rambutnya juga sama, yang membedakan maaf, dia ga cacat, dan badanya berisi. Nama kalian hampir mirip, tapi dia namanya Guntur. Kalau boleh saya tau, apa masalah yang di sebabkan sama Guntur lumayan besar, sampai mas Guruh datang ke sini, "
"Apa bapak masih perlu tanya. Tentu sangat besar, sampe saya jauh-jauh datang ke sini, ini menyangkut nama baik saya. Kalau boleh saya tau, dimana rumahnya. Saya pengen masalah ini cepet clear,"
"Kalau mas, mau ke rumah dia, mari kami antar, kalau banyak orang kayak gini, dia pasti ga bisa ngelak. Sejujurnya kami juga ga tega sama Guntur, dia anak yatim piatu. Tapi, apa boleh buat. Soalnya kami juga sedang butuh uang itu. Mari mas, kita jalan.
Sepanjang jalan, menuju rumah Guntur. Bapak-bapak itu, menceritakan soal kehidupan orang yang mukanya mirip denganku. Ada perasaan bersalah di hatiku, saat mendengar kisah hidupnya yang pahit. Tapi, seketika sebuah peringatan muncul di benakku. Hidupnya yang kelam, pasti membuat kepribadiannya kaku, dan mengerikan. Semoga saja kalau kami bertemu, dia tidak buru-buru mebyakitiku.