Flora & Fauna (Ehh...Fania)

4K 241 16
                                    

Guntur pov.

Pagi hari jam 9 pagi. Sekarang kami sudah stay di malioboro, di dekat tempat jualan gudeg kemarin. Memang warung makan kemarin itu masih belum buka. Karena kalau bukan weekend atau hari libur, mereka baru beroperasi dari jam 10 pagi. Di sebelah gue, ada adek gue yang sedari tadi ngomel - ngomel kayak Ibu-ibu. Dan jelas itu bikin gue sebel. "Dek, loe bisa ga sih, Diem! Tutup mulut loe, dan sabar nunggu di sini," kataku yang membuat dia manyun seketika.

"Gak. Gue ga bisa dan ga mau diem. Ini semua karena loe, yang bikin kita berdua kayak orang bego, nunggu warung yang jelas-jelas buka jam 10. Dan gue masih ngantuk, dan itu semua karena loe, yang ngajak ngobrol ampe jam 2 pagi, "

"Kok loe pake loe - gue," kataku sewot. "Inget gue ini kakak loe. Ga sopan banget jadi adek, loe mau ngelunjak ya. Dan ga hormatin gue sebagai abang loe, kayak gitu Guruh," bisa gue lihat, dia agak keder sama bentakan gue dengan intonasi dingin, terbukti karena dia langsung nunduk dan fokus sama hpnya. "Kok diam. Ga ada balasan lagi, hey, gue ngomong sama loe. Jawab! Wah loe bener-bener ga hargain gue ya,"

"Bukan gitu bang. Tapi, ya gue... Eh aku sebel aja sama abang. Habis, kita berdiri di sini dari jam 7 tadi. Siapa yang ga bete, udah laper, jadi pusat perhatian orang, ngeselin tauk, "

"Sabar aja, kan kalau ini warung buka, kita bisa segera makan. Gue tau, loe sebel karena dilihatin orang-orang. Anggep aja nanti loe bakal tenar."

Gak gue dengar lagi ceriwis dari mulut adek gue, dia cuman diam, sambil mainin hp, ya itu lebih bagus. Biarlah, dia ga nyaman dulu. Toh ini demi menemukan saudara /saudari kami. Jam 10 kurang 5, warung itu buka dan kami langsung masuk ke dalam. Pemilik warung, seorang bapak-bapak yang mungkin seumuran ayah dan istrinya. Terkejut melihat kami, mungkin mereka tidak biasa melihat pelanggan sepagi ini(maksudnya saat warungnya baru buka). Kami berdua memesan gudeg, dan tidak lama kemudian kami lihat mbak-mbak kemarin memasuki warung dan kebetulan dialah yang mengantarkan pesanan kami.

"Permisi mas,"Katanya sambil meletakkan piring di meja kami.

"Makasih, "kataku. Sementara Guruh masih sibuk dengan hpnya. Kusenggol saja dia, dan membuatnya memandangiku. " Apaan sih bang, loe ganggu gue aja. Apa sih, mata loe sakit. Kenapa lirik-lirik kayak gitu, "Katanya yang ngebuat gue bete.

Dasar adek somplak. Gini nih, kalau dia lagi ngambek. Apatisnya kumat. Hadeh, kok kembaran gue gini amat ya. Sementara mbak tadi, malah terkekeh kecil melihat kelakuan kami.

"Mas berdua ini lucu ya. Kembar tapi sifatnya bertolak belakang. Yang satu serius, yang satu santai banget. Ga kayak saya ama kakak saya, kami kembar tapi sifatnya hampir serupa. Jadi orang-orang kadang bilang kami judes, hanya karena muka kami yang agak galak dan jarang senyum. Pasti orang tua mas berdua ini, bingung ngadepin kalian, "Katanya yang membuat kami menoleh.

"Mbak ini, juga kembar. Wow, ga nyangka ketemu orang kembar di sini, trus kembarannya mana, kok ga kelihatan. Apa masih kuliah," tanya Guruh dengan tampang super kepo.

"Enggak, kakak saya sudah lulus bulan kemarin, sekarang dia lagi di kontrakan kami. Buka usaha jahit baju, ya hitung-hitung buat pemasukan kami. Aduh, saya malah ngajak ngobrol. Silahkan mas, di nikmati, saya tau mas berdua sudah kelaparan. "Katanya hendak pergi, tapi gue buru-buru menahannya.

"Eh, mbak. Bisa temani kami, kami mau tanya-tanya seputar perkuliahan. Maklum, kami berdua ga kuliah, jadi belum pernah makan bangku sekolahan,"

"Bang,mana ada orang yang pernah makan bangku sekolahan ama bangku kuliah, abang kira mereka mau debus. Trus abang fikir mbak ini titisan kuda lumping bisa debus, aneh-aneh aja loe bang, "Katanya yang membuat bapak, ibu pemilik warung dan beberapa karyawan yang baru datang tertawa mendengarnya.

"Loe ini, Diem napa. Maksud gue bukan itu. Itu cuman perumpamaan, dasar, loe mau gue pukul ya,"

"Pukul? Kenapa tanya pukul ke aku bang, tanya itu, ke bapak pemilik warung, punya pukul gak, emang loe mau pukul apa, ga ada paku yang lepas di sini, "timpalnya yang membuat orang tambah ketawa.

"Hih, ngomong sama loe, berasa ngomong sama orang gila, semuanya ga nyambung, udah loe diem aja. Bisa darah tinggi gue, ngadepin loe,"

"Lah, kalau tau adek orang gila. Kenapa masih di ajak ngobrol. Kelihatankan yang ga waras siapa, "timpalnya lagi yang ngebuat gue siapa hajar adek songong gue ini, tapi berhubung semua orang tertawa ga jadi deh.

"Aduh... Duh, stop mas perut saya sakit, kebanyakan ketawa. Hahaha... Makasih loe mas berdua ini, pagi-pagi, eh siang-siang dah menghibur kami semua. Oh iya perkenalkan nama saya Flora ayuningtias. Kalau boleh tau mas berdua namanya siapa, "
"Nama saya Guntur Raharjo, dan ini adek saya Guruh. Nama mbak bagus, lantas nama kakaknya siapa," tanya gue sok baik.

"Bang, kok loe masih tanya, udah pasti lah bang, nama kakaknya ga jauh-jauh dari dia. Pasti nama kakaknya Fauna. Kan cocok Flora - Fauna, "Celetuk Guruh lagi,"

"Loe kata Kakaknya hewan apa. Diem loe! Bikin kesel aja, "

"Udah mas ga usah bertengkar, udah sering kok ada yang kayak gini, nama kakak saya Fania ayuningtias. Jadi bukan Fauna ya,"

"Yah, kok ga Fauna sih, kan lebih cocok."celetuk Guruh lagi, yang membuatku menjitak kepalanya.

"Loe diem, gue lagi mau ngobrol, ngomong lagi, gue pulangin loe ke orang tua loe,"ancamku yang membuatnya senewen.

"Dikira ini lagu apa ya, pulangkan saja aku pada ibuku dan juga ayahku... Huoooo. Apa! Mau marah lagi, mau jitak lagi, mau KDSK ya, "

"Kdsk apa itu mas," tanya mbak Flora.

"Kekerasan dalam saudara kembar. "kata Guruh yang membuat Flora manggut - manggut mengerti.

Tidak kupedulikan lagi, celtukan Guruh, dan kami (gue dan Flora) larut dalam pembicaraan seputar kuliah, kami berbincang lumayan lama. Sampai akhirnya gue merasa ini waktu yang pas, untuk menyampaikan maksud gue. " Flora, gue boleh tanya gak, soal kain jarik kemarin, yang gue lihat ngebungkus tangan loe,"

"Kenapa mas mau tau soal itu, apa mas ngerasa aneh, karena kemarin saya ngebungkus tangan saya dan sekarang enggak. Begitu maksudnya,"

"Ya seperti itulah, maaf kalau pertanyaan gue agak aneh ya, soalnya loe ga kayak adek gue yang cacat ini, "kataku sambil menunjuk kaki Guruh. Sementara yang di tunjuk hanya cuek aja.

Flora kemudian sedikit mengamati, namun lirikan mata adek gue, langsung ngebuat dia salting, dan buru-buru duduk dengan benar." Maaf, kalau saya ga sopan. Jarik itu, saya gunakan untuk memberi pertanda, kalau ayah, ibu atau saudara kandung saya, yang tidak di ketahui keberadaannya bisa menemukan saya dan kakak saya. Kami waktu bayi menjadi korban human trafficking,"ungkapnya sambil meneteskan air mata.

"Emm... Kalau begitu boleh gue liat, siapa tau kami berdua bisa bantu.

Dia mengeluarkan jarik itu dari saku celana. Dan begitu gue buka ada angka 7 di jarik itu. Guruh yang sedikit melirik langsung tersenyum. Gue ambil potongan Kain jarik di saku jaket gue dan memperlihatkan pada Flora yang ngebuat dia kaget. Gue gandengin potongan jarik gue dan Flora yang ternyata cocok. Kemudian Guruh mengambil jarik di tasnya dan mencocokan dengan potongan kami, di saksikan oleh banyak orang, dan mereka semua ikut terkejut. Flora lantas menangis dan memeluk kami berdua, tapi Guruh tetap saya nyeletuk dia ga suka di peluk.

"Ga nyangka, ternyata kalian adek-adek gue. Seneng banget rasanya bisa ketemu kalian. Sekarang kita temui kak Fania ya, dia pasti seneng ketemu kalian. "

Find my 8 Twins Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang