Liburan keluarga, saat - saat refreshing yang sangat di nanti oleh kami semua,terutama olehku.Tapi, kok jadinya malah gini! Ini mah bukan liburan, tapi latihan militer. Demi apa, si abang bertiga yang kebetulan dapat cuti 2 hari, tiba-tiba nongol di rumah layaknya hantu. Bang Daniel dan Bang Wisnu juga ikut-ikutan. Mereka berlima kompak berkata ingin mengajak kami liburan, tentu kami menyambut dengan senang. Tapi, setelah tau liburannya seperti ini. Rasanya aku pengen nyambit mereka berlima.
"Aduh, nyangkut, bang Guntur tolong. Adek nyangkut nih di kawat, "teriaku. Tapi yang datang bukan bang Guntur, malah bang Juna sambil bentak-bentak.
"Gini aja kamu ga bisa dek, laki bukan," Katanya sambil melepaskanku dari kawat.
"Bukan! "Semburku ketus. Lagian abang yang bener aja. Suruh manjat pagar berduri. Kalau suruh merangkak di bawah kawat duri masih mending. Ini, manjat bang. MANJAT!!! Yang bener aja,"
"Ga usah banyak alasan. Ini pagar, juga ga banyak durinya. Kamu aja, yang kurang waspada! Ga usah banyak omong dan cepat panjat. Atau Abang suruh kamu push up 50 kali. "
Akhirnya aku mulai memanjat kembali. Daripada di suruh push up 50 kali, dengan susah payah akhirnya aku berhasil melalui rintangan itu. Tapi, rintangan selanjutnya benar-benar menguji kesabaran dan keseimbangan. Melewati kolam, dengan berjalan di atas sebatang bambu. Gile, aku ini ga seimbang, dan kakiku juga ga bisa di pakai tumpuan yang kuat. Dan hasilnya, sesuai dugaan. Aku nyebur dalam kolam, untung kolamnya dangkal cuman sampe sebatas dada.
Setelah itu yang kulakukan hanya duduk di pinggir lapangan, menyaksikan bang Guntur dan mbak Duo F meneruskan ke rintangan berikutnya. Menyesal? Enggak, kepengen? Pastinya iya. Tapi, ya mau gimana kalau semuanya butuh keseimbangan, sementara aku saja enggak bisa seimbang. Akhirnya biar ga terlalu kecewa. Aku buka youtube nonton video horor wkwk, biar lupa akan semuanya.
Baru sebentar nonton, hp ku melayang jauh ke dekat kolam. Untung ga nyebur, dan pelakunya sedang berdiri di hadapanku dengan muka datar, siapa lagi kalau bukan bang bayu. Tapi, ga peduli,kulirik hp ku sudah di ambil bang Indra dan dia kantongi. Hih 3 abang ngeselin. Lantas aku kembali memandang bang Bayu yang daritadi cuma diam.
"Apa, "tanya ku,tapi dia hanya diam.
"Apaan sih bang? Adek salah lagi? Apa sih? Mereka bertiga aja udah selesai kok? Ih, abang apaan? Ngomong dong, adek bingung nih."Bang Bayu menunjuk ke suatu arah, ku lihat tunjukkannya dan ternyata ada flying fox. "Flying Fox, adek di suruh main itu. Oke, siapa takut. Ayok kita coba." kataku yang membuat bang Bayu senyum tipis sekali.
Kami bersembilan mencoba Flying Fox satu per satu, di mulai dariku dan di akhiri oleh bang Juna. Setelah itu, kami memilih untuk makan siang. Kulihat di sekeliling tempat ini, banyak sekali taruna yang berlatih, tapi ada juga keluarga yang piknik di sini. Menurutku mereka semua abdi negara. Soalnya keempat abangku setiap berpas-pasan dengan mereka hormat mulu. Kami makan siang di bawah pohon beringin. Lah kok serem😱😱😱 pohon ini letaknya lumayan dekat dengan tempat parkir, alasan lainnya karena lebih teduh. Kalau kata 5 abang sih, biar latihan menghadapi rasa takut ama hantu. Tapi, tetep aja bagiku ini serem. Mau liat ke atas takut, nanti ada yang nongol. Soalnya daritadi berasa ada yang mandangin. Akhirnya aku cuman liat ke bawah.
"Dek, daritadi nunduk mulu. Kamu sakit perut, "tanya bang Daniel.
"Enggak bang. Adek sehat kok, cuma... Ya cuma... Ga jadi deh,"
"Apa sih dek? Ni hp kamu abang balikin. Marah ya, "tanya bang Indra.
"Bukan itu, tapi... Itu ada kaki di atas bang Daniel,"
"Ga ada apa-apa, kamu jangan aneh-aneh dek, "kata bang Daniel.
"Adek ga aneh-aneh, emang beneran kok ada kaki, tuh cekikian dia, itu kakinya mbak kunti, kelihatannya dia seneng banyak cowok di sini,"