Malam hari hujan mengguyur kota malang. Membuat semua orang meringkuk di balik selimut, mencari kehangatan. Arjuna, Bayu, dan Indra masih terjaga. Berbeda dengan saudara dan saudari mereka yang sudah terbang ke pulau kapuk duluan.
"Hujannya makin deras aja, semoga tidak sampai pagi, bisa repot. "Indra berkata sambil menyerahkan cokelat panas pada Arjuna dan Bayu.
"Semoga dek, soalnya waktu kita sedikit. Buat kumpul kayak gini, bagaimana pun kewajiban kita yang harus di prioritaskan. Bicara soal kewajiban. Bang, bagaimana kelanjutannya, soal Guruh kemarin, "Bayu bertanya sambil meminum cokelat panas miliknya.
"Itu, pikir nanti. Soalnya, saya juga masih bingung, sama maksudnya adek. Kalian sendiri tau, pola pikir dia itu agak di luar nalar,"
"Memang sih, pola pikirnya lumayan susah di mengerti. Di tambah, adek itu kalau ngomong susah di pahami, terlebih lagi dia introvert. Paket lengkap deh. "Perkataan Indra membuat Bayu dan Arjuna mengangguk setuju.
"Lantas, bagaimana soal pencarian 2 saudara kita yang belum di ketemukan. Apa, mereka sudah membahas soal itu," tanya Bayu.
"Entah, sejauh yang saya dengar, mereka sama sekali, tidak membahas topik itu. Mereka mencari kita, hanya dengan mengandalkan insting. Jadi, saya rasa mereka belum memulainya,"
"Gitu ya, "Indra mengangguk kepala." Coba aja libur kita agak lama, pasti kita bantu mereka, buat cari, "
"Saya rasa, mereka sudah paham dengan kondisi kita. Mereka tidak akan mempermasalahkan hal seperti itu. Di tambah, tanpa ada kita bertiga. Mereka bisa jaga diri. Kalian harus liat keganasan Guntur sama Flora. Pasti kalian kaget,"
"Ga minat bang," kata Bayu. Ingat kejadian tadi aja, kepala pusing duluan. Belum pernah bang, aku di bentak ama cewek. Tapi, sekali di bentak kok ya sama adek sendiri. Gara-gara masalah sepele lagi, "Kata Bayu yang membuat Indra terkikik geli.
"Bener bang, seumur hidup kita ga pernah di bentak. Sekali pun oleh mama. Giliran di bentak karena masalah sepele keder. Padahal dulu pelatihan, udah biasa kena bentak. Mungkin, karena yang bentak adik sendiri. Jadinya rasanya lain ya. "Arjuna dan Bayu mengangguk membenarkan perkataan Indra.
Setelah itu, yang mereka obrolkan hanya masalah seputar pekerjaan. Hingga jam sudah menunjukkan pukul 1 malam. Hujan masih belum juga reda. Saat mereka sudah bersiap untuk tidur. Tiba-tiba Guruh menghampiri mereka bertiga dengan heboh sambil menunjuk-nujuk hpnya.
"Kenapa dek. Heboh amat? Trus kok belum tidur? "tanya Arjuna.
"Aduh, bang Jun. Introgasinya di tunda dulu, ini ada yang lebih penting. Liat ni youtube," pinta Guruh.
"Udah di lihat nih, ini acara 86, memang kenapa dek? "tanya Bayu.
"Cuman Polisi lagi penggrebekan aja, heboh amat dek, ini itu udah tugas mereka. Tenang ga bakal luka," kata Indra.
"Bukan itu, ealah perhatiin itu polisi-polisi dan abang pasti tau apa yang aku maksud, bukan pak polisi yang sedang kasih keterangan itu. Tapi polisi di sekitarnya.
Mereka bertiga kemudian melihat video itu, dari awal sampai akhir, begitu video itu selesai. Ketiganya memandang Guruh. "Jadi abang bertiga sudah paham maksud adek." tanyanya yang di balas gelengan oleh ketiga abangnya.
"Alamak, adek pingsan dulu deh, kalau gitu. Liat itu video lagi, dan abang pasti tau apa yang adek maksud, kali ini yang teliti. "
Mereka bertiga kembali melihat video itu, dengan seksama. Hingga pada menit terakhir, mereka melihat kain jarik di salah satu polisi, dan ada sedikit tulisan. Mereka mencoba membaca tulisan itu, dan yang terbaca adalah empat.
"Dek, ini apa maksudnya." tanya Arjuna.
"Abang, coba play video di bawahnya. Itu ada interview soal kain itu, dan nanti abang pasti paham. "
"Ketiganya melihat dan mendengarkan dengan serius, hingga sang narasumber mengatakan hal yang mengagetkan mereka.
" Nomor 4 sudah ketemu. "kata Mereka yang membuat Guruh tersenyum."Ga sengaja bang. Tapi, adek juga belum yakin. Jadi, kita musti cek kebenarannya. Masalahnya dia ini ada di Surabaya,"
"Ga masalah, "sahut mereka bertiga.
" Bang Juna yakin, di sini masih ada acara loh bang. Masa, mau di tinggalkan begitu saja, ""Nemuin dia lebih penting dek. Jadi, besok pagi kita berangkat ke surabaya."
Indra pov
Keesokan paginya kami bertujuh berangkat ke surabaya. Perjalanan lancar sekali. Di dalam mobil, sangat terbalik dengan kondisi jalanan yang lengang. Sangat ramai, aku dan bang Bayu hanya bisa saling lirik, tidak mengerti apa yang mereka ributkan."Eh, kalian ributin apa? Saya ga paham ini, "Keluh Bang bayu, sambil melirik ke belakang.
"Tau bang, gue aja kagak mudeng. Apa yang diributin Guruh ama mbak Duo F. Level pembicaraan mereka beda cuy, cuman anak alay yang bisa ngerti," Guntur berucap santai yang di balas lirikan Guruh dan Duo F.
"Aduh, gini deh kalau punya saudara-saudara kurang gaul. Makanya abang bertiga yang di elus - elus bukan senjata mulu. Masa tentara ga up to date. Kita lagi ngomongin Fashion bang, fashion ngerti nggak, "Sahut Flora judes.
"Fashion??? Memang kalian mau ada acara apa, sampai bahas hal itu segala. Eh, dek jangan salah. Kita up to date soal fashion, kamu ga liat kalau selebgram sekarang kebanyakan malah polisi dan tentara. Jangan ngejek kamu," saya berucap sambil melirik mereka.
"Bang Indra, mending fokus nyetir aja ya. Mentang-mentang followers bertiga lebih dari 200k sombong ya. Eh, mbak kenapa ga mereka aja di suruh jadi model. Siapa tau jadi laku keras itu dagangan,"
"Laku keras??? Dagangan??? Maksudnya, "tanya Bang Bayu.
"Gini, gini aku jelasin. Jadi kemarin aku iseng-iseng jahit baju, dan waktu aku coba posting, banyak yang suka. Dan banyak yang minta di buatin. Rezeki sih bang. Tapi, mereka minta ada modelnya, biasalah zaman sekarang gitu, kalau dapat model yang fashionable kan, penjualan meningkat pesat. Jadi, abang bertiga mau gak? Nanti aku bayar kok, "
"Kalau kayak gitu, kenapa ga ngomong langsung. Tentu saya mau, bantu adik sendiri. Mereka berdua pasti juga mau, kapan mau pemotretan," tanya Arjuna.
"Mungkin mendekati puasa nanti, soalnya buat ramadhan. Ini aja, aku masih desain. Kalau untuk yang sekarang, mending fokus dulu ama pencarian abang. Ntar takut ganggu, "
"Rasanya, bisa kita lakukan bersama. Tugas pencarian bisa di handle ama Guruh, nah kita yang lain bisa persiapan buat foto, lagian di Surabaya banyak spot yang bagus. Gimana dek," tanya Bang Bayu.
"Aku sih setuju aja bang. Urusan cari mencari serahin sama aku, abang ama mbak fokus aja bantuin mbak Fania. Kali aja waktu sibuk hunting lokasi foto, malah ketemu abang. Kan malah bagus, ga perlu repot. "
Semua orang setuju, lagipula intuisi Guruh kadang terwujud, pada akhirnya kami ke surabaya dengan 2 tujuan. Mencari saudara kami, sekaligus menjadi model dadakan.