Guntur pov
Setelah 3 bulan di penjara. Akhirnya gue bebas, harusnya sih, gue masih lama di balik jeruji besi. Untungnya keluarga besar Bima, bisa di ajak damai. Dan, ternyata tu si Bima, naksir mbak Flora. Kalau gue mbak Fania, pasti udah ngomong 'OMG, itu seriusan. Demi apa adek aku punya pacar. Alhamdulillah akhirnya jadi cewek tulen' tapi ya karena ini, yang kita bahas. Mbak Flora, jadinya tanggapan nya super cuek. Dia cuman jawab Masa, ga percaya dan loe semua bohongin gue. Dasar loe mbak, di taksir orang, tanggapannya kayak gitu, ya pantes pada kabur. Kembali ke masalah gue yang baru keluar penjara. Tau ini, ulahnya siapa? Abang gue yang namanya Arjuna? Bukan! Ortu? Juga bukan! Gue di penjara lama, ini karena ulah adek gue. Ya, si Guruh. Biang kerok dari semua ini. Tu anak dengan enteng bilang 'Mending abang di kurung dulu, supaya ga liar. Itung-itung abang numpang hidup di sini'. Gitu dia bilang. GILA, adek gue beneran sadis cuy. Enggak berperi kemanusiaan,sama saudara sendiri.
"Dek, akhirnya bebas juga. Gimana seneng, "tanya mbak Fania.
"Ya, gitu deh mbak. Ngomong - ngomong yang lain mana, tadi, gue baru ketemu ortu. Dan sekarang loe. Mbak Flora ama adek mana,"
"Flora, lagi ngumpet dari Bima. Biasalah, dia sok jual mahal. Liat Bima sedikit aja, langsung kabur. Ga tau kemana. Guruh, lagi liat-liat sekitar sini. Biasa tu anak, katanya lagi riset buat cerita. Apalagi di sini, banyak bangunan tua. Ya, dia penasaran, tu bangunan ada penunggunya atau enggak. Katanya sih, tadi denger suara berisik gitu,"
"Satu lagi, keunikan keluarga kita. Hampir, semua anggota keluarga bisa berinteraksi sama makhluk astral. Gue, sebenarnya kasian ama Guruh. Dia, ga bisa liat. Tapi, sekali ada mereka. Dia kan bakal sakit. Kepekaan nya itu loh, luar biasa. Tapi, tu bocah fine-fine aja. Heran gue, "
"Ya, gitu deh. Udahlah, anggap aja. Keluarga kita itu langka. Jadi maklumi saja. Eh, dek. Loe tau gak. Kalau si adek ternyata tau nomer hp bang Juna," pertanyaan itu membuatku kaget. Dan membuat mbak Fania tertawa.
"Adek, punya nomer hp abang. Kok bisa? Eh, lupa. Tentu aja bisa, orang dia yang nemuin bang Juna. Tapi, loe tau darimana mbak, "
"Kemarin, bang Juna telfon ke hp adek. Kebetulan, Flora yang angkat. Alhasil ketahuan deh. Tapi, bang Juna pilih kasih, masa dia bicara panjang lebar sama ortu. Giliran aku ama Flora dia bicara ngirit gitu, sebel tau. Tapi, ya terlepas dari itu. Seneng juga. Karena bisa komunikasi sama dia, "
"Alhamdulillah kalau gitu mbak. Di syukuri aja. Sedikit demi sedikit nanti, dia juga terbuka sama kita. Udah kemajuan pesat dia mau ngomong ama ortu. Btw, kita mau kemana mbak? Perasaan parkiran ke sana, lah kok kita ke sini,"
"Tadi,Flora bilang dia nunggu kita di masjid. Minta di temani. Tu anak salting, deket Bima. Hadeh, biasanya aja galak sama cowok. Tapi, sekali ketemu yang pas langsung jinak, kayak merpati."
Kami berjalan, ke arah masjid, dan tampaklah mbak Flora yang sedang berdiri di dekat gerbang masjid. Di samping dia ada Bima, dan berapa temannya. Sedang tertawa, entah apa yang mereka Tertawa kan. Begitu, melihat kami, Bima dan teman-temannya langsung berhenti tertawa, dan layaknya tentara pada umumnya, mereka langsung berdiri tegak, dan memberi hormat. Formal amat, santai aja lagi, sama kita.
"Lama amat sih, "Sembur mbak Flora pada kami," Santai mbak. Ga usah langsung nyembur kayak gitu, ntar jadinya mbah dukun.
"Ah, elah mbak. 10 menit, di bilang lama. Lagian, loe di sini ga sendirian kali. Noh, ada Bima dan teman-temannya. Sadis amat loe, bikin kita Seolah-olah ninggalin loe sendirian. Tapi, kenapa jadi banyak tentara gini, dan mereka hormat sama kita, "
"Ya udah maaf deh. Alasan Mereka jadi banyak, terus hormat sama kita, ini semua gegara bang Juna. Alias Kapten Arjuna Budiman. Yang nyuruh mereka, buat jagain kita. Noh, liat beberapa dari mereka, anggota kopassus, dan satu lagi. Kelihatannya orang tua angkat dia, Danjen Kopassus deh. Alhasil kita jadi ikut-ikutan harus di jagain. "
Wow, orang tua angkat dia Danjen. Tepuk tangan saudara-saudara (hanya rekaan L, jangan di anggap nyata. Takutnya ada yang mikir kayak gitu) 😁😁😁😁. Pantas, kata adek abang kita itu, aura kepemimpinan dia itu terpancar. Anaknya Danjen, ya harus sekarismatik ayahnya. Tapi, kenapa kami ikut kena getahnya. Gue, ga suka kalau harus di kapal kemana-mana.
"Lah, kalau di jagain. Kebebasan kita terenggut dong. Jadi, burung dalam sangkar. Bima, ini ga berlebihan, "tanya mbak Fania.
"Untuk perkara itu, silahkan tanya pada Danjen dan juga kakak anda. Kami, hanya melaksanakan perintah. Tenang, ini tidak seketat yang anda semua bayangkan. Kami hanya mengawal kalau ada keadaan darurat yang terjadi pada kakak anda. Di luar konteks itu, anda semua bebas seperti warga sipil lainnya.
Penjelasan Bima, membuat kami bertiga lega. Ya, not bad lah. Semua ini juga untuk keamanan kami. Hanya sementara. Bakal ngerasa layaknya anak presiden, di kawal kemana-mana. Tidak lama kemudian, si adek datang. Sambil ketawa-ketiwi kayak biasanya. Entah, tertawa karena apa, sudah tau kan. Kalau Guruh itu super aneh bin ajaib. Maklumi saja lah.
"Mas Guruh, kenapa tertawa sendiri, "Bima bertanya pada Guruh dengan mimik muka heran. Oalah, malah di tanya. Ga usah, ntar ikutan gila.
"Ga apa-apa kok Om. Saya, cuman ketawa sendiri, tadi habis liat anime. Ga usah di ambil pusing, ntar malah ketularan ke gilaan saya." Guruh berkata sambil mesem - mesem kagak jelas. Yang tentu saja, itu ngebuat kami tambah kepo.
"Dek, jujur deh. Loe ketawa, karena apa? Curiga kita, terutama mbak yang malah jadi kepo, "Mbak Flora terlihat sebel, akibat ulah Guruh.
"Iya dek, kasih tau kita dong. Kamu ini bikin penasaran," timpal mbak Fania,"
"Gini-gini adek jelasin mbak, kenapa adek ketawa. Adek ketawa itu, karena mbak Fania, mbak Flora ama mas Guntur. Bener-bener ga peka. Padahal bang Juna ada di antara mereka. Kelihatannya tugasnya udah selesai nih. Padahal telfon kemarin, dia bilang balik seminggu lagi. Jahil nih si abang. "
" APA!!! "Kami bertiga berteriak bersamaan, membuat semua orang kaget, sementara Guruh masih terbahak, melihat wajah kaget kami.
"Guruh, cukup menggoda mereka. Kamu jangan bohong, kamu ini suka sekali jahilin orang. Nakalnya minta ampun," kata Bima.
"Hahahaha...Habisnya, wajah mereka kusut gitu. Jadi, lebih baik di kerjain. Maaf ya mbak ama mas, adek bercanda. Bang Juna baru balik Lusa, ni habis nelfon adek. Kita semua jemput dia ya, di bandara Ahmad Yani. Biar seru gitu. "Pintanya penuh harap.
"Iya, di maafkan. Emang, kenapa kamu sampai mohon, kayak gini. Si abang ga mau di jemput kita semua," tanya mbak Fania.
"Ya, gitu deh mbak. Jadi lusa kita jemput bareng.