Ga Ada Judul

2.9K 181 3
                                    

Setelah wejangan unfaedah yang harusnya hanya di berikan untuk bang Wisnu, tapi malah kami semua yang kena, terutama aku. Ketiga abang tertua langsung memberi ultimatum yang menyebalkan. Kalau kami masih berbuat di luar batas, mereka akan menempatkan penjaga di sekitar kami. Ampun dah, hidup jadi ga bebas kalau itu terjadi. Meskipun, kelihatannya ga buruk juga punya pesuruh gratis buat sementara waktu. Pandang segala hal dari sisi positifnya, maka hidup bakal lebih terasa bahagia.

Kembali ke kamar rawat bang Daniel, setelah pergi ke kantin mengisi perut. Jumlah pengunjung bukannya berkurang malah tambah banyak. Hadeh, ni sekuriti pada kemana! Kok di biarin? Kan kasian pasien lain ke ganggu. Kami lihat bang Daniel sendiri sudah capek meladeni mereka, dan butuh istirahat. Tapi, kami ga mungkin mengusir mereka secara brutal. Alhasil kami minta tolong pada staf rumah sakit, untuk mengusir mereka. Meskipun ga mudah tapi setelah setengah jam, kami berhasil mengusir mereka semua. Bang Wisnu dan Bang Guntur, memutuskan buat balik ke hotel, di antar mbak Flora, untung jarak hotel ama Rs ga terlalu jauh, jadi bang Wisnu kuat buat nyetir. Sedangkan aku dan mbak Fania, kebagian tugas jaga. Semoga semuanya baik-baik aja.

"Bang! Abang sekarang istirahat ya, aku ama Guruh, bakal jaga abang. Gih tidur, bentuk muka abang aja udah abstrak kayak gitu, "

"Muka abstrak tapi tetep ganteng. Buktinya, Fans abang banyak, itu masih dikit loh dek. Biasanya lebih banyak, besok pasti banyak lagi yang datang.

Langsung ku lempar bantal, ke arah bang Daniel yang lagi cengngesan. Mbak Fania, hanya tertawa kecil, sementara bang Daniel menatapku heran.

"Apa liat-liat! Tidur sono! Besok kami balik pagi-pagi, jadi kalau fans-fans abang yang alay itu datang, silahkan hadapi sendiri. Kan, bisa handle mereka, "

"Dek, kamu ngiri ya! Karena abang punya banyak Fans, sedangkan kamu ga punya. Makanya terkenal dong kayak abang," ucapnya yang membuatku bingung, mbak Fania juga memandang bang Daniel dengan tatapan yang sulit di artikan, dan dia menyentil kening bang Daniel.

"Kalau ngomong itu, di fikir dulu. Guruh, kita balik hotel. Biar dia di sini, bareng sama Fans alaynya. Biar mereka yang rawat dia. "

Sontak saja, aku langsung ketawa ngakak, melihat hal itu. Bang Daniel tambah bingung dengan semua ini. Mbak Fania tambah cemberut dan bahkan sudah menarik aku untuk pergi.

"Eh, eh jangan dong. Aduh, iya deh abang minta maaf kalau salah bicara. Pliss jangan pergi, "pintanya melas.

"Jangan ngomong kayak gitu lagi. Entah sama adek, sama aku. Pokoknya jangan! Sekali lagi, abang bandingin salah satu dari kami, dengan Fans alay abang. Abang bakal aku KICK dari list keluarga," ucap mbak Fania. Aku tambah ketawa ngakak, melihat pertunjukan lawak ini.

"Mbak, udah lah. Kasian dia tambah bingung. Malam gini malah dapat pertunjukan lawak, bagus deh, mood adek ga jadi buruk, gegara tadi Fans alay ga ada sopan santun. Eh, bang Daniel, denger ya adek ga iri sama ketenaran abang itu. Malah adek seneng kalau ga di kenal, jadi kemana-mana bebas, ga kayak abang kemana-mana di teriakin. Ingat bang, netizen Indo itu mengerikan, salah sedikit abang pasti kena bully. Dan sekarang, abang tidur. Kalau ada yang mau di tanyakan, besok pagi aja. "

Keesokan paginya, ya kejadian kemarin sore terulang lagi, kali ini dengan massa yang lebih besar. Tapi, kali ini mereka lumayan tertib. Meskipun aku sebal, karena beberapa dari mereka memandangiku secara menyelisik. Bagiku yang lahir dengan keterbatasan, pandangan itu agak mengganggu, apa mereka belum pernah liat orang cacat, sampe segitunya. Tapi, di pandangi jelas lebih baik, dulu beberapa kali ada orang-orang yang berkata padaku "jalanannya benerin dulu atau latihan jalan dulu"  Itu menyebalkan bahkan sehabis berkata seperti itu mereka malah tertawa. Mungkin, bagi mereka itu candaan, tapi bagiku itu jelas menyakitkan.

"Dek, "Mbak Fania memanggilku." Sini, duduk sebelah mbak. Jangan berdiri di situ, halangin jalan masuk. "

Aku pun mendekat ke mbak Fania dan duduk di sebelahnya. Sementara bang Daniel sedang sibuk, menjawab satu per satu pertanyaan yang datang bertubi - tubi. Ketika jam menunjukkan pukul 11,security datang ke kamar kami, menyuruh semua orang keluar, karena jam besuk hampir habis. Setelah mereka keluar satu per satu, di dalam kamar tinggal kami bertiga.

"Dek, "Panggil bang Daniel yang membuatku dan mbak Tania memandangnya.

"Sini lah, kalian berdua jauh amat. Abang pengen ngobrol sama kalian, dari kemarin ga ada kesempatan,"

Kami berdua mendekat pada bang Daniel, dan mulai lah kami bercakap - cakap. Sebetulnya yang paling cerewet jelas aku, bang Daniel sendiri, sampai geleng kepala mendengar ocehanku yang mirip burung beo.

"Dek, abang bingung denger ocehan kamu,"

"Bagus,kalau abang bingung! Kalau abang ga bingung, berarti abang punya kelainan. Tapi, adek juga bingung? Abang pake istilah kedokteran yang bikin gagal paham, "kataku yang membuat dia tertawa.

"Udah, ga usah dingertiin. Nanti kamu tambah bingung, dek, kejadian kemarin malam. Kamu punya kemampuan kayak gitu dari mana," tanyanya.

"Kemampuan apose? Emang adek ngapose bang! Perasaan adek ga ngapa-ngapain deh, cuman nyentuh tu orang, dia tiba-tiba teriak sendiri kayak gitu. Mungkin itu orang kena penyakit ayan, "

"Bukan dek, itu bukan penyakit. Kasih tau sama abang, apa yang kamu laku-" Mbak Fania menepuk pundak bang Daniel.

"Fan! Kamu apa-apa-"bang Daniel berhenti berucap dan melihat mbak Fania geleng kepala.

"Lupain aja deh dek, pertanyaan yang tadi, kamu suka sama anime ya? Abang liatin fokus nonton mulu, "

" Iya dong. Buat refreshing doang, eh abang kapan keluar dari sini. Adek pengen jalan-jalan, males di sini mulu.

"Bentar lagi kok, sehari atau 2 hari lagi. Kamu yang sabar aja. "

Find my 8 Twins Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang