"Eh jalang jauh-jauh dari tunangan kami."
Suara pekikan itu, membuatku menoleh dan tersenyum senang. Jebakan yang di pasang secara tidak sengaja, ternyata berhasil memancing ikan kakap yang di nanti-nanti. Aku berdiri kemudian mendorong jatuh Bima dan Bimo. 3 orang terkejut dengan kelakuanku. Tapi, semuanya harus berjalan sesuai rencana.
"Berani-beraninya kau, mendorong tunangan ku. Dasar cewek Udik plus bar-bar. "
Ikan kakap no 1 alias tunangan Bima dari perjodohan si tante gila. Namanya Aurora seorang model papan atas(gak terkenal) jadi dia hanya model di atas papan. Bisa masuk ke dunia modeling berkat ayahnya yang pengusaha, dan seorang soksalita bukan sosialita. Usianya 3 tahun lebih tua dariku, yang berarti dia seumuran sama Bima dan Bimo, sedang memandangku dengan tatapan mengancam yang sama sekali tidak menakutkan untukku.
"Bima sayang, kamu baik-baik aja kan. Ayahku bakal membalas cewek ini, atas perlakuannya sama kamu, "
"What!!! Bapak loe yang bakal balas. Aduh, kasian amat loe Bima, tentara kok di kasihani, malu ama seragam," kataku sambil tertawa bak mak lampir.
"TUTUP MULUT LOE!!! ATAU GUE HABISIN LOE SEKARANG"
Tiba-tiba segerombolan kecoa muncul di belakang mereka. Bukan kecoa asli, hanya beberapa puluh preman kelas rendah yang masih bau kencur, memandangiku pakai nafsu binatang. Ku rasakan Silva bersembunyi di belakang ku. Setelah di usir tunangan Bimo yang bernama Ariel, seorang anak manja yang suka menindas orang dan tak memiliki skill sama sekali. Bahkan dia memakai semen berlebihan di wajahnya hingga terlihat putih dan tebal.
"Flora, gimana ni. Mereka ada banyak, aku tau kalau kamu kuat. Tapi sebanyak ini, bawa senjata lagi. Apa kamu bisa, hadapi mereka, "
"Bisa. Tapi, ga semua. Kalau aku gagal, kamu harus lari sekencang - kencangnya nyari pertolongan. Orang-orang di dalam Cafe, ga mungkin bantu kita. Jadi kamu harus minta tolong ama warga atau polisi, ngerti,"
"Aku ngerti, tapi kenapa mereka ga gerak sama sekali. "
Perkataan Silva membuatku melihat para kecoa. Dan, memang benar mereka tidak bergerak. Meskipun Aurora dan Ariel sudah memerintahkan mereka.
"Eh, loe semua udah di bayar mahal. Hajar 2 cewek itu," Aurora menjerit-jerit tak karuan, tapi tidak ada respon sama sekali.
Karena mereka, tak kunjung bergerak. Aku dan Silva berjalan melewati mereka. Ketika kami menoleh ke belakang, para kecoa itu sudah bergelimpangan pingsan. Ku perhatikan tubuh mereka. Dan, kelihatannya sudah ada yang naik level. Baru beberapa saat ada mobil yang mendekati kami, dan kami berdua menaiki mobil itu.
"Selamat. Mbak ama Bang, kok bisa sampe sini. Tak pikir kalian lagi bulan madu, serius bikinin aku ponakan, "
" Kamu, ga usah ungkit-ungkit dek. "kata Bang Andre sambil cemberut." Mbak mu itu kedatangan tamu bulanan. Gagal total deh bulan madunya. Padahal kemarin udah nanam banyak. Ga berhasil semua. "
"Mas, jangan buka rahasia dong. Kamu ih, aku malu. Kita coba lagi ya mas, setelah tamuku pergi." Mbak Fania mencium pipi bang Andre, yang membuat dia tersenyum.
"Kenapa musti malu, mereka berdua udah dewasa. Ga aneh denger hal seperti itu. Kalau tamu kamu itu, dah pergi. Kamu harus siap, aku kunci dalam kamar, ibadah sama aku. Sampai kita sukses dan ga ada kata nolak, istriku sayang. "
Mbak Fania hanya senyum malu-malu, sementara Silva sudah merah wajahnya mendengar obrolan ini. Aku, jangan di tanya agak malu juga dengernya, tapi ada yang lebih penting lagi buat di tanyakan.
"Kalian, jawab jujur. Tadi, siapa yang bikin ulah ama preman tadi. "tanyaku yang membuat mereka berpandangan.
"Itu ulah abang. Jadi kamu liat jarum di beberapa titik vital mereka ya. Padahal udah abang buat setipis mungkin. Masih aja kelihatan,"
"Sejak kapan mbak? Bang Andre bisa kayak gitu. Perasaan terakhir kali, dia ga punya skill macam itu, "
" Memang, dia harusnya ga punya. Kamu ingat Om nya bang Jun yang di penjara. Ternyata diam-diam para cowok menemui dia, dan berlatih dengannya. Jadinya bisa dia kayak tadi. "
" Para cowok? Termasuk abang-abang tentara kita? Kok bisa, gimana caranya? "
"Bisa lah, kan bang Juna tau, dia dimana? Tinggal streaming abang kita yang tentara ama polisi, pasti bisa belajar. Di tambah lagi, abang dokter bantuin mereka. Jadinya ya macam ini. Eh dek, kita ke halim, jemput Duo G. Katanya sih, Guruh ngerasa ada yang gak beres sama kamu, "
"Ketahuan ya. Padahal aku udah putuskan hubungan telepati kita. Masih aja ketahuan, ya udah ayo temui mereka.
Kami mendatangi Halim perdana kusuma, dan melihat Duo G, bete menunggu kami di lobi, dengan wajah cemberut.
"Lama amat!!! Berasa cabe tau, nunggu hampir satu jam, "Guruh langsung berucap yang kami balas dengan cengengesan.
"Sorry dek, tadi macet. Jadi, kami telat." kata Bang Andre.
"Udahlah dek, ga usah marah. Wajar kali, siapa nih, loe semua udah dapat temen baru ya, "Guntur menunjuk Silva.
"Oh, ini calon istri adiknya Bima. Namanya Silva, kalian kenapa kok ga mau mandang dia," tanyaku.
"Bukan muhrim mbak, "kata mereka berbarengan.
"Kan ga boleh, mandang perempuan yang bukan muhrim terang-terangan. Apalagi calon istrinya orang, dosa mbak," kata Guruh
"Tumben? Sejak kapan berubah dek, jadi lebih agamis," tanyaku.
"Sejak... Sejak negri kita sering terkena bencana. Udah, ga usah bahas adek. Mbak, ada masalah apa? Jujur ya ama kita, "
"Mending, kita bicarakan di hotel aja, daripada di sini. Ga pantes, tempat umum." kata Bang Andre.