Fania pov
Sekarang ini aku sedang ada di dalam mobil. Ya, di dalam mobil. Tapi, bukan mobil kami, melainkan mobil Andre. Kurasa aku baru saja, jadi korban penculikan? Kalau yang tadi, memang bisa disebut penculikan, berarti memang benar aku jadi korban penculikan.... Huaa adek-adek tolongin kakak, tangan kakak di borgol jadi ga bisa jambak Andre. Eh, tapi apa yang mau di jambak, rambutnya aja secuil gitu.
"Ndre, kamu mau bawa aku kemana? Ini, kamu dah termasuk nyulik aku. Entar, kamu aku laporin polisi, "ancamku yang justru membuat dia tertawa.
"Lapor polisi! Kamu, lupa kalau aku polisi, lagipula, aku juga ga nyulik kamu. Orang adek-adek kamu aja tau. Dan banyak lagi saksi matanya. Udah, ga usah sok nganter, atau kamu ga bakal liat mentari esok."
Lah, dalah! Kok malah balik ngancem, haduh piye iki, kok yo mau, aku gelem melu sampean mas. Ganteng-ganteng kok edan mas, ojo muni edane sampean, gegoro aku. Ra sudi aku di salahke 😲😲😲.
"Kok Diem, takut ama ancaman aku, ga usah takut. Tadi ga beneran kok, aku lakuin itu supaya kamu Diem, dan aku bawa kamu kayak gini, supaya kamu sadar, kalau selama 4 tahun ini, ada lelaki yang suka sama kamu. Tapi, ga pernah kamu notice sama sekali. Yaitu aku! Memang apa kurangnya aku, apa! Kamu bahkan sepertinya ga sadar kalau aku ada, dan tadi, dengan gampangnya kamu, kasih selamat sama aku, kamu keterlaluan. Aku itu ga suka sama Siska, yang aku sayang itu KAMU, "ungkapnya sambil mencengkram setir.
"Bukan aku ga sadar, sama perhatian kamu selama ini ndre. Aku sadar kok, bahkan sampai-sampai aku bingung, gimana cara balasnya. Mengenai perasaan kamu ke aku, aku... Duh gimana ya, serba salah aku. Lagipula kalau kita pacaran, tantangan terberat kita itu Ayah kamu, yang ga bakal ngasih kita restu, jadi, daripada kamu dan ayahmu bertengkar karena aku. Kamu pupus saja rasa yang kamu miliki sama aku, dan kamu coba mencintai Siska, "
"Sudah aku duga, kalau kamu bakal jawab kayak gitu. Tapi, asal kamu tau, aku ga bakal hapus rasa ini, aku bakal biarkan rasa ini terus tumbuh di hatiku. Dan Siska, kalau pun aku suatu hari menikah dengannya. Jangan kamu harap, aku akan berlaku baik padanya. Dan kamu tau kenapa? Karena semuanya yang akan terjadi kedepannya adalah salah kamu. "
Aduh, salah ngomong aku. Aduh piye iki, goblok Fania, Andre gek kalap malah tambah di panasi, meledak deh." Jangan, kalau kayak gitu, sama aja kamu nyiksa aku ndre, "ujarku sambil memandang dia.
"Biarin, biar kamu juga merasakan apa yang aku rasakan sekarang, gimana sakitnya rasa ini, oh, aku lupa bilang sesuatu, kita mampir ke rumahku dan aku akan jujur di hadapan keluargaku, soal perasaanku sama kamu, kita lihat gimana reaksi mereka, terutama reaksi ayahku. "
Duh Gusti, hamba nyuwun ngapuro. Eh, piye iki iso perang dunia ke 3 iki, modar-modar aku modar, eh, aku rung arep mati dosaku isih akeh. Yo, ganti ojo modar, mumet aku mumet, Dhino iki akeh masalah😥😥😥😥.
Akhirnya kami sampai di rumah Andre yang bernuansa Jawa. Maksudnya rumahnya dan pernak-perniknya berbau Jawa, padahal Andre orang jakarta, bapaknya juga Jakarta mungkin, soalnya aku ga tau sukunya apa. Kalau ibunya itu Jawa tulen. Dan berdarah biru. Kami memasuki kawasan rumah, borgol di tanganku sudah di lepas, dan baru saja melangkah masuk ruang tamu, sudah ada wajah kurang bersahabat dari ayahnya Andre, kalau ibunya murah senyum bikin adem kayak masuk kulkas. Kami berdua duduk di dihadapan kedua orang tua Andre, aduh siap-siap di semprot nih, terlebih lagi beberapa kerabat keluarganya ada di sini. Oalah sidang aku.
"Jadi, Andre kamu berani langgar larangan papa, "
"Berani." waduh, ga takut di cap durhaka ni orang. "Lagipula, apa salahnya kalau Andre punya rasa, sama Fania. Papa jangan termakan bujuk rayuan Siska, dia itu ngadu domba papa,"
"Ngadu domba. Eh, anak kurang ajar, papa di samain sama domba, kamu ini beneran ngelunjak," ucap papa Andre dan langsung menjitak kepala Andre.
Kok suasananya jadi aneh, kenapa ayahnya Andre jadi seneng ngelucu kayak begini. Bukannya dia galak ya. Eh, tunggu sebentar. Waktu itu orang tuanya Andre yang dateng bareng Siska, bukan yang ini, tapi Andre nunjukin foto ke aku, ya ini yang di hadapan kami ini ya orang tua dia, terus yang kemarin siapa. Kok jadi pusing.
"PA, udah ga usah kayak gitu. Kasian tu Fania, pasti pusing. Kenapa nduk, bingung ya. Kok orang tuanya Andre ganti. "kata ibunya Andre." Kami ini, orang tua asli dari Andre, kalau yang kamu lihat di kampus kamu waktu itu, orang tua palsu. Alias mereka itu sewaan Siska ama Sulis. Perkenalkan nama Ibu Ayu mamanya Andre dan ini suami saya alias Paparnya Andre, namanya Prabu. "
Oke, aku melongo bego. Waduh, jaga sikap, jaga image. Depan camer nih. Eh, aduh apaan sih, kan aku ama Andre ga ada hubungan apa-apa. Kenapa mikir sampai situ." Maaf Om, tante, saya beneran bingung. Kok Siska bisa sampai sejauh itu. Pake nyewa orang segala, "
"Kalau bingung pegangan nduk." canda Om Prabu. "Biasalah, cabe-cabean ya kayak gitu, dia kan pelakor. Om ama Tante udah tau siapa dia, dari dulu, kemarin - kemarin, kami biarkan dia bertindak sesukanya. Hingga hari ini, dia membuat undangan pertunangan. Jadi, kami rasa sandiwara ini harus di akhiri. Dan good job boy, kamu bisa membawa calon mantu papa ke sini. Jadi nak Fania, Om mau tanya. Apa kamu ga ada rasa sayang sama Andre, "
"Anu, sebenarnya kalau rasa sayang sih ada, tapi, saya berusaha menghapus rasa itu, karena tau dia akan bertunangan. Tapi, mungkin saya akan biarkan rasa ini tumbuh. Tapi, kenapa tadi kamu ngancem aku kayak gitu, dasar pak Polisi ngeselin," kataku sambil mencubiti Andre.
"Ampun, ampun sayang. Habis, aku pengen liat ekspresi lucu kamu. Kamu tau, ini semua ide Flora, dia bilang ke aku, kalau sebenarnya kamu juga punya rasa yang sama sepertiku. Dan, ternyata bener kalau seperti ini, dengan sandiwara ini, kamu mengakui perasaan kamu. Ciee malu - malu. "
Tidak lagi aku jawab, godaan Andre. Sumpah aku malu tapi mau. Kayak judul film warkop. Andre lantas memelukku bahkan mencium keningku. Meleleh aku mas." Eh, terus Duo G juga tau, soal sandiwara ini, "
"Mungkin. Aku juga ga bisa jawab. Soalnya rencana ini, sudah di susun, jauh sebelum kamu dan Flora ketemu sama adek kalian itu. Tapi, moga aja Flora kasih tau, adikmu yang satu tadi serem, mirip tukang pukul. Ntar aku di gebukin lagi," kata Andre yang membuatku tertawa.
"Ga bakal, Guntur memang galak. Tapi, dia bisa nahan emosi, asal di kasih tau baik-baik. Om dan tante, mungkin anda berdua, harus jelaskan pada dua adek lelaki saya. Takutnya mereka salah paham, "
"Jadi, kamu sudah ketemu sama mereka. Wah, tante ikut seneng. Makin cepat kami bisa lamar kamu, jadi menantu kami,"
"Betul itu, coba kamu telfon mereka. Kami mau bertemu, pasti seru liat orang kembar. Soalnya kami berharap punya anak kembar tapi ga di dapet, dapetnya malah cowo-cowo resek, yang selalu rebutan perhatian mamanya. Ngeselin. "kata Om Prabu sambil memeluk sang istri.
Setengah jam kemudian mereka bertiga sampai, sama sepertiku, mereka bertiga juga terkesima dengan rumah ini. Begitu melihatku Flora langsung tersenyum. Sementara Guntur sedang menggandeng Guruh yang agak sempoyongan. Kasian dia. Mereka di sambut oleh orang tua Andre, tapi entah kenapa Om dan tante hanya melongo melihat Guruh.
"Ni adeknya kenapa? Kok bisa kayak gini, "tanya Om Prabu.
"Semalam dia, di keroyok orang tak di kenal Om, jadi kayak gini kondisinya,".
"Ya allah, kasian kamu nak. Terus udah di periksa ini, ndre tolong ambil p3k, kasian ini,"
"Tenang, Tante, Om, udah kami periksa kok. Ga ada luka dalam, cuman ya paling ada dikit trauma, "kataku.
"Sini nak, duduk sebelah Om. Kasian kamu, nanti biar kasusmu di urus Andre, pelakunya pasti bakal ketangkap dan di kena hukuman setimpal."kata Om sambil memeluk Guruh.
"Om, tante." Guruh tiba-tiba berucap. "Om ama tante, masih ada hubungan sama sri sultan ya, kok ada penjaga dimana-mana. Tapi, pakaiannya kok Jawa, dan daritadi dia berdiri di situ mulu," tanya Guruh sambil menunjuk ke sebelah lemari yang berisi senjata. Padahal di situ ga ada orang.
"Itu yang jaga rumah ini, ada banyak kok di sini, nanti pasti kamu juga tau. Istri Om memang keturunan ningrat, "
"Maksudnya, yang itu... Aduh, moga aja ga liat yang aneh-aneh." kata Guruh yang menimbulkan gelak tawa.