"Eh, lah baru mau di cari, udah nongol duluan,"
"Apaan dek yang di cari, "tanya bang Guntur.
"Itu bang, liat noh. Orang yang mungkin saudara kita, malah udah tau kedatangan kita." tunjukku pada seorang cowok yang sedari tadi memandang kami.
"Loe serius dek, mukanya kok beda lagi. Gue kirain, mirip kita atau Abang Tentara. Ini, lebih mirip mbak Duo F versi cewek, atau yang lain, "
" Bang, udah ga usah berbelit kayak kabel ruwet. Samperin gih, daripada kita penasaran. "ajakku.
Kami menghampiri cowok itu, yang berdiri agak di pojok. Saat melihat kami mendekat, dia semakin tersenyum. Namun, belum sempat kami sampai. Terdengar suara ledakan dari arah jalan raya, yang mengalihkan perhatian kami semua. Tidak lama kemudian terlihat api berkobaran, dan jeritan orang-orang. Kepanikan melanda di sekitar kami, dengan sigap Abang ABI(Arjuna, Bayu, Indra) langsung menjalankan prosedur evakuasi. Begitu juga cowok yang sedari tadi memandang kami, dia juga ikut membantu, bahkan langsung menarik aku, pergi dari tempat itu. Evakuasi berjalan lancar, dan ternyata itu adalah suara ledakan petasan, dengan daya yang lumayan. Sehingga, membuat kejadian seperti ini.
"Selamat, aku dah ngira itu bom, udah panik aku, "Mbak Fania berkata sambil terengah karena berlari tadi.
"Sama mbak. Aku kira itu juga bom. Ga taunya petasan, siaga satu sih, jadi pasti ngiranya seperti itu." Bang Guntur menimpali perkataan mbak Fania.
"BTW, Guruh. Ini, yang kamu liat di video kan. Bukannya daritadi dia perhatiin kita ya, "Mbak Flora berkata, sambil menunjuk cowok yang berdiri di sampingku. Sementara yang di tunjuk, hanya tersenyum saja.
"Ayo perkenalan, kayaknya anda dah tau maksud kedatangan kami," tanyaku padanya.
Cowok itu, menepuk pundakku, dia kemudian mengambil potongan jarik di sakunya, berangka 4. "Perkenalkan nama saya Mukhammd Wisnu Pramudya. Senang bisa berjumpa dengan kalian semua.
"Weh nama belakangnya sama kayak adek. Kalau kayak gini, ga perlu di ragukan lagi," bang Guntur berkata sambil menepuk wisnu.
"Jadi, kamu juga cari informasi soal kami semua, "tanya bang Arjuna.
"Benar bang. Saya mencari informasi soal kalian, dan ternyata informasi terakhir yang saya terima, kalian sedang menuju kemari. Jadi, ya saya putuskan untuk datang ke sini. Dan, pada akhirnya saya bertemu dengan kalian semua.
"Sebenarnya kalau Guruh, gak liat youtube, kita ga bakal tau. Untung aja dia liat, btw polisi ya bro. Abdi Negara lagi nih dek. Hayo mau di bilang Avatar lagi kah, "Bang Bayu bertanya sambil tertawa, di ikuti bang Indra yang melakukan hal serupa.
"Ga tau, pengendali apa. Lagian, nanti aja ngasih julukannya. Adek laper bang. Apalagi gegara kejadian tadi ikut panik. Eh, di pikir-pikir lagi, nantinya bakal ada 2 polisi di keluarga kita. Walah tambah banyak deh, "
"Bener juga. Calon suami Fania, juga polisi. Flora, ama Guntur ga bisa berkutik lagi kalau bikin ulah," kata Bang Indra.
"Ga usah di perjelas kali bang. Kita berdua ngerti kok, "kata mbak Flora sebal.
"Ini, kita jadi mau makan apa enggak. Kalau mau, aku tau tempat yang enak buat makan." kata Bang Wisnu.
Setelah acara makan, kami kembali ke hotel. Sudah hampir dzuhur saat kami tiba, setelah shalat kami berdelapan bercengkrama untuk lebih mengenal satu sama lain. Bang Wisnu paling antusias untuk bercerita, tapi namanya abdi negara tetep ya, waktu cerita masih kelihatan tegasnya. Keempat Abdi negara itu, sangat antusias bercerita satu sama lain, sedangkan mbak Fania dan Flora di bantu bang Guntur, sedang memilah lagi foto shoot kemarin. Aku, jangan di tanya, lagi sibuk ketak - ketik sambil browsing di dunia maya.
"Lagi apa dek, "Bang Wisnu tiba-tiba nongol di sampingku.
"Lagi download anime bang. Kenapa liatnya kayak gitu, ada yang aneh sama aku,
"Enggak. Cuman abang mau tanya, kamu udah tau lokasi yang terakhir,"
"Belum lah bang. Ini aja ketemu abang, hasil dari untung. Coba kalau abang ga nongol sambil bawa itu kain di youtube, adek mana tau kalau abang itu, saudara aku. Memang, kenapa bang. Abang tau lokasi terakhir,"
"Tau! Kenapa kamu ga tanya bang Arjuna, dia pasti tau, siapa kita. Orang dia udah menyelidiki lebih dulu. Bukannya itu malah gampang, dan ga bikin kalian pusing, "
"Memang benar, semuanya bakal mudah kalau tanya bang Arjuna. Tapi, adek ketemu bang Juna, juga masih baru. Apalagi kalian berempat para abdi negara ini, kerjaannya padat, dan disiplin. Ga bisa seenaknya libur, terlebih lagi, mereka minta terlibat dalam setiap pencarian. Alhasil adek harus ngalahin, dan tunggu kalau mereka ada liburan. Adek tau sekarang pun, ga bisa kemana-mana seenaknya,"
"Abang ngerti sih, alasanmu itu. Terlebih lagi, memang kamu ga boleh pergi sendiri. Berbahaya! Pergi bareng Guntur ama Flora, itu malah lebih membahayakan. Posisi yang serba salah. Dan, kalau nyari yang terakhir. Juga lebih banyak persiapannya. Soalnya dia ada di luar Jawa, "
"Nah itu, luar Jawa lagi. Hadeh, eh Luar Jawa atau luar pulau jawa. Ngomong yang bener bang,"
"Luar pulau jawa dek. Noh, ada di Kalimantan dia, Abang aja belum pernah ketemu dia. Kami hanya kontak lewat telfon, atau sosmed. Tapi, ga sering. Sama-sama sibuk. Wajahnya mirip wajahku jadi ga bakal susah nyarinya,"
"Ga susah! Kalau ga susah, abang pasti dah ketemu, udah nanti kita fikirkan lagi. Apalagi penerbangan ke sana kan sedikit. Dan, mastikan jadwal kalian kosong. Meskipun agak impossible. "