Flora pov.
Tertawa. Itu hal yang kulakukan sedari tadi. Bagaimana tidak tertawa, kalau kedua adik kembarku selalu saja, bertengkar lucu. Pertemuan kami di warung, cukup membuat aku shock. Ternyata benar mereka mencari kami, firasat kak Fania tidak pernah salah. Dia berkata, suatu saat pasti kami akan bertemu saudara - saudara kami, dan itu terjadi sekarang. Meskipun aku cukup kaget dengan kondisi Guruh, serta sifatnya yang agak aneh. Tapi, itu malah menjadi hiburan tersendiri. Guntur sifatnya hampir sama sepertiku dan kak Fania, jadi tidak ada masalah sama sekali. Hanya perasaanku sedari tadi kok tidak enak, ada yang sedang terjadi dengan kak Fania. Jadi, aku mengajak mereka berdua untuk datang ke rumah. Tapi, jadi molor karena macet parah terjadi.
"Ini sebabnya, gue benci kota. Macetnya itu Masya Allah. Pegel nih gue, "umpat Guntur.
"Bersisik loe bang. Yang nyetir aja aku, napa abang yang rempong macam cabe-cabean. Sabar napa, ini aja masih bisa jalan meskipun sedikit-sedikit. Sekali lagi ngeluh, abang aku turunin di sini," balas Guruh.
"Berisik dek, bukan bersisik. Loe kira gue ular, dasar loe, seenaknya aja ngatain gue rempong. "
"Udah, udah... Ga usah bertengkar. Kalian ini hobi banget ribut, yang rukun dong, saudara loh, harus rukun ya. Adek-adek kecil kakak." kataku yang membuat mereka berdua kompak mencibirku.
Akhirnya kami sampai di gang dekat rumah, maklum karna jalan masuk ke kontrakan jalanan sempit, akhirnya mobil ayah, di parkir di rumah pak Rw. Letak rumahku tidak terlalu jauh, aku berjalan di depan. Sementara mereka berdua berjalan di belakangku sambil bertengkar, yang tentu saja membuat semua tetangga memandang aneh. Begitu sampai di depan rumah, kami mendapat kejutan yang pahit. Rumahku tampak porak-poranda dan kak Fania, sedang membersihkannya sambil menangis.
Langsung saja aku berlari, menghampiri kak Fania. "Kak, ini ada apa! Kok rumah kita bisa porak-poranda kayak gini," tanyaku yang membuat dia makin menangis.
"Deep collector itu datang lagi dek, padahal kakak udah bayar, tapi, mereka bilang, kakak bohong, dan mereka obrak - abrik rumah kita. Kakak ga tau lagi, harus gimana," adu kak Fania.
"Loh, kok bisa? Kita kan beneran dah bayar, itu aja di saksikan banyak orang. Berani juga mereka ke sini. Masih belum puas kena bogem dari aku ya. Ini beneran aneh, "
"Ya gitu, kakak ga berani lawan mereka. Tapi, kakak juga ngerasa ini aneh banget. Btw, mereka siapa," tanya kak Fania sambil menghapus air matanya.
"Mereka, "kataku sambil menunjuk Duo G. "Mereka berdua adek kita kak Fania, alias adek kembar kita. Yang lagi melongo itu Guntur, sementara yang mandangin kita aneh itu Guruh," kataku yang membuat kak Fania kaget.
"Beneran, alhamdulillah. Akhirnya kita bisa ketemu, kakak boleh peluk kalian, "tanya kak Fania.
"Boleh... Enggak" kata Guntur dan Guruh yang membuat kak Fania bingung.
"Eh, Gur, ngapain bilang enggak. Cuman di peluk doang,"tanya Guntur.
"Ga mau, nanti pacar dia marah. Orang daritadi ada yang ngintipin kita dari situ, cowok lagi. Tapi masa Kak Fan, ini pacaran sama om-om? Atau loe dah kawin, "kata Guruh yang langsung mendapat jitakan dari Guntur.
"Ngomong di Filter woi. Kata-kata loe, ga banget tau,"
"Mulut-mulut gue, ngapa loe yang sewot bang, "
"Berani pake Loe gue lagi, ini bocah minta di giling." kata Guntur sambil mulai mengejar Guruh yang membuat kak Fania tertawa. Boleh juga mereka, reseknya Guruh ada manfaatnya.
Setelah acara kejar-kejaran yang pasti di menangkan Guntur selesai. Kami berempat membersihkan rumah, Guntur berekspresi marah, sementara Guruh memandang kasian. Ya, hampir semua baju jahitan kak Fania rusak berat. Padahal itu ingin di jual oleh kak Fania, untung saja baju jahitan tetangga sudah kuantarkan kemarin. Setidaknya kami ga mengalami kerugian yang fatal. Tapi, ada satu yang mengganggu fikiranku, siapa Om Om yang di lihat Guruh. Mungkin harus di selidiki. Tapi, tunggu keadaan tenang dulu, kalau enggak, bisa ada masalah baru. Malam harinya aku bertanya pada Guruh, soal Om Om itu, tapi, reseknya kumat dan membuatku sebel.
"Dek, loe bisa ga sih serius dikit, ni masalah genting nih, "Guntur mengajukan protes.
"Emang siapa yang ga serius, kalian berdua mau selidiki masalah ini kan? Dari tadi siang muka kalian kak, udah ketara banget. Tapi, kalau kalian mau tangkap orang itu, dia ada di gang depan, tadi waktu mau ambil baju, dia sembunyi sambil foto - foto, kelihatannya dia di suruh seseorang buat ngawasin ini rumah, punya tersangka kak Flora. "kata Guruh yang membuatku tambah jengkel,dan bisa menebak siapa dalangnya. Karena hanya mereka yang senang mengusik hidup kami, lebih tepatnya hidup kakakku.
Sulis, cowok yang sering mengusik hidup kakakku. Entah apa yang sebenarnya dia inginkan sekarang. Dulu, dia ingin jadi pacar kakakku sampai meneror beberapa kali, tapi masalah itu selesai. Saat aku menghajarnya habis-habisan. Sekarang apa lagi yang dia inginkan. Eh, tunggu dulu Sulis kan, udah jadi pacarnya mak lampir Siska. Cewek kaya tapi otaknya kosong, Siska selalu iri, karena kakakku di sukai banyak orang, padahal kami hanya orang miskin. Kebenciannya pada kakakku makin menjadi, saat seorang polteng (Polisi ganteng) bernama Andre jatuh cinta pada kakakku. Dan Andre malah mengejar-ngejar kakakku, sementara Siska tidak pernah dia gubris. Tapi kakakku dan Andre tidak pernah pacaran, karena ayah Andre menentang hubungan itu. Tentu saja karena hasutan Siska, tapi, kakakku tak ambil pusing karena dia juga tidak ingin memiliki hubungan dengan lelaki manapun saat itu, karena masih kuliah. Kudengar Siska dan Andre sudah bertunangan. Pasti ada yang tidak beres.
"Eh mbak, kenapa jadi Diem. Emang ada yang pernah ngusik hidup kalian, "tanya Guntur yang mengagetkanku.
"Guruh, tolong dong beliin kakak gula, di warung depan, soalnya gula kita habis," perimtahku yang membuat Guruh mendengus, tapi dia tetap melaksanakannya.
"Kenapa loe, nyuruh adek beli gula? Perasaan ya, gula di dapur masih banyak, apa sih yang loe sembunyikan, sampai ngebuat loe ga kepengen Guruh denger sesuatu, "tanya Guntur.
"Soal pertanyaan, tentang adakah orang yang mengusik hidup kami. Ada 2 orang yang selalu mengusik hidup kami, lebih tepatnya hidup kak Fania," kataku.
"Kalau begitu, ceritain sama gue, selengkap-lengkapnya. "Pinta Guntur dan aku menceritakan seluruh peristiwa itu.