One Step Closer

3.1K 214 9
                                    

Fania pov

Ngomong-ngomong soal masalah besar, yang di bilang Flora. Ternyata benar terjadi. Beberapa hari lalu, Guntur dan Flora, mendatangi tempat Arif dan Bima. Haduh dek, kenapa kalian cari masalah. Sama bapak tentara😲😲😲😥😥😥.  Yang jelas, mereka ke sana meminta di antarkan ke tempat abang kami. Ya, maksud mereka baik sih, tapi caranya itu loh. Salah besar! Kenapa kalian harus buat kacau di halaman orang lain, apalagi ini halaman militer. Tentu saja hal itu berdampak, dengan penahanan mereka oleh Polisi Militer. Dan membuat mereka di hadiahkan tidur di balik jeruji besi. Kalau buat orang normal. Itu bakal bikin mereka jera. Tapi, karena kami semua sama abnormalnya, mereka berdua masih rusuh walaupun di kurung dalam penjara. Apalagi Guntur, walah dalah Dek. Koe ki ngopo, hajar tentara. Ya, Guntur memukuli Bima, yang pada saat itu, ingin mengantarkan makanan untuk dia, membuat masalah ini makin runyam. Kalau Flora, ya dia mukul - mukul tembok sampai berlubang. Kowad yang di suruh jaga dia, ampe melongo dan menduga Flora ikut debus. Keluarga macam apa ini. Tidak berhenti sampai di situ, adek yang paling kecil. Apatisnya kumat dan ga peduli, dengan nasib 2 kakaknya. Walah dalah, kakak boleh ga guling-guling sambil banjir air mata. Gini amat saudara-saudari aku.

"Mbak... Oi mbak" panggil Guruh yang membuatku kaget. "Bengong mulu, udah sampai nih. Cepetan turun,"Perintahnya galak.

"Oh, udah sampai. Sorry dek, mbak ngelamun tadi. Yaudah ayuk turun. Mbak ga sabar, ketemu Guntur ama Flora."

Kami berdua pun di sambut, oleh polisi militer. Lebih mirip di kapal sih, mungkin mereka jaga-jaga terhadap kami. Tenang, bapak-bapak polisi militer. Kami ga beringas seperti mereka berdua. Kami di antar ke sebuah ruangan. Ini, ruangan kok nyaman amat. Ga seperti bayanganku. Dan tidak lama kemudian, munculah Arif, dan Bima. Bima dengan muka yang masih agak biru, ya meskipun sudah tidak separah foto yang di kirim ke Whatsapp ku.

"Pagi, mbak Fania dan mas Guruh. "Sapa mereka berdua.

"Mohon maaf, kami harus menahan anda berdua sebentar. Ini berkaitan, dengan kasus kedua adek anda. Seperti yang anda tau, mereka berdua sudah membuat kekacauan di lingkungan Tni. Bukan, itu saja. Saudara Guntur, juga sudah menyerang teman saya Bima, tanpa alasan yang jelas. Kedua kasus adek anda ini sangat berbeda. Untuk saudari Flora, hukuman padanya, tidak terlalu berat. Tapi, untuk saudara Guntur, lain lagi ceritanya. Jadi, mungkin anda berdua harus bersiap, kalau saudara Guntur kami tahan lebih lama. "Kata Arif yang membuatku pusing 7 keliling.

"Di tahan! Bagus dong. Seenggaknya, bang Guntur, ga akan bikin masalah konyol, selama beberapa bulan ke depan. Ya, meskipun aku ga yakin, dia bisa nyerah di sini. Seenggaknya, ada bagusnya dia di penjara," ucap Guruh yang membuatku kaget.

"Guruh, kok tega amat, sama kakak sendiri. Jangan gitu lah dek, kasian kan Guntur, "Belaku. Ni adek sableng amat yaa.

"Bukan masalah, tega ga tega mbak. Ini kan hasil perbuatan mas Guntur sendiri, ya dia harus mempertanggung jawabkan. Apa yang dia lakukan. Kita ini masih untung loh mbak. Om Bima ini ga mati, kalau sampai dia mati, beh tamat riwayat mas Guntur. Kejadian ini saja, udah mencoreng nama keluarga kita. Bahkan nama kita juga ikut terseret mbak. Coba fikir, calon mertua mbak, pasti mikir aneh-aneh sama keluarga kita. Jadi stop belain bang Guntur, dia itu udah salah, oke!!! ".

Oke, aku kalah telak. Kata-kata Guruh, memang benar adanya. Di tambah lagi, banyak saksi yang melihat. Jadi, posisi Guntur memang salah sejak awal, pembelaan kami, mungkin tidak akan membebaskan dia. Tapi, setidaknya itu akan meringankan hukumannya. Tapi, kalau di pikir ulang, dari kejadian ini, juga ada untungnya. Kami bakal datang ke instansi militer terus menerus, dan itu artinya kesempatan bertemu abang kami juga besar. Dia ga bakal bisa bersembunyi terus-terusan. Licik juga ya, rencana ini. Pantas, daritadi Guruh santai, tu anak pasti dah berfikir sampai ke sana.

"Ya, saya rasa yang di bilang adik saya. Ada benarnya, silahkan anda berdua urus kasus adik saya. Bagaimana pun dia yang salah. Kami pasrah. "kataku yang membuat mereka kaget.

"Anda berdua pasrah sekali, padahal hukuman Guntur itu bisa saja ringan. Anda bisa bernegosiasi dengan Bima serta keluarganya. Saya yakin, hukuman adek anda pasti bisa sedikit ringan,"kata Arif.

"Kalau masalah dengan mas Bima, ataupun negosiasi itu. Biar orang tua saja yang maju. Kami, anak kemarin sore tidak cocok untuk hal semacam itu. Saya rasa itu jalan terbaik. Karena kami berdua ini, masih terlalu emosional. "Kataku yang membuat mereka bungkam. Namun, sesaat Arif dan Bima tersenyum.

"Sial, harusnya ini berjalan lancar. Sesuai rencana kami, tapi, semuanya berantakan sekarang. Perkiraan dia benar hampir 100%
Sepertinya umpan kami, tidak termakan dengan baik." Kata Bima.

"Maksudnya apa, "tanyaku balik pada mereka berdua.

"Asal tau saja. Teman kami/saudara anda, sudah memperkirakan tentang kejadian ini. Sejak kejadian borobudur. Dia juga sudah memperkirakan kalau anda, pada awalnya akan termakan umpan kami. Untuk melakukan negosiasi dengan Bima. Tapi, ada satu masalah. Dia" sambil menunjuk Guruh. "Dia, adalah masalah kami. Meskipun dia sebenarnya gampang di tebak, tapi pola pikir dia, tidak normal seperti orang kebanyakan. Jadi tindakan adek anda, gampang di tebak. Tapi maksud di baliknya, bisa menjadi masalah jangka panjang." Jelas Arif.

Sial, rupanya abang tukang sembunyi itu. Cerdas juga, dia sudah memperkirakan semuanya. Sambil bekerja di balik layar. Jadi, dia juga sudah memperhitungkan kedatangan kami ke sini. Rencana dia berjalan mulus, sebelum Guruh mengacaukan sebagian rencananya.  "Dek, jadi loe tau soal ini," tanyaku pada Guruh.

"Soal apa, "tanyanya." Soal rencana abang, pada kita. Ya, ga tau lah. Ketemu aja belum pernah. Tapi, secuek dan ga peduli dia sama kita, kalau ada adiknya yang terlibat masalah seperti ini, dia akan cepat bertindak. Meskipun hanya di balik layar. Tapi, ada kemungkinan kalau dia sudah pernah bertatap muka dengan bang Guntur dan mbak Fania, tanpa mereka sadari. Ketidak tahuan kita, soal dia menjadi kekurangan terbesar kita. Kemungkinan dia juga sudah pernah bertemu orang tua kita. Presentasinya hampir mendekati 80%."

"Hipotesis nya ada bener nya juga dek, waktu itu, juga ada orang-orang pake baret merah kan, bisa jadi dia diantara orang-orang itu, jadi kita sudah tertinggal jauh dari dia, "

"Oh, enggak. Kita hanya tertinggal selangkah sama dia, ini berkat bang Guntur dan mbak Fania. Serta mereka berdua (Arif dan Bima) kita malah selangkah lebih dekat sama dia. Bisa di bilang, kita sudah hampir sejajar sama dia. Permainan ini asik." Katanya yang membuat kami melongo.

Bisa kulihat wajah Arifin dan Bima bingung dan agak pucat. Ya, aku pun sama, anak ini memang aneh, dan punya pola pikir yang aku sendiri tidak mengerti. Tapi, di situ uniknya, bagaimana pun aku percaya dengan bocah ini.

Find my 8 Twins Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang