"Oh, begitu ceritanya. Masalah sepele lagi, tak kirain masalah super gawat. Nyatanya ekspektasi tak seindah realita."
Aku, hanya melongo. Ketika Guruh berkata seperti itu. Bukan hal yang mengagetkan kalau respon yang dia berikan seperti itu. Sejujurnya aku menganggap masalah ini, hanya masalah biasa. Toh, jodoh itu di tangan ALLAH SWT, kalau memang gak jodoh ya move on. Nggak perlu nunggu hal tak pasti.
"Memang masalah sepele dek. Makanya mbak ga kasih tau kamu. Mbak masih bisa tangani sendiri, "
"Tangani sendiri?" Guntur menatapku dengan tatapan menghina. "Yakin? Tadi saja sudah hampir di keroyok. Mbak, jangan sok. Kalau tadi abang ipar ga turun tangan. Temen loe dah jadi bubur. Lagian, siapapun yang berani cari masalah sama kita, artinya mereka siap dapat hadiah spesial dari kita. Kali ini, kami yang akan turun tangan. Berarti tidak ada satu pun dari kalian menginterupsi kami, Ngerti!!!, "
"Ga bisa gitu dek. Saya tidak akan membiarkan Kalian berdua berbuat seenaknya. Kalian harus patuh pada hukum yang berlaku. Kalau tidak! Maka dengan terpaksa kalian harus mendekam di penjara,"
Guntur melotot ke arah bang Andre dengan wajah marah. Kalau orang normal pasti dah siap lari terbirit - birit. Tapi, karena bang Andre sudah terbiasa dengan kami. Pelototan itu sama sekali ga berefek, malah bang Andre membalas Pelototan itu. Aku dan mbak Fania hanya menahan tawa. Silva bingung melihat perdebatan ini.
"Cukup, kalian berdua. Ini di tempat umum. Kalau mau bertengkar cari tempat sepi. Abang berdua mengganggu makan siangku. Duduk!!! Ada warga sipil di depan kita, jangan sampai dia trauma. "
" Maaf, "Keduanya serempak bersuara. Dan duduk tenang.
Kulirik ke samping, para pegawai resto yang tak sengaja melihat kejadian tadi, kembali bekerja dengan wajah menyiratkan lega. Kelihatannya keangkeran Guntur, membuat mereka takut. Padahal mereka sama sekali tidak tau yang kami bicarakan. Keduanya tenang dan menyantap makanan. Namun, baru kusadari sedari tadi Duo G saling lirik. Pasti sedang merencanakan Another Chaos, Guruh melirikku sambil tersenyum jahat. Siap-siap jadi tahanan lagi nih.
Selepas mengantar Silva kembali ke rumahnya, kami berlima menuju rumah bang Andre yang ada di perumahan elit di kota ini. Ga bakal aku kasih tau, ntar kalian pada ikut dan neror kami. Rumah bang Andre lumayan luas, ga kalah ama rumah Bima. Bahkan ada pelayan segala. Wow, orang kaya memang Kelasnya beda ama orang menengah. Aku langsung memasuki kamar untuk istirahat. Daripada nganggur mending chatingan.
"Assalamualaikum mas, lagi apa? "
" Waalaikumsalam dek. Lagi mau mandi. Kenapa, adek mau ikut? 😍😍😍
"Enggak😒😒😒, nyesel aku tanya! Ya, udah mandi dulu sana. Jangan omes, "" Cintaku, sayangku, jangan ngambek, mas cuma bercanda. Lagian kamu tanya mas lagi apa, ya jawab jujur. Mas mandi nya nanti aja, setelah ini. Ada masalah sampe kamu Chat saya, "
"Ada mas, dan ini masalah genting. Dan lebih baik mas sikapi serius. Duo G baru sampe di sini, dan... Kayaknya mereka bakal bikin ulah besok malam,""Duo G!!! 😨😨😨😨 mampus... Mas, harus ngapain! Dua adikmu itu lumayan trouble, kalau Guruh masih bisa di tangani. Tapi Guntur, dulu aja dia ngebuat aku babak belum, cuman karena ga aku kasih jawaban. Kali ini, mungkin dia bakal beneran bunuh aku. Gawat😲😲😲 ini. Posisi saya bisa serba salah.
"Tenang mas, ada satu cara supaya mereka ga bisa buat ulah, mas harus datangkan bang Juna. Di jamin keduanya bakal ga berkutik, mereka lumayan segan sama dia, kalau mas bisa datangkan bang Bayu dan bang Indra. Semuanya pasti lancar, "" Aduh sayangnya aku. Itu malah tambah jadi masalah, kamu tau sendiri Juna dan aku itu macam saudara kandung. Mau di taruh dimana muka mas, di hadapan abangmu itu. Mas udah ngecewain dia. Di tambah dapat izinnya juga susah. Kami tentara ga bisa seenaknya libur dek,"
"Ya,nanti aku pikirkan cara lain. Pokoknya aku minta mas, siap-siap dulu, "" Oke👍👍👍 mas bakal siap-siap, dah dulu sayang. Mas, mau mandi. Assalamualaikum.
"Waalaikumsalam. "Aku kembali merebahkan tubuhku di atas kasur, sambil memandang langit-langit kamar. Berpikir bagaimana caranya mengatasi masalah ini. Lama aku berpikir, tapi tak menemukan jalan keluar. Kulirik ke samping, dan baru kusadari kalau Guruh sedang duduk manis di sofa sambil menikmati secangkir teh.
"Guruh!!! Kamu masuk kamar mbak sembarangan. Ga ketuk pintu dulu, ga sopan tau,"
"Ga sopan? Sembarangan. Oi bolos, dari tadi adek dah ketuk pintu, udah jejeritan manggil mbak, ga di sahutin. Adek coba buka pintu, ternyata bisa. Ya udah masuk aja, dan ternyata lagi senyum sendiri. Kirain adik mbak gantung diri gagal nikah, "
"Pikiran kamu itu loh, jelek amat. Ga lah, mbak mu ini cewek tegar, jadi ga mungkin ngelakuin hal bodoh kayak gitu,"
"Bagus deh. Tapi, adek peringatkan ya. Jangan coba-coba mengganggu permainan kami, apalagi sampe bang Juna turun tangan. Kali ini, itu ga akan terlalu berhasil. Jadi jangan berharap banyak."
Setelah mengatakan hal tadi, dia langsung beranjak pergi, sementara aku hanya bisa bengong. Tidak tau harus merespon apa. Peringatan tadi, sepertinya bakal menjadi tanda sebuah kekacauan besar. Mungkin aku harus siap-siap sakit kepala, akibat ulah mereka berdua.