"KALIAN INI BENAR-BENAR KETERLALUAN!!!" suamiku Andre langsung memarahi ketiga saudaraku dengan kata-kata pedas dengan intonasi tinggi. Terbukti warga, petugas medis, para polisi dan para pekerja dari jasa raharja agak menjauh dengan ketakutan. Begitu sampai ke sini dan melihat seluruh kekacauan ini, suamiku tidak lagi bisa menahan amarahnya. Meskipun dari tadi sudah aku tekankan, dia harus kontrol emosi akhirnya gagal juga. Bukan aku tak marah seperti dia, hanya atmosfer di sekitar sini sudah sangat tidak nyaman. Bagaimana pun saat mereka bertiga sepemikiran, aku sudah tau masalah besar pasti terjadi. Apalagi tatapan Guruh yang seperti itu. Aduh, suamiku sudah bermain-main dengan iblis.
"Kalian dengar tidak ceramah abang!!! "sekali lagi teriakan suamiku terdengar, namun mereka berempat sama sekali tak peduli.
"Mas, sudah... Percuma kamu marah-marah, mereka sudah tak bisa di hentikan. Kau coba tangkap mereka dengan teman-teman mu akan percuma. Kau lupa Duo G ga terlalu percaya dengan polisi. Kau ingin membuat perselisihan dengan mereka. "
Kata-kataku langsung membuat Andre bungkam. Memang bukan rahasia lagi, kalau dua adikku itu pernah punya pengalaman kurang enak dengan polisi. Beberapa dari kalian pasti juga ada yang punya pengalaman kurang enak. Oknum nakal kan memang ada di semua instansi di negri ini. Aku hanya bisa menenangkan suamiku, sementara Guruh sedang melakukan telepathy denganku. Dia memberiku gambaran layaknya anime, dan di genggamannya ada dadu yang sedang dia mainkan. Oke, ini bukan masalah sepele, mereka berdua pasti tau sesuatu tentang lawan mereka kali ini.
"Mengerti kan mbak, "Guruh bertanya padaku, sambil tersenyum sinis.
Aku hanya bisa menghela nafas." Kamu yakin tidak perlu bantuan mbak. Mbak pasti akan bantu kamu, "