Sebulan berlalu, hubungan antara Bima dan Flora, tidak memiliki kemajuan yang berarti. Alias ga ada kemajuan sama sekali, yang ada Flora malah makin bete karena gombalan Bima yang makin parah. Rasanya pengen gigit itu orang. Bahkan Flora, juga sering mengabaikan Video call yang di lakukan Bima.
"Bete, bete... Itu orang makin gaje. Ga tau apa aku muak sama gombalan unfaedah dia, "Flora berkata sambil melempar hp miliknya dan mengenai Guruh yang sedang tiduran di kursi.
"Awww... Mbak Floor, sakit tau!!! Ni kepala masih di pake, malah di sambit pake hp lagi!! Kalau ngamuk jangan adek yang jadi korban. Kebiasaan banget,
" Habisnya Inikan salah kamu dik, sudah tahu Mbak nggak suka sama dia kamu tetap maksa aja, hasilnya Jadi gini kan. Sekarang kamu ngerti, kenapa nggak Mbak suka sama dia! Ya karena gini ini dan itu semua salah kamu, "" lah salah adik, adik kan cuma ngusulin buat Mbak, diterima ya Monggo nggak diterima ora popo, kok nyalahke aku. Udah dicoba aja sono. Lagian Mbak nih dikit-dikit marah digituin marah, ntar cepet tua lu rasain nanti kalau jadi nenek-nenek peot nggak ada yang mau lagi sama Mbak. Masa Tua Tua perawan, "
" Ih dasar adik ngeselin, sana masuk kamar!!! Mbak nggak mau lagi lihat muka kamu. " ucap Flora sambil manyun.
Guruh pun masuk ke dalam kamar, sementara itu Flora masih saja cemberut. Tidak lama kemudian, terdengar suara notifikasi dari HP Flora, dan ternyata itu berasal dari Bima, yang mengabarkan kalau dia akan segera selesai masa tugas, dan kembali ke Jakarta. Flora sedikit tersenyum membaca chat itu, tapi sedetik kemudian, dia kembali lagi bermuka masam. "Ih ngapain Aku mikirin itu tentara ngeselin, mau balik ya balik aja! Ngapain ngasih tahu aku segala, dipikir dia penting buat aku. Sorry sorry to say ni ya, situ nggak penting buat aku sama sekali."
Seminggu berlalu, akhirnya dengan terpaksa Flora datang ke Jakarta, dengan ditemani oleh Fania dan Andre. Yang kebetulan ada urusan di Jakarta, mereka bertemu dengan Bima di sebuah Cafe. Pembicaraan terjadi, tapi hanya 3 orang, sementara yang satuannya cemberut sambil acak-acak makanan.
"Dek Kenapa makanan di acak-acak?? Kamu nggak suka?? "Fania bertanya dan hanya dibalas dengan lirikan.
Lagi gak mood aja mbak, habis dari tadi Kalian bertiga sibuk sendiri. Seolah-olah Aku enggak ada di sini, APA!! nggak usah deh cengar-cengir sok kecakepan kayak gitu," tunjuknya pada Bima. "kita berapa lama sih di sini? Bukannya Mbak ama Mas lagi ada urusan di sini. Kapan kita ke sana?? Maksudnya Kapan kalian ke sana,"
Sabar dong Dek. Nanti kita bakal ke sana kok, setelah mastiin kalian berdua baik-baik aja, eh maksudnya mastiin salah satu dari kalian masih baik-baik saja. Atau kamu nggak mau kita ganggu ya, karena mau berduaan sama Bima, "goda Andre
" Apaan sih!! Siapa juga yang mau bareng sama dia, yang ada malah tambah gila aku, ngadepin nih orang, "
"Udah-udah ga usah ribut. Yuk, kita pergi biar mereka berdua bisa bicara dari hati ke hati," ajak Fania sambil mrnggandeng sang suami.
Setelah kedua orang itu pergi, yang tersisa hanyalah Bima dan Flora. Tanpa basa-basi, Bima langsung berpindah tempat duduk ke samping Flora dan langsung menyendok makanan Flora, sementara yang punya makanan hanya melirik jengah.
"Kalau lapar itu ya makan. Udah tau porsi makan gede, sok-sokan jaim, pesen makanan seuprit. Makan pelan-pelan lagi santai juga, "Flora berkata sambil membersihkan sekitar mulut Bima yang belepotan.
"Habisnya, malu ada mereka. Jadi ya harus jaim. Bentar, kamu dah ga marah sama aku? Aku kira kamu masih,"
"Udah enggak. Bang Juna udah jelasin semuanya. Ya, meskipun aku masih sedikit ga bisa terima. Tapi, ya udah lupakan aja. Tapi, aku mau lihat bekas lukannya, boleh? "
"Tentu," Bima kemudian sedikit membuka bajunya dan terlihat jahitan bekas operasi di sekitar perutnya. Flora hanya manggut - manggut tidak berani menyentuhnya.
"Jadi, apa kita masih harus akting. Aku tersiksa tau, "keluh Bima.
"Ga usah, lagian semua orang juga udah tau, ya mereka pasti bisa nebak lah, kalau kita cuman pura-pura ga suka, atau lebih tepatnya aku yang pura-pura. Tapi, kamu harus janji sama aku, kalau kamu ga bakal menyembunyikan apapun dari aku,"
"Siap sayang. Aku janji ga bakal sembunyiin apapun dari kamu. Sekarang temani aku ke rumah sakit buat check up. Kamu mau kan? "
"Tentu, setelah itu kamu pulang, trus istirahat ya." Bima hanya membalas dengan anggukan.