Guruh pov.
Di sinilah kami sekarang, di Bandara Achmad Yani Semarang. Menunggu kedatangan abang kami, yang harusnya tiba tidak lama lagi. Hanya kami berempat yang menjemput di sini, Ortu yang sibuk, tidak bisa ikut bareng kami. Sebenarnya kalau di bilang berempat ga juga. Karena Om Bima dan teman-temannya juga ikut bareng kami, untungnya mereka pakai pakaian bebas. Bayangkan saja kalau mereka pake seragam kebanggaan mereka, bisa jadi pusat perhatian kami, begini aja udah jadi pusat perhatian.
Untuk membunuh kejenuhan ini, karena harus menunggu pesawat yang delay. Kami memutuskan untuk makan dulu. Bang Guntur kelihatan sudah mulai akrab dengan para Om tentara, terbukti mereka ngobrol santai. Mbak Fania, yang sibuk Chat ama bang Andre, dan mbak Flora dan Om Bima yang masih malu-malu meong. Menjadi hiburan tersendiri. Aku, tidak usah di tanya. Sedang sibuk ketak-ketik nulis cerita. Setelah sejam menunggu, pesawat yang di naiki bang Juna alias Kapten Arjuna, sudah sampai di bandara ini. Sekitar 10 menit kami menunggu, di pintu kedatangan. Om Bima, menunjuk seseorang dan itu adalah bang Juna. Buset dah, Gila amat. Gede bener abang gue mirip raksasa. Udah tinggi macam tiang listrik, body yang bikin cewek-cewek jejeritan dan wajah yang tampan, sama seperti Arjuna dalam tokoh pewayangan. Tentu saja, kami melongo, bahkan beberapa orang juga bengong lihat bang Juna. Resiko orang ganteng itu bikin silau mata.
Bang Juna menghampiri kami, dan langsung memeluk Om Bima. Keduanya sedang melepas rindu. Aku jangan di tanya, lebih baik menyingkir dulu, daripada di kepung massa, yang lagi sibuk foto Bang Juna, Om Bima dan kawan-kawan nya.
"Aman deh, kalau di sini. Agak jauh dari lautan manusia. Daripada di sana, desak-desakan mending cari aman. Wkwk... Mbakyu berdua kenapa, kok kusut kayak gitu, "
"Masih tanya lagi. Hadeh, kita berdua hampir aja pingsan, desak-desakan ama cewek-cewek alay, yang jejeritan kagak jelas, cuman karena liat cowok ganteng," Mbak Flora menjelaskan padaku, sambil menepuk-nepuk punggung mbak Fania.
"Kamu ini dek, kalau mau kabur, ajak-ajak mbak juga dong. Untung Flora sigap. Mbak ga keburu pingsan di sana, kalau dia ga segera narik mbak keluar kerumunan. Dek, ada air minum gak. Mbak haus nih, "Mbak Fania bertanya dengan nafas yang tersengal-sengal.
Ku sodorkan air minum, dan mbak Fania, langsung meminumnya. Mbak Flora, dia hanya memandang ke arah kerumunan yang semakin padat." Ck, tambah rame aja. Haduh, bakal lama ini, udah hampir siang, dan aku dah lapar lagi, "
"Ya udah mbak. Ayo, kita makan dulu, daripada kita bertiga cuman berdiri di sini. Mending makan, sambil nunggu mereka, selesai jumpa Fans."
Kami bertiga kembali ke kedai makanan, yang tidak jauh dari lokasi jumpa Fans. Baru saja kami ingin menyantap bakso yang kami pesan, eh udah ada yang makan duluan. Siapa lagi, kalau bukan bang Guntur. Yang langsung di hadiahi jitakan dari kedua Mbakyu.
"Sadis amat mbak, gue kan laper. Minta dikit aja di pukul, "
"Kalau lapar, pesan sono. Jangan main serobot punya orang. Kita juga lapar tau, sono pesan." Titah mbak Flora.
Tidak lama kemudian, 2 porsi bakso datang, dan langsung di babat habis bang Guntur. Tak lama kemudian Bang Juna dan kelompoknya mendekati kami. Dengan wajah letih, yang membuat kami berempat terkikik geli.
"Napa bang, abis jumpa Fans kok, malah wajahnya lesu. Harusnya semangat dong bang, "tanyaku pada bang Juna.
Bang Juna hanya tersenyum, sambil menepuk pundakku. Dia kemudian duduk di sebelahku dan menyantap bakso punyaku.
"Modus si abang." kataku yang membuat dia tertawa.
Arjuna pov
Aku terkikik geli, tatkala mendengar celetukan Guruh barusan. Mau bagaimana aku juga lapar, terlebih lagi, ini pertama kalinya aku memperlihatkan wajahku di depan mereka. Ya, meskipun tanggapan mereka berbeda - beda. Guruh mengatakan wajahku ganteng, sesuai dengan namaku yaitu Arjuna, tapi badanku mirip Rahwana. Tokoh antagonis dalam cerita pewayangan. Sementara Guntur, malah bersyukur karena tampangku ini. Dia bilang, kalau dapet masalah, tinggal sodorin saja aku, pasti masalahnya beres. Flora dan Fania, langsung memvonis kedatanganku, mengganggu kedamaian hidup mereka. Ya, karena mereka yakin. Mulai detik ini, akan ada banyak cewek alay yang muncul di sekitar mereka. Apa mau di kata, sejak kecil karena wajah gantengku ini. Aku selalu jadi pusat perhatian. Jadi, mereka harus siap dengan segala kemungkinan nanti.