Arjuna

3.1K 205 8
                                    

Flora pov.

Penjara! Suatu tempat yang menurut sebagian orang mengerikan. Karena kalian terpenjara, dan tidak bisa melakukan segala aktivitas dengan bebas. Ingat. Untuk sebagian orang, bukan untukku. Berkat kemampuanku yang di luar nalar, bahkan kowad yang menjaga di luar bilang, kalau aku ikut debus atau atraksi daerah kuda lumping. Itu semua karena ke gilaan ku, yang menjebol dinding penjara, dengan tangan kosong. Ya, aku tidak peduli. Yang pasti sekarang, aku bisa ngobrol dengan Guntur secara bebas. Berbicara, soal adikku yang keterlaluan beringasnya itu. Kondisinya, tidak memprihatinkan. Hanya saja, seluruh tubuhnya di rantai. Yang kulakukan hanya tertawa. Lagipula, itu juga salah dia sendiri, memukuli Bima tanpa alasan yang jelas. Namun Guntur tidak terlihat menyesal. Bahkan dia malah tertawa. Saat aku memarahinya. Semua keanehan ini, tidak hanya berakhir sampai di sini. Mbak Fania, dan Guruh. Juga malah bersyukur, Guntur di perlakukan seperti ini. Mereka bilang, hal ini bisa di jadikan introspeksi. Supaya Guntur, tidak berbuat hal yang mengerikan lagi.

"Eh, Guntur. Kita masih lama ya di sini. Kok ga di sidang-sidang sih, malah suruh nunggu kayak gini. Sebel tau, "

"Mana gue tau mbak. Kelihatannya mereka masih negosiasi soal perkara gue. Dan, loe tau sendiri. Tadi, Arifin ama Bima raut wajahnya aneh banget. Gue yakin, sesuatu di luar rencana mereka, udah terjadi. Contohnya Guruh mungkin, udah tau soal abang kita. Loe fikir deh, otak Guruh itu kan. Lebih encer kalau hal beginian. Sifatnya yang pemalu dan kelewat pemalas, kadang bikin orang lain mikir dia itu goblok. Di tambah, dia juga ga suka terus terang. Jadi, mau nebak kepribadian dia itu susah. Kadang cerewet kayak Ibu-ibu, beberapa detik kemudian, diam aja. Pasti deh, tu anak udah lakuin sesuatu, ampe mereka berdua bingung kayak gitu,

"Masuk akal juga, di banding kita bertiga, tu anak kan emang ga menonjol. Tapi, ya dia itu sebenarnya pintar. Kalau mau gunain otaknya. Mungkin, dia ama abang kita ini. Cocok kalau jadi partner. Hanya saja, kita ga tau nama dan muka dia, itu yang jadi masalah,"

"Tepat. Kekurangan terbesar kita, karena ga tau apa-apa soal dia. "Guntur terdiam sejenak. Mbak, lebih baik. Loe balik ke sel. Guruh telepati gue, kalau dia mau ke sini lagi, kelihatannya loe bakal di bebasin. Dia juga baru ngirim rancangan rencana dia buat gue, kelihatannya ini akan jadi duel kecerdasan antara Guruh dan abang kita, dan kali ini. Kita harus jadi pionnya. "

Setelah mendengar perkataan Guntur, aku kembali ke sel ku. Ya, sebenarnya mau kembali ke sel atau tidak. Itu, tidak masalah. Ga bakal di marahi. Orang masih ada dalam sel juga. Tidak lama kemudian, mbak Fania datang, bersama Arifin dan Bima. Guruh, tidak ada di antara mereka, kulirik Guntur dan dia bersikap tenang. Sepertinya mereka sedang berbicara satu sama lain.

"KETEMU"Teriak Guntur yang membuat kami semua kaget. Dan senyum tercetak di bibirnya. Lebih tepatnya senyum mengejek.

"Kenapa kamu berteriak seperti itu, mengagetkan kami saja, "kata Arifin.

"Masih tanya lagi. Ya, jelas gue teriak. Orang abang gue dah ketemu, makasih banyak loh. Kalian bersedia, jadi pemandu kami," kata Guntur yang membuat Arifin dan Bima terhenyak.

Bima langsung mengambil HP miliknya, dan berusaha menghubungi seseorang. Langsung saja aku tubruk, dengan akting pingsan. Bisa kulihat, hp dia jatuh dan layarnya pecah, sementara semua orang panik, karena mengira aku pingsan. Well, semuanya terserah pada Guruh sekarang. Hanya, bantuan seperti ini. Yang bisa kami berikan.

Guruh Pov.

Sepertinya rencana di sebelah sana berjalan lancar, sekarang aku sedang berada di sebuah lorong. Tidak jauh dari area tahanan. Kelihatannya, lorong ini di pakai untuk keadaan darurat. Karena pintu menuju lorong ini, di buat samar, sehingga orang tidak akan mengira ada lorong ini. Di depanku ada seorang lelaki yang mengenakan jaket hitam. Sedang membelakangi aku. Dia, diam tidak bergerak sama sekali, padahal kalau dia berlari. Aku pasti tidak bisa mengejarnya. Tapi, pada kenyataannya dia malah diam saja.

"Kenapa tidak kabur. Kesempatan untuk kabur, luas loh bang. Kalau abang enggak kabur, nanti kalah di permainan sendiri. Bukanya tentara ga kenal kata kalah ya, "

"Memang benar. Saya bisa kabur, kapan pun saya mau. Tapi, itu sangat tidak sopan, apalagi anda sedang bertanya pada saya. Terlebih lagi, sekali kita bertemu. Petunjuk untuk saudara berikutnya sudah terbuka lebar bukan. Tapi, itu tidak akan mudah, karena mereka juga berprinsip sepertiku. Tidak mau mengenal kalian. Lantas, apa yang akan kau lakukan,"

"Hadeh... Susah juga, kalau kayak begini. Hihihi, tapi, ini bakal seru. Seenggaknya aku bisa jalan-jalan. Meskipun ujung-ujungnya di tolak. Ga apa-apa. Mau kasih tau, dimana lokasi mereka, abang... Valak apa valakor ya, "

"LOE KATA GUE PELAKOR!!!  Eh, maksud saya. Kenapa anda panggil saya Valak,"

"Habis. Pakaian abang item-item mirip Valak. Ya, kali di panggil ibu pengabdi setan, ntar rancu dong. Makanya kasih tau siapa nama abang. Jangan bilang ya nama abang Arjuna, soalnya ga mungkin. "

"Memang nama saya Arjuna. Kenapa? Ada yang salah? Dek. Kamu jangan hina nama saya,"

"Siapa juga yang hina keles. Abis, tebakan benar itu, biasanya akan ada hal buruk terjadi. Jangan bilang nama saudara yang lain, juga dari tokoh pewayangan,"

"Kamu,cari tau saja sendiri. Lagi pula. Anak di luar nalar sepertimu. Pasti sudah tau, apa alasanku melakukan semua ini,"

"Memang benar, aku tau. Ya, sudah kalau abang, mau pergi. Pergi aja. Selesaikan tugas abang. Nanti, kalau semuanya sudah selesai. Kita bicarakan baik-baik, "

"Baiklah, kalau itu mau mu. Pastikan juga, masmu Guntur dan mbakyu mu Flora, tidak berbuat hal yang aneh-aneh lagi. Cukup mereka bikin masalah, seperti ini sekali saja. Kasian bapak sama ibu, mikirin mereka. Dek. Ini tangkap."

Bang Juna melemparkan kertas padaku. "Itu nomor telfon abang. Kalau mereka berbuat aneh-aneh langsung telfon abang. Abang yang bakal beresin masalah yang mereka buat. Ingat, cuman kamu yang boleh tau. Nomer itu untuk sekarang. Jangan sekali-kali coba nelfon abang. Ini perintah, dan harus kamu patuhi. Abang akan suruh Bima jagain kamu dan lainnya. Kau bisa bertanya apapun soal abang sama dia. Bye adek sampai ketemu lagi. "Katanya sembari berlari pergi.

"Sampai jumpa lagi bang. Semoga tugas abang cepat selesai." ucap ku sambil pergi dari lorong itu.

Find my 8 Twins Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang